NovelToon NovelToon
Just Cat!

Just Cat!

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Roh Supernatural / Bad Boy / Slice of Life / Kekasih miserius
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Souma Kazuya

Hidupku mendadak jungkir balik, beasiswaku dicabut, aku diusir dari asrama, cuma karena rumor konyol di internet. Ada yang nge-post foto yang katanya "pengkhianatan negara"—dan tebak apa? Aku kebetulan aja ada di foto itu! Padahal sumpah, itu bukan aku yang posting! Hasilnya? Hidupku hancur lebur kayak mi instan yang nggak direbus. Udah susah makan, sekarang aku harus mikirin biaya kuliah, tempat tinggal, dan oh, btw, aku nggak punya keluarga buat dijadiin tempat curhat atau numpang tidur.
Ini titik terendah hidupku—yah, sampai akhirnya aku ketemu pria tampan aneh yang... ngaku sebagai kucing peliharaanku? Loh, kok bisa? Tapi tunggu, dia datang tepat waktu, bikin hidupku yang kayak benang kusut jadi... sedikit lebih terang (meski tetap kusut, ya).
Harapan mulai muncul lagi. Tapi masalah baru: kenapa aku malah jadi naksir sama stalker tampan yang ngaku-ngaku kucing ini?! Serius deh, ditambah lagi mendadak sering muncul hantu yang bikin kepala makin muter-muter kayak kipas angin rusak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Souma Kazuya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 18. Pengungkapan dan Kenyataan

Takeru dan Ruri berdiri terpaku di jalanan yang sunyi, hanya suara napas mereka yang terdengar berat. Mereka bingung dan khawatir melihat Carlos, dalam wujud kucing, tergeletak di depan mereka tampak terluka. Namun, sebelum mereka sempat mendekat untuk memeriksa keadaannya, Carlos bangkit dengan gerakan cepat dan tanpa menoleh pada mereka, justru melompat ke arah belakang mereka. Ruri tersentak, matanya terbelalak melihat sosok hitam berbentuk asap pekat bergerak cepat ke arah mereka. Carlos dengan gesit melindungi Ruri dan Takeru, menangkis serangan dengan cakar dan geramannya yang seperti seekor kucing liar.

“Carlos...” Ruri bergumam penuh ketakutan, suaranya bergetar. Napasnya semakin cepat ketika ia menyadari betapa nyata ancaman itu. Takeru, yang berdiri di sampingnya, segera meraih Ruri dan mendekapnya erat. "Jangan khawatir, aku di sini," bisiknya, meski dirinya sendiri tidak sepenuhnya yakin dengan kata-katanya. Jantungnya berdebar tak karuan melihat sosok asap hitam itu bertarung dengan Carlos, sang kucing yang kini tampak seperti prajurit dalam pertempuran hidup dan mati.

Pertarungan di antara Carlos dan sosok hitam itu berlangsung cepat dan brutal. Carlos, dalam wujud kucing, dengan gesit melompat, mencakar, dan menendang sosok hitam itu. Gerakan Carlos bagai angin yang tak terjangkau, namun sosok hitam itu tidak tinggal diam. Ia menyerang balik dengan cepat, mengeluarkan gelombang bayangan yang menembus tubuh Carlos. Setiap kali bayangan itu menghantam Carlos, Ruri menjerit, melihat bagaimana tubuh kucing itu terpelanting. Meski tubuh kecilnya terus dihantam, Carlos tak menyerah. Ia bangkit, menyerang lagi dengan penuh keberanian.

Di antara cakar yang melayang dan bayangan yang meliuk-liuk, Ruri terus menggigit bibirnya, tangannya gemetar di bawah genggaman Takeru. Takeru pun tampak tegang, matanya tak bisa lepas dari pertarungan yang semakin intens. Setiap kali Carlos hampir terpukul mundur, Takeru menahan napas, berharap kucing aneh itu bisa bertahan. Pada saat yang sama, Takeru tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa kucing ini bukan kucing biasa. Tatapannya semakin bingung dan takut.

