Di masa putih abu-abu, Juwita dan Calvin Cloud menikah karena kesalahpahaman. Calvin meminta Juwita untuk menyembunyikan status pernikahan mereka.
Setelah lulus sekolah, Calvin pergi ke luar negeri untuk menempuh pendidikan. Sedangkan Juwita memilih berkuliah di Indonesia. Mereka pun saling menjauh, tak memberi kabar seperti kebanyakan pasangan lainnya.
Lima tahun kemudian, Juwita dan Calvin dipertemukan kembali. Calvin baru saja diangkat menjadi presdir baru di perusahaan Lara Crop. Juwita juga diterima menjadi karyawan di perusahaan tersebut.
Akan tetapi, setelah bertemu, sikap Calvin tetap sama. Juwita pun menahan diri untuk tidak memberitahu Calvin jika beberapa tahun silam mengandung anaknya.
Bagaimanakah kelanjutan hubungan Juwita dan Calvin? Apakah Juwita akan tetap merahasiakan buah hatinya, yang selama ini tidak pernah diketahui Calvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Berbeda
Juwita spontan memejamkan mata. Dia dilanda gugup ketika Calvin memojokannya ke dinding. Saat ini tak ada jarak di antara dia dan Calvin. Sampai-sampai aroma parfum maskulin Calvin menyeruak ke indera penciumannya. Membuat jantung Juwita berdegup lebih kencang.
"Pak Calvin, apa yang ingin dibicarakan?" Juwita mencoba memberanikan diri bertanya lagi.
Tak ada tanggapan, Juwita dapat mendengar deru napas Calvin di sekitar. Tanpa diketahui Juwita, Calvin tengah memandang wajahnya.
"Apa yang kamu katakan pada Nenek tadi?" Dalam hitungan Calvin mundur beberapa langkah.
Setelah merasa aman, Juwita lantas membuka mata. "Tidak ada Pak. Aku sama sekali tidak mengatakan apa pun pada Nenek," jawabnya dengan kening berkerut samar.
"Lalu mengapa Nenek tiba-tiba memintaku mempublikasikan hubungan kita? Kamu yakin, tidak mengatakan sesuatu padanya?" tanya Calvin dengan mimik muka terlihat serius.
Beberapa menit sebelumnya, Calvin sangat heran kedatangan Lara ke perusahaan malah membahas hubungannya dan Juwita, bukannya memberi ucapan selamat atas pengangkatannya sebagai presdir baru. Lara justru memarahinya tadi.
"Nenek tidak mau tahu, kamu harus mempublikasikan hubunganmu dengan Juwita sekarang!" seru Lara tadi.
Juwita tak langsung menjawab, terdiam beberapa detik kemudian mengedipkan mata berulang kali saat teringat dengan pembicaraan mereka di dalam mobil tadi.
"Um, aku baru saja ingat, tadi secara kebetulan kami tidak sengaja bertemu di suatu tempat, lalu saat berbincang-bincang di mobil, aku meminta pada Nenek untuk menurunkan aku di luar gedung perusahaan, dan Nenek tiba-tiba mengatakan akan memintamu untuk mempublikasikan hubungan kita, itu saja sih, tidak ada yang kami bicarakan lagi," terang Juwita apa adanya.
Calvin mengangkat sedikit alis mata kanannya. "Itu saja? Bukan kamu yang meminta pada Nenek untuk mempublikasikan hubungan kita?"
Juwita menggeleng cepat.
"Tidak Calvin, aku juga tidak ingin orang tahu kalau kita adalah pasangan suami-istri," kata Juwita sambil tersenyum getir. Padahal, jauh di lubuk hatinya, Juwita berharap Calvin menganggapnya sebagai seorang istri.
Calvin tak langsung menanggapi, malah menatap lekat-lekat wajah Juwita.
"Baguslah, kalau kamu berpikiran sama sepertiku, kamu tahu sendiri kan, kita tidak saling mencintai, kesalahpahaman sewaktu dulu membuat kita terikat sampai saat ini, jadi aku harap kamu dapat mengerti,"balas Calvin kemudian.
Lagi, Juwita menyungging senyum getir. Apa lelaki di hadapannya ini melupakan malam di mana mahkotanya terenggut oleh suaminya itu. Meski Calvin menggaulinya dalam keadaan mabuk. Tetapi, bagi Juwita malam itu, malam paling indah selama hidupnya.
