Benci Jadi cinta mengisahkan perjalanan cinta Alya dan Rayhan, dua orang yang awalnya saling membenci, namun perlahan tumbuh menjadi pasangan yang saling mencintai. Setelah menikah, mereka menghadapi berbagai tantangan, seperti konflik pekerjaan, kelelahan emosional, dan dinamika rumah tangga. Namun, dengan cinta dan komunikasi, mereka berhasil membangun keluarga yang harmonis bersama anak mereka, Adam. Novel ini menunjukkan bahwa kebahagiaan datang dari perjuangan bersama, bukan dari kesempurnaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Nikegea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 : terjebak dalam kekacauan
Se minggu setelah "perjanjian" mereka, Reyhan semakin menjadi-jadi. Di kampus, ia terus mencipta kan momen-momen yang mem perkuat citra mereka sebagai pasangan. Alya hanya bisa mengikuti nya, sambil menggertak kan gigi tiap kali Reyhan melebih-lebihkan.
Hari itu, suasana kampus sedang ramai karena acara per siapan Festival Kreativitas. Alya sedang sibuk mengurus stand untuk divisi desain, berharap Reyhan nggak muncul dan merusak fokus nya.
Tapi tentu saja, harapan itu cuma angan-angan. Reyhan datang dengan santai, mem bawa dua cup es kopi dan senyum lebar nya yang menyebal kan.
“Nih, buat kamu,” kata nya, menyodor kan kopi ke Alya.
Alya menatap nya tajam. “Apa lagi, sih? Gue lagi sibuk, Reyhan.”
“Tuh, liat. Gue per hatian, lo malah galak,” balas Reyhan sambil duduk di kursi kosong. “Lagian, pasangan itu kan harus saling support.”
Beberapa teman Alya yang ada di dekat mereka mulai mem perhatikan. Salah satu dari mereka, Rani, bahkan ter senyum penuh arti.
“Wah, Reyhan manis banget, ya. Pantes Alya jadi luluh,” kata Rani sambil terkikik.
Alya hanya bisa tersenyum kaku. Tapi sebelum sempat membalas, tiba-tiba seorang panitia acara berlari mendekati mereka.
“Alya, tolong banget! Salah satu pengisi acara batal tampil, dan kita nggak ada cadangan!”
Alya langsung panik. “Hah? Kok bisa? Terus kita harus gimana?”
Reyhan, yang seperti nya menikmati drama ini, langsung berdiri. “Tenang, Alya kan jago ngatur. Pasti dia punya solusi.”
Alya menatap Reyhan dengan pandangan membunuh. Tapi panitia itu justru menatap mereka penuh harap. “Kalian berdua aja deh yang tampil! Kan kalian pasangan, pasti seru kalau duet!”
“APA?!” Alya dan Reyhan berseru ber samaan.
Panitia itu tampak bingung. “Iya, kalian pasangan, kan? Ayo dong, bantuin. Acara ini tinggal beberapa jam lagi.”
Alya ingin menolak, tapi Reyhan lebih dulu mengangguk. “Oke, kita bantu.”
Alya memandang Reyhan seolah dia sudah gila. “Lo serius?”
Reyhan ter senyum tipis. “Tenang, kita cuma pura-pura. Lagian, ini kesempatan buat bikin mereka makin percaya, kan?”
Alya menghela napas panjang. Dalam hati, ia tahu ini ide buruk, tapi situasi nya nggak memberi mereka pilihan lain.
Beberapa jam ke mudian, Alya ber diri di belakang panggung, mengenakan gaun sederhana yang disiapkan panitia. Di sebelah nya, Reyhan tampak terlalu santai dalam kemeja putih dan jeans.
“Apa yang bakal kita lakuin di atas sana?” bisik Alya.
“Tenang aja,” jawab Reyhan sambil ter senyum. “Gue udah siapin skenario. Kita tinggal improvisasi dikit.”
“Improvisasi?!” Alya menahan diri untuk tidak membentak nya di tempat.
Tapi sebelum bisa protes lebih jauh, pem bawa acara sudah memanggil nama mereka. Dengan ter paksa, Alya mengikuti Reyhan ke atas panggung.