Carlos kembali menyerang dengan loncatan yang cepat, cakar tajamnya berhasil menebas sosok hitam itu. Asap pekat terlepas dari tubuh lawan, namun dengan cepat sosok itu kembali menyatu. Carlos berjuang mati-matian, gerakannya semakin lambat, dan serangan dari sosok hitam itu semakin kuat. Dengan satu tebasan besar, sosok hitam menghempaskan Carlos ke dinding dengan kekuatan yang luar biasa. Tubuh kucing itu terempas dan menghantam tanah dengan keras. "Carlos!" Ruri menjerit sejadi-jadinya, berlari mendekat, tapi Takeru menahannya.

Sosok hitam mendekat, bersiap memberikan serangan terakhir kepada Carlos yang tampak terluka parah. Namun, tiba-tiba, sebuah cahaya misterius muncul dari kegelapan. Sesosok makhluk lain, tak terlihat oleh Ruri dan Takeru, melesat cepat dan menghadang serangan sosok hitam itu. Bayangan hitam terhempas mundur oleh kekuatan tak kasat mata, dan kemudian lenyap dalam sekejap. Keheningan sejenak menyelimuti malam itu. Ruri dan Takeru saling berpandangan, bingung dan takut. Mereka melihat ke sekitar, namun tak ada tanda-tanda siapa yang baru saja mengusir sosok hitam itu. Namun, kekhawatiran mereka segera beralih kembali pada Carlos yang masih dalam wujud kucing dan tampak sangat terluka.

Tanpa menunda waktu, mereka bergegas menghampiri Carlos yang terkapar di tanah. Ruri berlutut, mendekap tubuh kecil Carlos dengan cemas, "Carlos... kamu baik-baik saja?" suaranya dipenuhi kecemasan. Namun, sebelum Ruri sempat berkata lebih, tubuh Carlos perlahan berubah, kembali ke wujud manusianya. Ruri tersentak mundur, shock dengan apa yang baru saja dilihatnya. Takeru menatap Carlos dengan tatapan terkejut, matanya tak bisa percaya.

“Apa... makhluk apa kamu sebenarnya?” tanya Takeru, suaranya bergetar, tak mampu menyembunyikan rasa takut dan bingungnya.

Carlos hanya tersenyum kecut, darah menetes dari sudut bibirnya. "Aku sudah bilang, kan? Aku hanya kucing peliharaan Ruri," jawabnya dengan nada bercanda, namun ekspresinya penuh kesakitan. Saat itu, tiba-tiba terdengar suara dari belakang mereka.

"Eh, Ruri?"

Ruri menoleh, melihat Akasha, salah satu teman timnya dari Pemuda Tangguh, berdiri dengan wajah bingung tapi senang. "Apa kamu juga nonton film Jepang ‘Fate’ yang baru tayang hari ini?" tanya Akasha dengan riang, benar-benar tidak menyadari kekacauan spiritual yang baru saja terjadi.

Ruri, yang masih syok, berusaha tersenyum dan menyapa balik, meski pikirannya masih kacau. "Iya, kami baru saja selesai menonton," jawabnya singkat, sambil berusaha tetap tenang.

Namun, begitu Akasha melihat wajah Takeru dengan lebih jelas, dia terkejut, "Eh, Kobayashi Kaicho?" serunya dengan takjub. Takeru yang sejak tadi diam, tiba-tiba berbinar. “Akhirnya ada yang mengenaliku!” pikirnya.

"Ya ampun, kamu kan yang main di film Fate barusan sebagai Kobayashi Kaichou!" Akasha melanjutkan, memuji Takeru dengan semangat. Takeru, yang tadinya tegang, mendadak terbawa suasana. Pujian Akasha terus mengalir, membuat Takeru sejenak lupa dengan peristiwa spiritual tadi. Namun, lamunannya terhenti ketika Carlos mengerang pelan, menarik perhatian semua orang.

