Selamat datang di novel kedua author!!
Terimakasih sudah mampir dan baca di sini❤
Seperti biasa author bikin novel dengan minim konflik karena novel author adalah hasil kehaluan author yang direalisasikan dalam bentuk kisah sempurna tanpa cela sedikitpun😆
Happy reading love!
BRIANNA STANFORD, wanita cantik pemilik mata heterochromia dijadikan jaminan oleh kakaknya tanpa sepengetahuannya. Kakaknya meminta suntikan dana kepada pengusaha muda multinasional ALLARD LEONARDO SMIRNOV dengan alasan untuk membangun kembali perusahaannya yang hampir colaps. Bagaimana nasib Brianna ditangan Allard? Akankah cinta tumbuh diantara keduanya? Sedangkan Brianna sudah mengikrarkan bahwa dirinya tidak akan pernah menikah.
Simak terus ceritanya❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arashka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Pagi harinya, Brianna dan Allard sudah siap untuk kembali ke mansion. Kali ini mereka akan pulang dengan menggunakan helikopter yang sudah siap di helipad yang berada cukup jauh dari bangunan resort. Brianna dan Allard sudah menunggu di lobby untuk di jemput oleh seorang pelayan menuju area helipad. Dan di saat yang bersamaan pula, Greisy muncul dan melangkah ke arah Brianna dan Allard.
"Good morning." Sapa Greisy sambil memasang senyum ramahnya.
"Good morning, Grei." Jawab Allard dan Brianna secara bersamaan.
Brianna memasang wajah ramahnya karena ia berpikir mungkin dirinya kemarin terlalu berlebihan karena rasa cemburu. Tapi selain itu, ia juga tetap waspada dan akan terus menyelidiki dan mencari bukti bahwa sebenarnya wanita yang melabeli dirinya sebagai "sahabat" memiliki rasa lebih pada Allard.
"Kalian akan pulang hari ini?" Tanya Greisy.
"Ya, kami akan pulang hari ini." Jawab Allard.
"Aku juga akan pulang hari ini. Tapi aku harus menunggu supirku untuk menjemput." Sahut Greisy.
"Kalau begitu kau ikut bersama kami saja. Bolehkan honey?" Tanya Brianna kepada sang kekasih.
"Tentu saja baby. Kau tak perlu meminta izin padaku. Semua yang ku miliki, adalah milikmu juga." Jawab Allard sembari tangan kanannya mengusap pelan punggung Brianna.
"Jika aku meminta izin padamu, berarti aku sedang menghargai calon suamiku yang tampan ini." Sahut Brianna dengan kedua tangan yang menangkup wajah Allard.
Allard tersenyum dan menatap mata Brianna. "Aku tak salah memilih calon istri." Allard pun mencium bibir Brianna di depan Greisy.
DEG
Lagi, dada Greisy berdebar ketika melihat adegan romantis itu. Greisy merasa tak nyaman bahkan tak suka dengan perasaan ini. Karena setelah sekian tahun berpisah dari Allard dan tinggal di Rusia bersama suaminya, ternyata perasaan cinta untuk Allard tak kunjung hilang. Perasaan itu hanya diam dan bersembunyi di dalam sudut kegelapan hati Greisy, dan suatu saat bisa saja menampakkannya lagi, seperti saat ini. Greisy cemburu, ya sangat cemburu.
Greisy yang melihat adegan itu hanya memasang senyumnya. Meski sebenarnya ia terpaksa melakukan itu karena tidak mungkin Greisy menampilkan wajah kesal dan rasa cemburunya.
"Anna, sejak tadi aku memperhatikan matamu. Apakah kau salah memakai softlens?" Tanya Greisy berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.
"Tidak, ini warna asli mataku Greisy. Aku memiliki mata heterochromia." Jawab Brianna dengan tersenyum.
"Sangat indah. Kemarin aku tak menyadarinya karena terlalu asik berbicara dengan Allard." Jawab Greisy sambil tersenyum menatap Allard. Sedangkan Allard sedang fokus menatap Brianna dengan tatapan penuh cinta.
Brianna yang mendengar ucapan Greisy hanya tersenyum dengan malas. 'Cih, dia ingin membuktikan bahwa kemarin dia tak menganggapku ada dan hanya sibuk dengan Allard. Dasar wanita gatal.' Gumam batin Brianna.
"Nanti jika kita sudah sampai di Berlin, mainlah ke rumah Mommy dan Daddy, Al. Mereka pasti senang melihatmu datang." Ucap Greisy yang ternyata hanya mengajak Allard dalam ucapannya itu.
"Ya ide bagus. Aku sudah lama tidak bertemu dengan Uncle Joshua dan Aunty Lidya." Sahut Allard.
"Permisi Tuan. Semua sudah siap." Ucap seorang pria yang sejak tadi mengecek kesiapan helikopter milik Allard.
