Sebuah pengkhianatan seorang suami, dan balas dendam seorang istri tersakiti. Perselingkuhan sang suami serta cinta yang belum selesai di masa lalu datang bersamaan dalam hidup Gladis.
Balas dendam adalah jalan Gladis ambil di bandingkan perceraian. Lantas, balas dendam seperti apa yang akan di lakukan oleh Gladis? Yuk di baca langsung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadisti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mari kita bertemu
"Apa maumu, Darren? Setelah delapan tahun menghilang tanpa kabar, tiba-tiba kamu datang lagi dengan mengatakan bahwa kamu merindukanku. Sungguh lelucon yang konyol." Lirih Gladis seraya menatap lekat benda pipih miliknya.
(Aku tidak akan pernah berhenti mengganggumu Sya. Karena aku sangat merindukanmu. Aku ingin menebus kesalahanku di masa lalu. Berikan aku kesempatan, Sya.)
Gladis tersenyum kecut ketika ia membaca pesan dari Darren. Mantan kekasihnya sangatlah konyol, ingin menebus kesalahannya setelah delapan tahun berlalu. Bahkan Gladis sudah memiliki seorang suami juga seorang putri, bukankah sangat tidak masuk akal jika Gladis memberikan pria itu kesempatan?
(Aku memaafkanmu atas masa lalu kita. Tapi, kesempatan untukmu sudah tidak ada. Aku sudah menikah, dan memiliki seorang putri. Jadi, berhenti menggangguku, jalani hidupmu yang baru tanpa harus memikirkan masa lalu kita. Karena itu semua sudah berakhir tepat di saat kamu pergi meninggalkanku dulu.)
Dengan segera Gladis pun mengirimkan pesan itu kepada Darren. Lalu tatapan matanya beralih pada Sera, gadis kecil itu masih saja asik bermain dengan boneka-bonekanya.
"Sayang, mau mama temenin maennya tidak?" tawar Gladis membuat Sera langsung menoleh ke arahnya.
Gadis kecil tersenyum, lalu menjawab dengan nada bicaranya yang menggemaskan. "Ceya mau maen cendiyi, mama. Mama duduk aja di citu, jangan kemana-mana, ok."
Gladis tersenyum seraya mengangkat jarinya dan membentuk hurup o. Ia sudah tahu, jika putri kecilnya itu pasti akan menolaknya. Toh dia suka maen sendirian dengan boneka tersayangnya. Kecuali saat gadis kecil itu membutuhkan sosok mama dalam permainannya, barulah dia akan meminta sang mama untuk menemaninya bermain.
Gladis kembali memeriksa pesan yang di kirim oleh mantan kekasihnya itu.
(Tidak ada yang berakhir dari hubungan kita, Sya. Hubungan kita masih sama seperti dulu. Kita sepasang kekasih yang di pisahkan oleh waktu saja. Aku tidak akan pernah melupakan hubungan kita dan juga kamu. Karena cintaku sampai saat ini masih hanya untukmu, Sya.)
(Berikan aku nomormu, atau aku benar-benar akan mengambil akunmu dan menggunakannya untuk menipu orang.)
Gladis memelototkan kedua bola matanya sempurna. Sungguh ia tidak menyangka jika Darren akan mengetik pesan seperti itu. Apakah pria itu sudah gila!
(Dasar, gila. Tidak akan aku berikan.)
Darren tersenyum saat ia membaca balasan dari Gladis. Ia menghembuskan nafasnya, lalu mulai mengetik lagi.
(Baiklah, aku akan mengambil akunku. Lihat saja.)
Pesan itu segera ia kirimkan pada Gladis. Lalu setelah itu, ia pun mulai menekan nomor Alex, segera menghubunginya.
Menempelkan ponsel itu pada telinganya, kemudian ia berkata ketika panggilannya sudah di jawab oleh Alex.
"Carikan aku ahli hacker."
"Untuk apa?" tanya Alex penuh tanda tanya.
"Carikan saja. Kirimkan nomornya kepadaku. Aku mau secepatnya, mengerti." Kata Darren dengan tegas. Setelah itu, ia pun langsung memutuskan sambungannya secara sepihak, kemudian, ia pun kembali mengirimkan Gladis pesan melalui aplikasi biru itu.
