Menjadi bahan taruhan untuk dijadikan mainan oleh pria terpopuler di kampusnya membuat Naina terperangkap dalam cinta palsu yang ditawarkan oleh Daniel.
Rasa cinta yang semakin berkembang di hatinya setiap harinya membuat Naina semakin terbuai akan perhatian dan kasih sayang yang pria itu berikan hingga Naina dengan suka rela memberikan kehormatannya pada pria itu.
Nasib buruk pun datang kepada Naina setelah ia mengetahui niat buruk pria itu menjadikannya kekasihnya hanya untuk barang taruhan semata. Karena setelah itu Naina pun dinyatakan hamil. Dan untuk menutupi aib anaknya, orang tua Naina pun beralih untuk megalihkan fakta jika anak Naina adalah anak mereka dan adik dari Naina.
Ikuti cerita lengkapnya di sini, yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sangat menyakitkan
Makan malam pun berlangsung dengan singkat. Setelah bercengkrama sejenak dengan ibu, ayah dan adiknya, Naina pun berpamitan masuk ke dalam kamar untuk belajar sebagai persiapannya menghadapi sidang skripsi besok pagi.
Di dalam kamarnya Naina hanya memandang tulisan hasil penelitiannya dengan kosong. Tidak ada raut semangat di wajahnya saat belajar seperti biasanya. Pemikirannya terus melayang pada kejadian tadi sore di saat ia mengetahui rahasia besar yang benar-benar membuat hatinya terluka.
Naina menggigit bibir bawahnya menahan agar isakan tangisannya tidak keluar. Ia sungguh tidak menyangka jika mencintai seseorang akan sesakit ini.
"Daniel..." Isak Naina. Menelungkupkan wajahnya di atas lembaran kertas hasil penelitiannya hingga kertas itu sedikit basah.
Naina menepuk dadanya yang sesak. Daniel... Pria populer yang sangat dicintainya. Pria pertama yang sudah berhasil merobohkan tembok yang sudah ia bangun akan namanya cinta.
"Kenapa kau begitu kejam kepadaku, Niel... Apa aku memang begitu rendah di matamu. Apa hubungan kita selama empat bulan terakhir ini tidak ada arti apa-apa di hidupmu." Naina mulai menangis tersedu-sedu. Hati gadis polos itu benar-benar hancur. Harapan cintanya akan berakhir indah sirna begitu saja.
"Aku membencimu, Niel..." Naina menutup mulutnya saat suara tangisannya mulai terdengar cukup keras.
Cukup lama Naina menghabiskan waktunya dengan menangis. Naina bahkan melupakan tujuannya untuk belajar menyambut ujian sarjananya esok hari. Gadis itu benar-benar kacau. Hatinya terasa remuk hingga tak berbentuk.
Pagi pun mulai menyambut. Naina yang tertidur akibat menangis terlalu lama itu pun terjaga. Matanya mulai mengerjap menyesuaikan sinar lampu kamarnya yang tidak ia matikan.
"Astaga... Aku ketiduran!" Ucap Naina begitu panik. Tangannya pun dengan cepat menyambar jam weker yang ada di meja belajarnya. "Sudah jam lima pagi?!" Pekik Naina dengan panik.
Bagaimana tidak, beberapa lembaran materi yang sudah ia rangkum belum ia baca sepenuhnya. Patah hati dengan cinta pertamanya membuat Naina melupakan sidang skripsinya hari ini.
Naina segera berjalan cepat ke arah kamar mandi. Membasuh wajah kemudian menggosok gigi. Kemudian kembali keluar dari dalam kamar mandi. Tanpa membuang waktu, Naina pun segera membaca beberapa lembar materi yang belum ia pahami sepenuhnya. Waktu yang tinggal satu jam kurang lagi untuk ia mandi pun Naina pergunakan untuk belajar dengan singkat.
"Kau bodoh, Naina... Kenapa kau sampai ketiduran seperti tadi malam... Kau melupakan sidang skripsimu hari ini!" Rutuk Naina memukul kepalanya. Naina merasa kalut. Wanita itu benar-benar takut tidak bisa menyelesaikan sidang akhirnya dengan baik.
Pemikiran Naina pun kembali teringat pada kekasih kejamnya. Agh, mungkin sudah bisa dibilang mantan kekasih. Wajah Naina kembali sendu. Namun Naina mencoba kembali menormalkan raut wajahnya.
"Lebih baik aku segera mandi!" Ucapnya setelah merapikan lembaran kertas yang menjadi bahan pelajarannya.
Naina buru-buru menyambar handuknya. Melangkah cepat dengan sedikit berlari ke arah kamar mandi. Ia harus segera mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke kampus. Dan menyiapkan mental untuk menghadapi sidang skripsinya nanti.
Sepuluh menit di kamar mandi, Naina pun sudah kembali keluar. Tanpa membuang waktu lama, Naina segera memakai pakaian hitam putih untuk ujiannya hari ini. Menyisir rambut panjangnya kemudian mengikatnya ekor kuda. Naina dengan buru-buru mempoles bedak tipis di wajahnya. Setelah merasa cukup, Naina pun segera mengambil kaca mata tebalnya dan menyambar tas kuliahnya lalu segera keluar dari dalam kamar.
"Ibu... Ayah..." Ucap Naina dengan cepat saat melihat Ayah dan Ibunya sudah duduk di meja makan.
"Naina..." Kening Ibu nampak mengkerut melihat tingkah putrinya yang terlihat tergesa-gesa.
***
Untuk mendukung karya author yang baru. Mohon berikan dukungan dengan cara...
Like
Komen
Votenya
Agar author semakin semangat melanjutkan ceritanya. Terimakasih😊😊
sini tak bikin pusing beneran....
Aku getok kepala mu pake palu gada.. hhuuhhh....
DASAR KUDANIL
tan tadi tatanya beli boneta telinci.. tok tetalang dadi boneta bel uang? 🤣🤣🤣