NovelToon NovelToon
Benih Dalam Kegelapan

Benih Dalam Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Lari Saat Hamil / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:13.5k
Nilai: 5
Nama Author: Rrnsnti

Calista Izora, seorang mahasiswi, terjerumus ke dalam malam yang kelam saat dia diajak teman-temannya ke klub malam. Dalam keadaan mabuk, keputusan buruk membuatnya terbangun di hotel bersama Kenneth, seorang pria asing. Ketika kabar kehamilan Calista muncul, dunia mereka terbalik.

Orang tua Calista, terutama papa Artama, sangat marah dan kecewa, sedangkan Kenneth berusaha menunjukkan tanggung jawab. Di tengah ketegangan keluarga, Calista merasa hancur dan bersalah, namun dukungan keluarga Kenneth dan kakak-kakaknya memberi harapan baru.

Dengan rencana pernikahan yang mendesak dan tanggung jawab baru sebagai calon ibu, Calista berjuang untuk menghadapi masa depan yang tidak pasti.

Dalam perjalanan ini, Calista belajar bahwa setiap kesalahan bisa menjadi langkah menuju pertumbuhan dan harapan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rrnsnti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

nasihat Jehana

Calista berlari kecil menuju kelas yang berada di lantai dua gedung fakultas, merasa terburu-buru seperti biasa. Keringat dingin menetes di pelipisnya, dan ia bisa merasakan napasnya mulai terengah. Ini bukan pertama kalinya ia terlambat, tetapi kali ini terasa lebih mendesak karena ia berusaha keras untuk memperbaiki kebiasaannya yang akhir-akhir ini sering datang terlambat. Kesehatannya yang sedang tidak prima juga membuatnya semakin sulit untuk bergerak cepat.

Ketika akhirnya sampai di pintu kelas, Calista mengintip ke dalam dan mendapati dosen sudah memulai materi. Ia langsung menarik napas panjang dan menghela napas kecewa. Ia tahu, ia terlalu terlambat untuk masuk dan ikut kelas. Dosen tersebut terkenal tidak suka ketika ada mahasiswa yang masuk di tengah-tengah pelajaran.

"Yah, percuma masuk," gumam Calista sambil melangkah mundur dari pintu kelas, kecewa dengan dirinya sendiri. Langkahnya gontai, dan pikirannya dipenuhi dengan rasa bersalah karena tak bisa mengikuti kelas seperti seharusnya. Dengan sisa tenaga yang ada, ia memutuskan untuk mencari tempat lain agar bisa menenangkan diri. Gazebo di dekat parkiran kampus tampak seperti pilihan yang baik, tempat yang tenang untuk merenung sejenak dan mungkin mengisi perutnya yang sejak pagi belum diisi apa-apa.

Di gazebo, Calista duduk di bangku kayu dan membuka kotak bekal yang tadi pagi ia buat sendiri. Aroma nasi dan lauk yang masih tercium harum membuat perutnya yang kosong bergejolak. Namun, saat baru saja ia menyuapkan beberapa sendok ke mulutnya, rasa mual menyerang tanpa peringatan. Perutnya bergolak hebat, dan ia terpaksa berhenti makan. Gejala ini telah ia rasakan beberapa hari terakhir, dan ia tahu ada sesuatu yang terjadi pada tubuhnya, tetapi ia masih terlalu takut untuk menghadapinya.

Saat itulah suara yang sangat ia kenal memecah keheningan di sekitar gazebo. “Woy, Cal!” teriak Jehana dari kejauhan. Calista terlonjak kaget, lalu menoleh ke arah suara tersebut. Jehana, sahabat dekatnya sejak masa kuliah, berjalan menghampiri dengan senyum lebar dan penuh semangat seperti biasa.

"Eh, lo bukan di kelas tadi?" tanya Calista, bingung melihat Jehana berada di luar kelas yang seharusnya mereka ikuti bersama.

Jehana tertawa kecil dan duduk di sampingnya. “Gue kabur. Gue kira lo juga gak masuk, jadi ya sekalian aja deh. Lagian, gue kabur demi nemenin sahabat yang lagi hamil biar gak sendirian,” jawab Jehana dengan nada santai sambil memberikan senyum menggoda pada Calista.

