Bukan area bocil, harap minggir💃🏻
Divya hanya seorang wanita rumah tangga biasa, berbakti pada suami yang memintanya menjadi ibu rumah tangga yang baik dengan hanya mengurusi perihal pekerjaan di rumah dan mengurusinya sebagai suami. Meskipun Divya lulusan S-1, namun wanita itu menurut pada lelaki yang sudah sah menjadi suaminya itu dengan tidak menjadi wanita karir.
Namun, seketika rumah tangga mereka yang baru saja menginjak usia 2 tahun hancur karena orang ketiga. Bahkan orang ketiga itu sudah mempunyai seorang suami.
"Kau tega mengkhianati ku dengan wanita murah4n ini, Bang!" Divya menjambak selingkuhan suaminya itu dengan emosi.
Dughh!!!
Tubuh Divya tersentak, bagian belakang kepalanya dipukul dengan benda keras. Tak lama tubuh Divya terjatuh ke lantai, meregang nyawa dengan dendam yang ia bawa mati.
Namun, tiba-tiba Divya terbangun kembali. Dalam tubuh seorang gadis SMA berusia 18 tahun lalu dengan memakai tubuh gadis yang bernama Ellia itu, Divya membalas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Dua Laki-Laki Sekaligus.
Setelah saling bercumbu di dalam mobil, namun hanya sebatas mencumbu dan menyentuh. Tak lama Emilio segera menjalankan mobil kembali, bahkan dia memang sengaja tidak membawa supirnya.
Mobil sampai di pelataran parkir rumah sakit, tanpa menunggu Emilio membuka pintu untuknya, Divya sudah turun lebih dulu.
Wajah Emilio terlihat tidak suka, "Om bilang, tunggu Om bukain pintunya. Juga lain kali jangan pakai baju kayak gini di luaran, kulit kamu keliatan oleh para lelaki."
Larangan tentang pakaian itu membuat Divya memutar matanya jengah, lelaki egois.
"Om. El cuma mencoba untuk mandiri dan nggak terlalu manja sama Om, takutnya nanti kalau terjadi apa-apa sama El dan El butuh Om.... ehhhh, Om malah nggak ada buat El karena sibuk dengan Tante. El akan coba sadar diri ke depannya, kalau El cuma istri kedua, itu pun kalau kita jadi nikah. Untuk apa jadi istri yang nggak dicintai suaminya? Tapi... wajar sih kan El wanita penggoda, godain suami Tante sendiri lagi. Aku adalah Ellia si wanita murah4n, yang nggak pantas dicintai!" dengan wajah sedih Divya berlalu pergi dari hadapan Emilio yang sepertinya terhenyak mendengar penuturan darinya.
Divya masuk ke dalam rumah sakit, berbekal informasi dari Emilio ia mencari ruangan Maxime.
Tok Tok Tok.
"Masuk." Suara seorang lelaki dari dalam.
Divya membuka pintu kamar rawat, ia tertegun di ambang pintu melihat ke arah ranjang rawat. Disana seorang pria remaja sangat tampan sedang duduk setengah berbaring dengan sebelah kaki di gips.
Wow! Berondong tampan!
"Ekm, Maxime aku datang." Dengan sedikit ragu Divya masuk, tidak ada ingatan apapun yang ditinggalkan Ellia padanya. Jadi ia kebingungan bagaimana harus bersikap di depan kekasih gadis itu.
"Sayang, akhirnya kamu datang. Sini dekat sini," lelaki remaja itu tersenyum bahagia.
Divya menurut, dia mulai mendekati ranjang rawat. Tiba-tiba tangannya ditarik dan digenggam oleh Maxime.
Cup! Satu kecupan di punggung tangan dari lelaki muda itu.
"Aku merindukan mu, maafkan aku ya karena salahku kita kecelakaan. Kata Tante Fay, kamu ada masalah dengan kepalamu, katanya kamu ada gangguan dengan ingatan mu. Benar?"
"Iya, aku bahkan belum bisa mengingatmu. Maaf..."
Sekali lagi Maxime mengecup punggung tangan milik Ellia, Divya merasa aneh tangannya dicium seperti itu oleh lelaki yang pantas menjadi adiknya.
"Kenapa? Aku nggak boleh cium tangan kamu kayak biasanya?" Maxime berwajah muram.
"Boleh kok."
