Anindya Alyssa seorang wanita manis yang memiliki warna kulit putih bersih, bekerja sebagai waiters di salah satu hotel yang cukup terkenal di kotanya. Hidup sebatang kara membuat harapannya untuk menjadi sekretaris profesional pupus begitu saja karena keterbatasan biaya untuk pendidikan nya.
Namun takdir seakan mempermainkan nya, pekerjaan sebagai waitres lenyap begitu saja akibat kejadian satu malam yang bukan hanya menghancurkan pekerjaan, tetapi juga masa depannya.
Arsenio Lucifer seorang pria tampan yang merupakan ceo sekaligus pemilik dari perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Terkenal akan hasil produksi yang selalu berada di urutan teratas di pasaran, membuat sosok Lucifer disegani dalam dunia bisnis. Selain kehebatan perusahaan nya, ia juga terkenal akan ketampanan dan juga sifat gonta-ganti pasangan setiap hari bahkan setiap 6 jam sekali.
Namun kejadian satu malam membuat sifatnya yang biasa disebut 'cassanova' berubah seketika. Penolakan malam itu justru membuat hati seorang Lucifer takluk dalam pesona seorang waiters biasa.
Lalu bagaimana kisah Assa dan Lucifer?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
Anindya dan Arsen tampak duduk bersama sambil menikmati sate yang Anin beli tadi. Entahlah mengapa Arsen bisa tiba-tiba menginginkan makanan yang jarang ia makan itu, sementara Anindya tampak tengah berpikir apakah Arsen sedang mengidam juga seperti dirinya.
"Assa, kau harus ikut denganku ke Meksiko." Ucap Arsen menatap Anindya yang diam saja.
"Baiklah, Pak." Balas Anindya seadanya lalu lanjut melahap makanannya.
Arsen menatap Anindya sesaat, ia lalu memanggil pelayan dirumahnya untuk membuatkan jus. Saat jusnya datang, tiba-tiba bau jeruk yang menguar malah membuat Anindya mual.
"Assa!!" panggil Arsen tampak terkejut melihat Anindya yang mual-mual.
Arsen menghampiri Anindya, ia mengusap punggung wanita itu pelan sambil sesekali bergantian memijat tengkuknya.
"Assa, berapa kali harus ku katakan bahwa kau harus memeriksa keadaanmu ke dokter." Ucap Arsen menasehati.
"Begini saja, aku akan mengubungi dokter untuk datang kesini." Lanjut Arsen seketika membuat Anindya panik.
"Jangan, Pak!!!" cegah Anindya memegang tangan Arsen yang hendak pergi.
Arsen menatap pergelangan tangannya yang dipegang oleh Anindya, tatapannya beralih kepada wanita itu saat mendengar rintihan kecil dari bibir manis itu.
"Assa, kau tidak apa-apa?" tanya Arsen memegang wajah Anindya dengan lembut.
"Kepala saya sedikit pusing, Pak." Jawab Anindya seraya memegangi kepalanya.
Arsen segera menggendong Anindya, hal secara tiba-tiba itu membuat Anindya sontak terkejut. Wanita itu reflek mengalungkan tangannya di leher Arsen dan menatap pria itu dengan mata yang sedikit melebar.
"Pak, apa yang anda lakukan?" tanya Anindya tampak syok.
Arsen tak menjawab, ia melangkahkan kakinya menuju kamarnya yang menjadi kamar Anindya juga. Menaiki satu persatu anak tangga dengan mata yang terus menatap wajah Anindya yang terlihat semakin cantik.
"Assa, kenapa kau selalu cantik?" tanya Arsen membuat Anindya terdiam.
Anindya mengatupkan bibirnya, ia menundukkan kepalanya tanpa berniat menjawab pertanyaan konyol Arsen yang entah mengapa membuat hatinya tiba-tiba berdesir.
Sesampainya di kamar, Arsen merebahkan tubuh Anindya perlahan di ranjang. Tak lupa pria itu juga menarik selimut hingga menutupi sampai sebatas dada Anindya.
"Istirahat lah." Tutur Arsen dengan lembut.