“Carlos, kamu baik-baik saja?” Ruri berlutut di sebelahnya, menatap dengan khawatir. Carlos hanya mengangguk pelan, “Aku baik-baik saja, jangan khawatir,” katanya, meski ekspresinya masih lemah. Ia kemudian berpamitan pada mereka, "Aku... perlu pergi sebentar."

Ruri dan Takeru, bersama Akasha, hanya bisa menatap kepergian Carlos. Setelah itu, mereka mengobrol santai, membahas hal-hal ringan. 

Ruri, Akasha, dan Takeru duduk di bangku taman depan bioskop, menikmati suasana malam yang tenang. Akasha, yang semangat seperti biasanya, memulai percakapan sambil tersenyum lebar. Di sebelahnya, Takeru duduk dengan tangan disilangkan di dada, tampak penasaran namun tenang, sementara Ruri lebih tenang, tetapi jelas terlihat sedang berhati-hati.

"Eh, aku senang banget! Tim kita otomatis melaju ke babak ketiga, nggak nyangka lawan kita mengundurkan diri," seru Akasha ceria, meskipun ada sedikit kesedihan di wajahnya. "Tapi kasihan juga ya mereka harus mundur."

Ruri mengangguk, senyum tipis menghiasi wajahnya. "Iya, nggak nyangka bakal ada kejadian kayak gini. Di satu sisi senang, tapi sedih juga buat mereka."

Akasha mengerutkan dahi dan memandang Ruri. "Ngomong-ngomong, kok bisa mereka sampai mengundurkan diri? Apa ada hubungannya sama kejadian mereka ditemukan pingsan waktu itu di Perum?" tanyanya dengan nada penasaran. Jelas terlihat bahwa Akasha benar-benar tidak tahu apa-apa tentang insiden penyerangan Aditya, apalagi soal hal-hal mistis yang terjadi.

Ruri, menyadari hal itu, langsung memperhatikan ucapan dan nada suaranya, berbicara dengan hati-hati. "Ya, mungkin saja. Mungkin mereka kelelahan atau ada masalah lain yang bikin mereka harus mundur," jawabnya santai, tapi jelas menahan informasi yang tidak perlu.

Takeru, yang sejak tadi mendengarkan dengan serius, kini mencondongkan tubuh ke depan. "Pingsan di Perum? Itu terdengar cukup misterius," ujarnya pelan, nadanya campuran penasaran dan waspada. Dia melemparkan pandangan ke arah Ruri, seolah bertanya-tanya apakah ada sesuatu yang tidak diketahuinya.

Namun, Ruri hanya menatap Takeru sekilas dengan senyum tipis, seolah ingin berkata bahwa itu bukan sesuatu yang harus dibicarakan di sini.

Sebelum pergi, Akasha menyemangati Ruri, “Fighting untuk ronde selanjutnya!”

___

Setibanya di rumah, suasana terasa tegang. Ruri, yang biasanya tenang, terlihat gelisah. Sementara Takeru, yang lebih banyak menahan diri sejak kejadian di luar tadi, sekarang duduk dengan tatapan tajam ke arah Carlos, yang tampak lelah dan sedikit lusuh setelah pertarungan melawan sosok asap hitam. Mereka duduk di ruang tamu, dengan Carlos yang hanya diam, menunggu saat interogasi ini dimulai.

Ruri memecah keheningan dengan suara rendah, tapi tegas. “Carlos… sebenarnya kamu itu siapa?” Nada suaranya sedikit bergetar, masih tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya—manusia berubah menjadi kucing.

Takeru menambahkan dengan tatapan menyelidik, “Ya, makhluk apa kamu sebenarnya?” Matanya tak lepas dari Carlos, siap untuk menerima jawaban apapun, meski terlihat jelas ada ketakutan tersirat di sana.