Maxime tersenyum kembali, "Setelah aku sembuh, aku janji akan mengingatkan mu pada semua kenangan tentang kita. Bahkan tentang malam itu, sebelum kita kecelakaan kita sudah berciuman. First kiss kita."
Wajah Divya cengo, jadi ciuman pertama Ellia bukan dengan Emilio. "Hihihi..."
"Lucu ya?" Maxime ikut terkekeh.
"Iya, first kiss kok malah nggak inget. Manusia macam apa aku ini," Divya merasa lucu pada Emilio karena sudah di dahului pemuda di depannya.
"Kamu sedikit berubah, apa karena ingatanmu yang bermasalah?" ujar Maxime.
"Apanya yang berubah? Kalau sikap dan cara bicaraku yang beda harap kamu maklum."
"Bukan hanya sikap dan cara bicaramu, tapi gaya berpakaian mu juga. Ellia yang sebelumnya selalu memakai baju tertutup, tidak jauh dari hoodie kesayangan mu. Bahkan kita membeli hoodie couple, saking sukanya kamu pakai hoodie."
"Benarkah? Maaf ya, apa aku jelek sekarang?"
"Mm, bukan masalah cantik atau jelek. Kamu masih terlihat cantik memakai apapun, tapi aku kaget aja dan kurang suka kulit kamu ter-ekspose kayak sekarang. Aku nggak rela tubuhmu banyak dilihat lelaki."
Satu lagi lelaki overprotektif! Masalah baju aja jadi soal! Ck!
"Tapi aku nyaman dengan aku yang sekarang, kamu harus bisa menerima aku apa adanya kalau kamu beneran sayang."
Tanpa Divya sadari, diluar pintu Emilio yang tadi merasa bersalah padanya mengikuti dari tempat area parkir mobil. Sejak awal dia berdiri diluar pintu, mendengar setiap kata yang keluar dari mulut gadis kecilnya.
"Oh, nggak mau nurut. Disuruh putus malah bilang sama kekasihnya buat nerima dia apa adanya. Awas kau, gadis kecil!" Emilio pergi dari sana dengan emosi yang menggelegak.
Divya ternyata nyaman mengobrol dengan Maxime, usia pemuda itu memang masih 19 tahun namun pemikiran pemuda itu sangat lah terbuka dan dewasa.
"Kamu selalu memintaku berhenti balapan, jika aku sembuh aku akan menurutimu. Aku masih menyesal, sepertinya karena aku kecapean setelah balapan fokus ku membawa motor jadi buyar. Sayang, aku akan bertanggung jawab seumur hidupku padamu."
'Lelaki dengan jiwa setia, sayangnya gadis yang dia sayang sudah tidak ada. Miris sekali, karena aku malah mendapatkan lelaki seperti Finn!
Ah Finn, mumpung aku sedang keluar lebih baik aku mulai bergerak!
"Maxime, aku akan pergi dulu. Sudah 2 jam aku disini, besok aku datang lagi ya. Mau aku bawakan makanan apa?"
"Kamu bisa masak, kenapa aku baru tau? Dan jangan panggil aku Maxime, kamu selalu memanggil ku dengan Max."
"Oke, Max. Aku lumayan bisa masak, mungkin aku belum sempat mengatakannya padamu. Berapa lama kita pacaran?" Divya sedikit penasaran jadinya.
"15 bulan, lumayan lama bukan."
"Iya. Kalau begitu aku pulang dulu."
Maxime dengan cepat menahan tangannya, "Kecupan nya mana?"
"Hah?"
"Kecup perpisahan, kamu sering cium pipiku."
Ya ampun, nggak nyangka aku mengalami lagi masa-masa pacaran dulu. Di sisi lain ada lelaki dewasa seperti Emilio yang hot jeletot, disini ada Maxime pemuda yang uwu manisnya. Lucu dunianya sekarang, iya kalau dibawa santai.
"Baiklah."
Cup!
Divya mengecup pipi Maxime yang sebelah kanan, namun tiba-tiba Maxime menekan tengkuknya lalu menyatukan bibir mereka. Pemuda itu mencium dengan sangat lembut dan hati-hati jauh berbeda dengan ciuman Emilio yang menuntut dan ero_tis.
'Ya Tuhan! Kau menjauhkan satu laki-laki pengkhianat dariku tapi Kau berikan aku dua laki-laki sekaligus.'
, terimakasih ya Thor,