Anindya mencengkram selimut lalu mengangukkan kepalanya, ia mengubah posisi tidur menjadi miring hingga membelakangi Arsen yang tampak tersenyum lalu mengusap kepala nya pelan.
Anin yang merasakan usapan dikepalanya hanya bisa memejamkan mata, tangannya di dalam selimut secara naluriah ikut mengusap perutnya sendiri yang kini tengah terisi oleh malaikat kecil.
"Nak, jangan buat Mama merasakan nyaman atas perlakuan Papa mu, Mama tidak ingin kamu pergi." Batin Anindya lirih sebelum akhirnya benar-benar tertidur.
Arsen yang tahu Anindya sudah tidur lantas ikut berbaring di sebelah wanita itu, ia mengangkat tubuhnya dan menopangnya dengan sebalah tangan untuk sekedar memberikan kecupan hangat di kening Anindya.
"Selamat malam, Assa ku." Bisik Arsen dengan begitu manis.
Keesokan harinya, Anindya telah rapi dengan pakaian kerjanya. Setalah berperang dengan rasa mual pagi tadi, akhirnya kini kondisinya sudah jauh lebih baik setelah meminum vitamin yang dokter berikan.
Anindya sudah menunggu Arsen di depan rumah, hari ini mereka tidak sarapan di rumah karena harus segera ke kantor untuk meeting. Jadwal keberangkatan Arsen ke Meksiko sudah diatur, karena itulah ia harus mengerjakan semua pekerjaan nya sebelum pergi, begitupun dengan Anindya.
"Nona Anin, apakah anda baik-baik saja?" tanya Asisten Lee dengan wajah yang tetap dibuat sedatar mungkin.
"Hmmm iya, Pak." Jawab Anindya singkat.
Asisten Lee tampak mengerutkan keningnya, ia mulai menaruh kecurigaan mendengar jawaban dari wanita yang entah harus ia sebut apa bagi bosnya. Wajah Anindya yang tampak lebih pucat membuat nya tidak yakin jika wanita itu baik-baik saja.
Tak lama Arsen keluar dengan setelan yang begitu rapi dan tampan. Jangan lupakan bau parfum puluhan juta yang sengaja disemprotkan di beberapa titik namun seakan mandi parfum.
Anindya yang mencium aroma parfum Arsen lantas memejamkan matanya, aroma itu tampak menenangkan pikiran dan rasa mual yang sedikit masih dirasakan.
"Assa." Panggil Arsen menyadarkan Anindya yang tampak nyaman dengan diam nya.
"Maafkan saya, Pak." Ucap Anindya saat sadar.
Anindya membukakan pintu untuk Arsen lalu beralih memutari mobil dan duduk disebelah atasannya itu. Asisten Lee pun sudah duduk di kursi kemudi dan mulai tancap gas meniggalkan rumah Arsen.
Sesampainya di kantor, Arsen dan Anindya tidak pergi ke ruangan mereka. Keduanya langsung menuju ruang rapat yang sebentar lagi akan dimulai setelah direschadule.
"Pak, ini notulen kemarin dan Anda bisa membacanya sebelum rapat nanti dimulai." Ucap Anindya memberikan berkas pada Arsen.
Arsen menerimanya, ia mulai membaca catatan yang Anin buat dengan tulis tangan yang kerapihan nya melebihi ketikan komputer.
"Assa, bacakan jadwalku hari ini." Ucap Arsen seraya bangkit dari duduknya secara tiba-tiba bahkan sampai membuat Anindya terdorong sedikit.
"Assa, astaga maafkan aku." Lanjut Arsen memegang pinggang Anin yang sempat oleng karena dirinya.
Anindya tak menjawab, ia benar-benar tak bisa menahan aroma parfum Arsen. Sementara Arsen menatap manik mempesona milik Anindya dengan dalam, ia melihat ada keraguan di mata wanita itu.
"Assa, kau kenapa?" tanya Arsen.
"Boleh saya memeluk anda, Pak?" tanya Anindya balik.
UP NYA TELAT BANGET YAHHH, MAAF GUYS😭
To be continued