(Tunggu saja. Aku sudah menyuruh temanku untuk mengambil alih akunmu. Masih ada waktu lima menit untuk memberikan nomormu padaku.)
Pesan itu segera ia kirim kepada Gladis. Setelah itu, Darren pun langsung mengerjakan pekerjaannya yang tertunda.
Tidak lama kemudian, ia pun mendengar ponselnya berbunyi, menandakan adanya pesan masuk. Darren sangat yakin jika pesan itu di kirim oleh Gladis, wanita yang selama ini tidak pernah bisa ia lupakan.
Darren meraih kembali ponselnya, lalu membuka pesan masuk yang berada di aplikasi biru tersebut. Sudut bibirnya terangkat ke atas saat ia melihat sebuah nomor yang di kirim oleh Gladis.
"Akhirnya, aku mendapatkan nomormu juga, Sya. Persetan dengan pernikahanmu itu, yang jelas aku hanya ingin mengambil apa yang aku miliki dulu. Yaitu kamu." Batin Darren dengan seulas senyuman di wajahnya yang tampan itu.
Cinta memang bisa membuat orang gila, apa pun akan di lakukan agar seseorang yang dia cintai menjadi miliknya. Tidak perduli orang itu sudah memiliki pasangan atau belum, yang jelas dia harus memilikinya lagi. Baginya, cinta itu harus di miliki, bukan membiarkannya bahagia bersama pasangannya yang baru.
Darren segera menyimpan nomor Gladis, lalu mencoba untuk memanggilnya. Nomor itu berdering, itu artinya Gladis tidak memberikan nomor palsu kepada dirinya.
Darren sangat bahagia, ia pun lantas memberikan pesan kepada nomor itu.
{Mari kita bertemu lagi. Banyak hal yang ingin aku bicarakan denganmu, Sya.}
Darren segera mengirimkan pesan itu pada nomor yang ia beri nama Sya Sya. Nama panggilan sayang Darren pada Gladis ketika mereka masih menjalin hubungan di masa lalu.
Hanya membutuhkan waktu satu menit ia menunggu, Gladis pun sudah membalas pesannya. Segera pria tampan itu membaca isi pesan balasan yang di kirim oleh sang pujaannya tersebut.
{Tidak bisa. Aku sudah menikah, tidak baik untuk kita bertemu lagi.}
Darren menghembuskan nafasnya kasar, ia kecewa saat membaca pesan yang di kirimkan oleh Gladis barusan. Meskipun ia yakin jika Gladis akan menolak ajakkannya, namun ia tetap saja merasa kecewa. Namun, jangan panggil dia Darren kalau dia tidak berhasil mengajak istri orang itu bertemu.
{Aku tahu kamu sudah menikah. Tetapi, aku tetap ingin bertemu denganmu, Sya. Aku sangat merindukanmu. Biarkan aku menjelaskan mengapa aku pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun dulu.}
Setelah selesai mengetik, Darren pun langsung mengirimkan pesan tersebut kepada Gladis. Menunggu dengan tenang apa balasan yang akan di kirimkan oleh wanita yang sudah menempati hatinya tersebut.
"Aku tidak akan melepaskanmu, Sya. Persetan dengan suamimu itu. Aku hanya menginginkan dirimu." Lirih Darren sembari memejamkan kedua bola matanya dengan pikiran yang mulai melayang pada masa lalu.
Kenangan indah bersama Gladis masih jelas Darren ingat sampai saat ini. Senyuman manis perempuan itu, mampu meluluhkan hatinya yang rapuh kala itu. Suaranya lembut, mampu menenangkan hatinya di kala gelisah. Tawanya yang riang, memberikan ketenangan pada Darren yang pada saat itu sedang dalam masalah keluarga.
Ayahnya yang ambisius, selalu menyuruh Darren untuk belajar dan belajar. Mengekangnya, hingga Darren benar-benar merasa lelah. Padahal pada saat itu, anak muda seusia Darren sedang dalam masa bebas menikmati masa mudanya. Namun, berbeda dengan Darren, pria muda itu malah harus di sibukkan dengan berbagai pelajaran tentang dunia bisnis.
Puas mengenang masa lalunya, Darren pun meletakkan ponsel itu di atas meja kerja. Meneruskan pekerjaannya sembari sesekali melirik ponselnya, berharap sang pujaan membalas pesannya.
makasih Thor🙏💪