Allard menjawabnya dengan anggukan, dan pria itu pun kembali menuju area helipad dengan membawa barang-barang milik Allard dan Brianna.
"Ayo kita berangkat sekarang." Ajak Allard kepada Brianna juga Greisy.
"Kau sudah membawa barangmu Grei?" Tanya Brianna.
"Sudah. Aku hanya membawa tas kecil ini." Jawab Greisy menunjukkan tas selempangnya yang tersampir di bahunya.
"Baiklah kita berangkat sekarang." Sahut Allard.
Allard menggandeng tangan Brianna dan berjalan beriringan. Dilengkapi dengan canda tawa khas pasangan yang sedang jatuh cinta, juga beberapa imbuhan ciuman yang mendarat di wajah keduanya.
Greisy yang berjalan di belakang Allard dan Brianna hanya menatap mereka dengan tatapan nanar. Ada rasa menyesal yang timbul di hati Greisy. Ia menyesal tidak menyatakan perasaannya lebih dulu pada Allard. Pada waktu itu Greisy berpikir bahwa pernyataan cintanya akan membuat persahabatan mereka merenggang. Hingga akhirnya Greisy memutuskan untuk memendamnya saja dan berakhir dengan sebuah penyesalan.
Greisy memutuskan untuk menikah dengan suaminya saat itu karena ia berharap Allard akan tiba-tiba menyatakan perasaan padanya dan menghalangi Greisy untuk menikah. Tapi dugaannya salah, Allard justru mendukung dan membantu mempersiapkan pernikahannya. Dan Greisy, tidak bisa memutuskan pernikahannya begitu saja. Greisy sadar betul, bahwa pria pilihan ayahnya adalah seorang pengusaha berlian terbesar di Rusia yang sangat-sangat berpengaruh di negaranya bahkan untuk keluarganya. Jika Greisy tiba-tiba membatalkan pernikahannya sedangkan semua persiapan sudah sangat matang, entah bagaimana nasib ayahnya. Greisy tidak takut sebenarnya, hanya saja ia memikirkan perasaan dan kondisi ayahnya.
Kini capung besi itu tengah mengudara untuk kembali menuju kota Berlin. Tak ada percakapan yang menghiasi perjalanan mereka. Mereka terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing.
Hingga tak terasa, helikopter mendarat di helipad yang berada di atas gedung sebuah rumah sakit tempat dimana Daniel di rawat sekarang. Beberapa anak buah Allard sudah menunggu di sana dan membawa semua barang-barang milik tuannya dan kekasihnya.
"Bawa ke dalam mobil, dan suruh supir untuk mengantar Greisy ke rumah orang tuanya." Kata Allard memerintah kepada anak buahnya.
"Kau tak jadi ke rumah Mommy dan Daddy, Al?" Tanya Greisy yang heran karena ia mengira Allard akan mengunjungi rumah orang tuanya hari ini.
"Tidak hari ini, Greisy. Aku akan menjenguk Kak Daniel yang sedang di rawat di sini." Jawab Allard dengan sedikit berteriak karena suara helikopter yang cukup berisik.
"Ada apa dengan kak Daniel?" Tanya Greisy.
"Dia terluka karena insiden kemarin." Jawab Allard yang kini sudah berjalan menuruni anak tangga.
"Aku akan ikut denganmu." Ujar Greisy.
'Ahh wanita ini tak patah arang ternyata. Baiklah ku ikuti permainanmu kali ini.' Ujar Brianna dalam hatinya.
"Tak apa kan Anna, jika aku ikut?" Tanya Greisy memastikan.
"Tentu saja, Grei. Kau kan sa-ha-bat calon suamiku. Dan sudah pasti kau mengenal Kak Daniel." Jawab Brianna dengan memberikan penekanan pada kata sahabat.
Akhirnya Allard memerintahkan anak buahnya untuk menunggu di parkiran.
Saat ini mereka sudah berada di dalam lift dan akan menuju lantai sembilan, dimana Daniel di rawat.
"Apa Hana masih menemani Kak Daniel?" Tanya Brianna pada Allard.
"Hmm. Aku memintanya untuk menemani Kak Daniel di rumah sakit sampai ia bisa pulang. Ada apa honey?" Tanya Allard.
"Tidak ada apa apa. Aku hanya merindukan wanita nakal itu karena sejak kita di resort aku belum melihatnya." Jawab Brianna.
TING
Pintu lift terbuka saat sampai di lantai sembilan. Mereka pun keluar dan langsung melangkah menuju kamar perawatan Daniel karena asisten Allard sudah memberitahukan letak kamar Daniel.
Ceklek
Allard membuka pintunya lalu masuk ke dalam di susul oleh Brianna dan Greisy. Allard melihat sang kakak sedang merokok dan jendela kamarnya dibuka sangat lebar.