"Iya, apa ada yang lagi yang mau disampaikan?" tanya Juwita hendak mengakhiri obrolan, terlalu lama bersama Calvin membuat dadanya berdebar-debar tak karuan.
"Ada, aku heran mengapa kemarin kamu membawa lari Chester, mengapa kamu setakut itu denganku?" tanya Calvin dengan tatapan menyelidik.
Juwita mendadak gugup, matanya mulai bergerak ke sana kemari, hendak mencari alibi di otak agar Calvin tidak menaruh curiga padanya.
"Aku minta maaf, bukannya aku takut, hanya saja aku tidak enak dengan Putri. Aku melihatnya tampak cemberut dengan kehadiran Chester di dekatmu, sebagai seorang wanita tentu saja aku memahami perasaan Putri. Pasti dia sangat cemburu kekasihnya dekat dengan anak dari wanita lain," jelas Juwita.
Calvin tak menanggapi, justru memandang wajah Juwita dengan seksama hingga membuat Juwita mulai tampak salah tingkah sekarang.
"Besok malam ada acara syukuran di rumah, saat pulang kerja datanglah ke salon Beauty, nanti ada orang yang di sana yang mengurus gaun serta make-upmu," ujar Calvin kemudian mengambil kartu nama miliknya di saku celana. Setelah itu menyodorkannya kepada Juwita.
"Ini ambillah, tunjukkan pada pemilik salon kartu namaku besok."
Tanpa bertanya lagi Juwita pun meraih kartu nama Calvin.
"Baiklah," balas Juwita.
"Jangan datang terlambat, aku tidak mau Nenek memarahiku lagi. Kembalilah berkerja," sahut Calvin lalu membalikkan badan hendak berjalan ke meja kerja.
"Iya, kalau begitu aku permisi." Setelah pamit undur diri. Juwita pun bergegas keluar dan kembali melanjutkan perkerjaannya yang tertunda tadi.
*
*
*
Keesokan harinya, sesuai dengan rencana. Setelah selesai berkerja. Tepat pukul setengah empat Juwita bergegas pergi ke salon yang dikatakan Calvin. Juwita juga tidak lupa menitipkan Chester pada Tina dengan beralasan ada urusan mendadak, dan akan pulang nanti malam.
Kini Juwita telah selesai dirias. Juwita merasa aneh dengan penampilannya sekarang, sebab tak ada lagi kacamata bertengker di hidung. Juwita dipaksa MUA untuk memakai softlens minus.
"Apa benar ini aku?" gumam Juwita pelan, memandang dirinya di hadapan cermin.
Juwita terlihat sangat berbeda. Gaun putih panjang melekat dengan indah di tubuh langsingnya itu. Make up natural serta rambut panjang yang tergerai di belakang, membuat kecantikan Juwita semakin terpancar. Juwita merasa ini seperti mimpi di sore hari. Namun, nyatanya ini bukanlah mimpi.
"Permisi Nona, apa sudah selesai?"
Juwita terkejut saat mendengar suara lelaki dari belakang. Dengan cepat dia pun membalikkan badan.
"Iya, aku sudah selesai, siapa ya?"
Lelaki berpenampilan memakai kacamata itu mengulas senyum sesaat. "Perkenalkan namaku Ardi, tangan kanan dan sekaligus teman kuliah Tuan Calvin dulu, aku diutus Tuan Calvin untuk menjemput Nona. Tuan Calvin akan datang terlambat, ayo ikutlah denganku Nona. Langit sudah mulai gelap di luar."
Juwita pun mengangguk. Lantas mengikuti Ardi dari belakang.
***
Tak lama, Juwita telah sampai di mansion Lara. Suasana di dalam tampak ramai sekali. Juwita tampak gugup karena akan ada banyak orang di dalam.
"Ayo Nona turun, masuklah ke dalam aku harus pergi lagi ke tempat Tuan Calvin,"ujar Ardi di depan kursi kemudi.
"Baik, terima kasih Ardi." Setelah mengucapkan kata terima kasih, Juwita lantas turun dari kendaran dan masuk ke dalam mansion.
Namun, baru saja menginjakkan kaki di lantai marmer tersebut, suara seseorang yang amat Juwita kenali mengema di sekitar. Membuat Juwita mau tak mau menoleh ke sumber suara.
"Juwita, apa yang kamu lakukan di sini hah?!" pekik Putri, dengan sorot mata menyala-nyala.
atau sebaliknya gustav tdr dengan juwita.. aku gk mau baca lg thor/Scream//Joyful/