Carlos menatap mereka berdua dengan mata yang tampak tenang, meskipun tubuhnya masih merasakan bekas luka dari pertarungan tadi. Dia menghela napas panjang, lalu dengan santai berkata, “Bukankah aku sudah bilang? Aku ini kucing peliharaanmu, Ruri.”

Ruri tersentak. “Jadi… kamu... kucing itu? Kucing yang waktu itu?” Matanya membesar, teringat akan kucing hitam yang dulu sering datang dan tiba-tiba menghilang.

Carlos mengangguk, sedikit tersenyum kecut. “Tepatnya, aku adalah hantu kucing.”

Takeru yang duduk di seberangnya langsung melompat berdiri, wajahnya pucat. “H-hantu?!” teriaknya panik, matanya terbelalak penuh ketakutan. “Jadi kamu selama ini hantu?!” Dia mundur beberapa langkah, seolah-olah jarak yang ada sekarang belum cukup untuk menjauhkannya dari Carlos.

Carlos hanya mendengus kecil, sedikit tersenyum dengan tatapan yang seakan-akan menyiratkan kelelahan dan ketidaktertarikan pada ketakutan Takeru. Namun, tiba-tiba wajah Carlos berubah serius ketika Takeru melontarkan kalimat yang lebih tajam, “Kalau begitu, jangan dekati Ruri lagi! Pergi! Kamu hantu, dan kamu nggak pantas ada di sini!”

Mata Carlos langsung menyipit, bibirnya tertarik membentuk garis tegas. Tanpa berkata-kata, dia langsung menarik Ruri ke dalam pelukannya, memeluknya erat-erat seperti seekor kucing yang tidak ingin majikannya pergi. Matanya menatap tajam ke arah Takeru, lalu dia mendesis rendah, mirip dengan suara kucing yang sedang terpojok. “Aku tak akan ditinggalkan oleh Ruri… lagi. Tidak untuk yang kedua kalinya.”

Ruri membeku sejenak, kaget dengan reaksi Carlos, tapi begitu merasakan detak jantungnya yang cepat dan sesak napasnya, dia menyadari sesuatu. Carlos, di balik semua ini, sebenarnya telah lama menderita. “Carlos…” ucap Ruri pelan, dan dia mulai mengelus kepala Carlos dengan lembut, seperti menenangkan kucing liar yang sedang ketakutan. “Jadi begitu rupanya. Kamu selama ini sudah banyak menderita, ya? Maafkan aku, Carlos… aku tak menyadarinya. Aku… aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi.”

Mendengar kata-kata itu, Carlos diam sejenak, lalu perlahan menempelkan kepalanya ke pundak Ruri. “Aku hanya punya Ruri,” gumamnya pelan, suara yang lirih namun penuh kejujuran. “Jangan tinggalkan aku.”

Takeru hanya bisa tertegun di tempatnya, tak sanggup berkata apa-apa. Mulutnya terbuka lebar, tapi tidak ada kata yang keluar. Dia hanya melihat dengan mata terpana bagaimana hubungan antara Ruri dan Carlos begitu dalam, seolah ada sesuatu yang tidak pernah dia duga sebelumnya. 

___

Sementara itu, Carlos sendirian di atap rumah, duduk dalam kesunyian malam. Matanya terlihat suram, menatap langit sambil mengingat perkataan makhluk gaib yang menempel pada Akasha. Di sela-sela waktu Carlos izin pergi, itu sebenarnya adalah karena permintaan makhluk gaib itu untuk berbicara terpisah dengannya.  "Kau tahu kan, manusia dan makhluk gaib tak bisa hidup bersama? Akan ada konsekuensi berat jika hal ini dilanggar," kata makhluk gaib itu. Mata Carlos mulai berkaca-kaca, beban yang ia rasakan semakin berat.

1
pdm
lanjutkan kak
Souma Kazuya: Terima kasih kk
total 1 replies
Binay Aja
Hai Ruri tetep semangat ya, yuk kakak singgah di karya ku perjalanan Cinta Sejati cinta beda agama
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!