"Apa yang kau lakukan? Mengapa kau merokok di sini?" Tanya Allard dengan mengerutkan dahi.
"Wah lihatlah adik iparku yang cantik akhirnya datang." Ucap Daniel tanpa menjawab pertanyaan Allard.
"Tentu saja aku datang. Bagaimana bisa seorang mafia terluka seperti ini." Sahut Brianna dengan terkekeh pelan.
"Mafia juga manusia, Anna." Jawab Daniel. "Greisy? Kau Greisy kan?" Tanya Daniel.
Greisy pun mengangguk. "Apa kabar Kak Daniel?"
"I'm great meski entah berapa puluh jahitan di perutku ini." Jawab Daniel.
"Hei kau belum menjawab pertanyaanku. Apa yang kau lakukan? Mengapa kau merokok di dalam sini?" Ujar Allard dengan pertanyaan yang sama.
"Aku bosan. Bisakah aku pulang hari ini? Aku ingin mengamuk dan membom mansion Vinson sialan itu." Sahut Daniel sambil menghembuskan asap rokoknya.
"Aku akan memanggil perawat agar menegurmu untuk tidak merokok di sini." Ucap Allard.
"Tak perlu. Aku sudah meminta izin pada perawat tadi." Sahut Daniel lalu menyesap kembali nikotinnya.
"Dan perawat itu mengizinkanmu?" Allard memicingkan matanya.
"Tentu saja." Jawab Daniel.
"Bagaimana bisa, Kak?" Kali ini Brianna yang bertanya.
"Dengan sedikit godaan saja, adik ipar." Jawab Daniel sambil tersenyum manis.
Hati Greisy merasa seperti di cubit saat ia mendengar Daniel menyebut Brianna dengan sebutan adik ipar beberapa kali. Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya tersenyum masam.
"Sudah kuduga." Ucap Brianna. "Boleh aku bergabung?" Lanjut Brianna.
"Kau juga seorang perokok?" Tanya Daniel.
"Hanya sesekali saja." Jawab Brianna.
Daniel menyodorkan sebungkus kotak yang berisikan rokon kepada Brianna. Saat Brianna hendak memgambilnya, Allard langsung menarik kembali tangan Brianna.
"No honey. Aku tak mengizinkanmu merokok." Ucap Allard dengan suara beratnya.
Mau tak mau Brianna menurut dengan ucapan Allard dan Daniel terkekeh pelan karena melihat raut wajah Brianna dengan kondisi bibir yang mengerucut sebab sedikit kesal.
"Lain kali kita akan merokok bersama, Anna." Sahut Daniel sengaja memancing kekesalan adiknya, dan Brianna pun dengan sengaja mengganggukkan kepalanya sambil mengulum senyumnya.
CEKLEK
Tiba-tiba pintu kamar itu dibuka dan Hana berdiri di ambang pintu. Daniel yang melihat Hana sedang menatapnya dengan tajam segera mematikan rokoknya dan membuangnya entah kemana.
"Terlambat, aku sudah melihatmu Tuan." Ucap Hana dengan mata memicing.
"Hanya satu batang." Jawab Daniel.
"Jadi dia takut padamu, Han?" Tanya Brianna.
"Ya, aku sangat takut karena ia seperti singa betina yang sedang kelaparan." Ujar Daniel yang dibalas dengan tatapan membunuh oleh Hana.
"Bisakah, kau mengganti wanita ini dengan wanita yang sedikit anggun? Seperti calon istrimu, Al." Ucap Daniel yang sepertinya tak mau berlama-lama dengan Hana.
"Memangnya kenapa?" Tanya Allard.
"Dia sangat cerewet sekali, dan aku tak suka." Jawab Daniel.
"Hei kau pikir aku suka berada di sini? Jika bukan adikmu yang memintaku untuk menjagamu, aku pun tak sudi Tuan!" Bentak Hana yang sangat kesal pada Daniel.
Bagaimana tidak, semalaman ia tak tidur karena menjaga Daniel yang sedang di operasi. Bahkan setelah operasi selesai dan ia sadar pun Hana yang mengurusnya. Bahkan semalam Hana tak tidur karena Daniel tiba-tiba demam dan terus meracau entah berbicara apa. Hana menemani Daniel dan merawatnya dengan ikhlas. Ia tak peduli akan kesehatan dirinya karena ia lebih memikirkan Daniel meskipun sebenarnya ia tidak dekat bahkan tak mengenal Daniel.
Tapi kini hati Hana sangat sakit saat mendengar ucapan Daniel yang seenaknya. Hana merasa tidak di hargai sama sekali oleh Daniel. Hana menatap Daniel dengan lekat dan penuh amarah, lalu Hana pergi meninggalkan semua yang ada di dalam kamar perawatan Daniel.
TBC
Jangan lupa tinggalin jejak yaa
Follow Like Komen Vote dan Hadiaah❤