Lampu sorot menyinari mereka, dan Alya bisa merasakan tatapan ratusan pasang mata. Reyhan menggenggam mikrofon, lalu dengan percaya diri berkata, “Hai semua! Kami Reyhan dan Alya, pasangan yang… unik, bisa di bilang.”
Tawa kecil terdengar dari penonton. Alya ingin tenggelam di tempat, tapi Reyhan terus ber bicara.
“Kami mau berbagi cerita lucu tentang gimana dua orang yang awalnya saling benci… bisa jadi seperti sekarang.”
Alya hanya bisa memandang Reyhan dengan ngeri. Ia tahu, ini bakal jadi momen paling memalukan dalam hidup nya.
Alya ber diri ter paku di panggung. Reyhan masih memegang mikrofon dengan percaya diri, menyapukan pandangan nya ke penonton yang mulai ter tawa-tawa kecil.
“Jadi begini,” kata Reyhan, memulai ceritanya. “Pertama kali ketemu Alya, gue mikir dia ini tipe cewek yang… galak, perfeksionis, dan nggak bisa santai. Dan ter nyata, gue bener.”
Penonton langsung meledak tertawa. Alya mendelik tajam ke arah Reyhan. Ia berusaha tetap tenang sambil meremas ujung gaun nya.
“Dan lo,” Alya akhirnya mengambil mikrofon dari tangan Reyhan, “adalah tipe cowok yang super nyebelin. Sok santai, sok tahu, dan—” Alya menghenti kan kalimat nya, menyadari semua penonton menunggu kelanjutan nya.
Reyhan menatap Alya dengan senyum jahil. “Dan apa? Tampan? Menarik? Sempurna?”
Penonton tertawa lagi, kali ini lebih keras. Alya hanya mendesah kesal.
“Intinya,” Reyhan melanjut kan, “kami ini kayak minyak sama air. Tapi aneh nya, sekarang kami di sini. Kadang hidup memang lucu, ya.”
Penonton memberi kan tepuk tangan riuh. Reyhan melirik Alya, mengulur kan tangan nya untuk mengajak nya ikut sedikit improvisasi.
“Gimana kalau kita kasih mereka hiburan sedikit?” bisik Reyhan.
“Hiburan apaan?” Alya membalas, wajah nya penuh curiga.
Reyhan tersenyum. “Ikut aja.”
Se belum Alya sempat menolak, Reyhan sudah menarik nya mendekat. Musik men dadak terdengar dari speaker—sebuah lagu romantis klasik yang membuat seluruh penonton bersorak.
“Lo gila!” bisik Alya panik.
“Percaya aja, gue bisa bawa lo,” jawab Reyhan santai.
Dengan gerakan sederhana, Reyhan menggenggam tangan Alya dan mulai memimpin tarian kecil. Awal nya Alya kaku, tapi melihat Reyhan yang justru tampak percaya diri, ia akhir nya mengalir mengikuti irama.
Penonton bersorak semakin keras, dan beberapa mulai merekam momen itu. Alya merasa wajah nya memanas, tapi ia tidak bisa membantah bahwa Reyhan… cukup pandai membuat suasana terasa menyenang kan.
Namun, momen romantis itu berakhir dengan kekacauan. Di tengah tarian, kaki Alya ter sangkut pada ujung gaun nya sendiri, dan sebelum ia sempat menjaga keseimbangan, mereka berdua terjatuh dengan posisi Reyhan di bawah dan Alya di atas.
Seluruh ruangan terdiam selama beberapa detik, sebelum meledak dengan sorakan dan tawa.
Reyhan meringis sambil menatap Alya yang masih bingung. “Lo berat juga ya.”
Alya langsung bangkit dengan wajah merah padam, menatap Reyhan dengan tajam. “Ini semua salah lo!”
Reyhan hanya tertawa kecil sambil duduk, memegangi pinggang nya. “Salah gue? Lo yang nggak bisa jalan.”
Mereka akhir nya turun panggung dengan cam puran malu dan kesal, se mentara pe nonton masih ter tawa dan ber tepuk tangan.
selesai acara, Alya dan Rayhan saling me nudu satu sama lain,tetapi panitia acara datang, sehingga membuat mereka terdiam.
"wahh, kalian keren, makasih banyak deh, udah mau bantu"ucap panitia itu sambil memberi mereka jempol.
semangat kak 🤗
sumpah aku jadi ketagihan bacanya 😁😁