Fujimoto Peat, aktris papan atas yang dimanja oleh dunia glamor berlibur ke pulau tropis. Di sana ia bertemu Takahashi Fort yang merupakan kebalikan sempurna dari dunianya.
Pertemuan mereka memicu percikan antara pertemuan dua dunia berbeda, keanggunan kota dan keindahan alam liar.
Fort awalnya menolak menjadi pemandu Peat. Tapi setelah melihat Peat yang angkuh, Fort merasa tertantang untuk ‘’mengajarinya pelajaran tentang kehidupan nyata.’’
Di sisi lain, ada satu pasangan lagi yang menjadi pewarna dalam cerita ini. Boss, pria kocak yang tidak tahu batasan dan Noeul, wanita yang terlihat pemarah tapi sebenarnya berhati lembut.
Noeul terbiasa menjadi pusat perhatian, dan sikap santai Boss yang tidak memedulikannya benar-benar membuatnya kesal. Setiap kali Noeul mencoba menunjukkan keberadaannya yang dominan, Boss dengan santai mematahkan egonya.
Hubungan mereka berjalan seperti roller coaster.
Empat orang dalam hubungan tarik ulur penuh humor dan romansa, yang jatuh duluan, kalah!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bpearlpul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Kakak Ipar
Malamnya, Krismon meledak dalam keputusasaan, berbicara sendiri di depan layar laptop. ‘’Bagaimana aku bisa menemukannya di dunia yang sebesar ini? Dia bahkan tak meninggalkan satu pun petunjuk!’’
Ia mulai merasa bersalah karena ia terlalu mendorong Peat untuk terus berada di puncak tanpa memikirkan perasaannya.
Krismon memejamkan mata dan menarik nafas. ‘’Berhenti mencari di layar. Temukan di hatimu.’’
Detik berikutnya, ia membuka mata. ‘’Tunggu? Tapi aku bukan peramal yang bisa melihat dengan mata hatiku.’’
Krismon kembali berguling di kasurnya sambil menggerutu. ‘’Bagaimana seorang manajer bisa kehilangan aktrisnya?’’
Ia dengan dramatis mulai memikirkan netizen akan berspekulasi, dari isu depresi hingga rumor tentang hubungan cinta terlarang. ‘’Tapi, sampai saat ini masih belum ada satu pun topik panas dari media. Artinya, mereka masih belum tahu kalau Peat menghilang. Sebelum bencana datang, aku harus segera menemukannya.’’
......................
Fort tiba di penginapan Peat, mengenakan pakaian biasa yang sederhana. Ia mengetuk pintu kamar Peat dengan santai, namun saat pintu terbuka, ia terdiam.
Peat berdiri di depannya, mengenakan gaun sederhana dengan potongan anggun yang menonjolkan keindahan tubuhnya tanpa berlebihan. Rambutnya diikat setengah, membiarkan beberapa helai jatuh lembut di wajahnya. Meski ia tidak memakai banyak riasan, wajahnya tetap bersinar alami di bawah lampu malam.
‘’Apa aku terlalu cantik sampai membuatmu lupa cara berbicara, Tuan Fort?’’ ucapnya dengan nada menggoda.
‘’Cantik? Tentu saja. Bahkan bintang-bintang malam ini iri melihat kecantikanmu.’’
Peat tersipu tapi menyembunyikannya dengan ketus. ‘’Omong kosong. Aku yakin kau mengatakan itu pada setiap tamu perempuanmu.’’
Fort melakukan pose seolah-olah menggigit bibir bawahnya sambil tersenyum lebar menatap Peat yang berlalu melewatinya. ‘’Dia benar-benar wanita yang menarik.’’
......................
Keduanya berjalan berdampingan di jalan setapak yang diterangi lentera-lentera kecil. Pulau itu terasa damai, dengan angin laut yang sejuk dan suara ombak yang menenangkan.
Fort membuka pembicaraan. ‘’Sebagai pemandumu, kau harus tahu hal ini. Jadwalku tiga hari kerja dimulai dari fajar hingga malam, menemani klien hingga mereka kembali ke kamar untuk tidur.’’
‘’Kedengarannya melelahkan. Kamu tidak bosan melakukan itu terus-menerus?’’ tanya Peat.
Fort mengangkat bahu sambil tersenyum santai. ‘’Melelahkan? Mungkin. Tapi aku tidak pernah merasa bosan. Aku bertemu orang asing dari berbagai tempat, mendengar cerita mereka, dan seringkali, aku menjadi akrab dengan mereka. Itu lebih menyenangkan daripada yang kau kira.’’
Peat tersenyum skeptis. ‘’Terdengar seperti alasan klise. Bilang saja kau hanya mengejar uang. Mengakrabkan diri dengan kata-kata manis untuk memastikan mereka memberi tip besar.’’
Fort tertawa kecil mendengar tuduhan itu. ‘’Siapa yang tidak suka uang?’’
Peat tidak berkomentar lagi dan berjalan lebih dulu membuat Fort mengikutinya seperti anak kecil.
......................
Saat tiba di bar pantai, suasana langsung berubah. Musik tetap berdentum lembut, tapi fokus semua orang kini tertuju pada Peat.
‘’Lihat, jangan-jangan dialah wanita cantik yang dibicarakan tadi pagi.’’
Peat hanya tersenyum sopan. Meski sudah terbiasa menjadi pusat perhatian, ia tetap menyikapi semuanya dengan anggun.
‘’Senang sekali semua orang terpesona denganmu. Mungkin kau harus bagi-bagi tiket tanda tangan nanti,’’ kata Fort.
‘’Perhatian seperti itu biasa bagi aktris besar sepertiku,’’ balas Peat.
Begitu keduanya tiba di meja kosong yang telah dipesankan, Boss datang dengan senyuman lebar. ‘’Oh, halo Kakak ipar.’’
‘’Sekarang, bajingan mana lagi ini yang tiba-tiba datang mengatakan omong kosong? Siapa yang mau jadi kakak iparmu? Bahkan aku baru tahu kau ada di dunia ini lima detik yang lalu,’’ kata Peat.
‘’Aku Takahashi Boss, adik dari pria yang memandumu ini.’’
Fort menyeringai ketika Peat menatapnya tajam. ‘’Aku tidak bilang apa-apa. Dia punya imajinasi liar.’’
‘’Pantas saja kakaknya bajingan, ternyata adiknya juga tidak tahu malu,’’ kata Peat.
Boss tersenyum ceria. ‘’Terima kasih. Itu pujian terbaik yang pernah kudengar.’’
’’Kau benar-benar mengenal kami dengan baik sekarang,’’ senyum Fort.
Peat tidak habis pikir menghadapi dua saudara ini. Fort dengan sikap menyebalkannya dan Boss dengan kelakuannya yang tidak tahu malu.