Calista hanya bisa tersenyum tipis mendengar jawaban Jehana. Meskipun terkadang Jehana terlihat ceroboh dan suka melanggar aturan, sahabatnya itu selalu ada saat ia membutuhkannya. Saat ini, Calista memang membutuhkan seseorang untuk diajak bicara, terutama di tengah perasaannya yang sedang kacau.

"Makasih, Na," ucap Calista pelan. Namun, di balik rasa terima kasihnya, ada rasa bersalah yang menumpuk di hati. Akhir-akhir ini, Calista menghindar dari Kenneth, suaminya. Ia tidak tahu bagaimana menjelaskan kegelisahan yang ia rasakan dalam pernikahannya kepada sahabatnya itu.

“Nah, tumben lo telat. Biasanya Kenneth nganterin lo, kan? Gak pernah telat lo,” Jehana bertanya dengan alis terangkat, sedikit heran karena Calista memang dikenal sangat disiplin, terutama dalam hal menghadiri kelas.

Calista mengangguk dan menghela napas panjang. "Gue gak sama Kenneth tadi. Gue naik ojek online," jawabnya singkat sambil memainkan tutup kotak bekalnya, mencoba menghindari tatapan penasaran dari Jehana.

Jehana, yang sudah lama mengenal Calista, langsung menangkap ada sesuatu yang tidak beres. “Berantem lagi lo sama Kenneth?” tanyanya dengan nada prihatin.

Calista mengangguk kecil, tidak sanggup untuk menjelaskan detailnya. “Ya, begitulah,” jawabnya singkat, berusaha menahan air mata yang tiba-tiba ingin keluar. Kenangan tentang Randy, mantan kekasihnya, masih menghantui, dan itu membuatnya sulit untuk sepenuhnya menerima Kenneth, meskipun ia tahu Kenneth sangat mencintainya.

Jehana mendengus pelan, tapi bukan karena marah. “Gak baik, Cal, berantem lama-lama sama suami. Kenneth tuh sayang banget sama lo, lo gak lihat? Udah saatnya lo belajar buat sayang sama dia juga,” nasihat Jehana dengan nada yang penuh perhatian. Baginya, Kenneth adalah sosok pria yang sempurna—sabar, penuh perhatian, dan selalu ada untuk Calista. Namun, dari sudut pandang Calista, semuanya tidak semudah itu.

Calista menatap kosong ke depan, mencoba mencerna semua nasihat yang Jehana berikan. Ia tahu semuanya benar. Kenneth memang pria yang baik, yang selalu berusaha membuatnya bahagia. Namun, perasaannya terhadap Kenneth belum seutuhnya berkembang, terutama karena bayang-bayang masa lalu dengan Randy masih terus mengganggu pikirannya.

"Lo tahu, Na, itu gak semudah yang lo pikir," sahut Calista dengan suara lemah, mencoba menjelaskan bahwa perasaannya jauh lebih rumit daripada apa yang terlihat dari luar.

Jehana tidak menyerah. Ia menyentuh lengan Calista, berusaha memberikan dukungan yang dibutuhkan sahabatnya. “Mudah, Cal, kalau lo punya niat. Lo harus sadar, Randy bukan buat lo. Keluarganya aja gak pernah nerima lo, kan? Masa mau terus-terusan terikat sama yang kayak gitu?” Jehana mencoba menyadarkan Calista bahwa Randy, mantan kekasihnya, sudah tidak ada lagi dalam hidupnya dan tidak seharusnya menjadi bagian dari masa depannya.

Calista hanya terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Jehana benar. Keluarga Randy tidak pernah benar-benar menerima kehadirannya. Mereka menganggapnya tidak setara dengan mereka. Tapi, terlepas dari itu semua, Calista masih sulit untuk sepenuhnya melepaskan kenangan tentang Randy.

“Lihat Kenneth, Cal. Mama Kenneth, papa Kenneth, mereka semua terima lo dengan tangan terbuka. Mereka sayang sama lo. Lo tinggal di rumah mereka, lo aman di sana. Apalagi Kenneth... Dia orang yang selalu ada buat lo, lo sadar gak sih?” Jehana terus berbicara, berusaha meyakinkan Calista bahwa Kenneth adalah pilihan terbaik untuknya.

Kata-kata Jehana membuat Calista terdiam, berpikir lebih dalam. Kenneth memang selalu ada, bahkan ketika ia merasa dirinya sedang berada di titik terendah dalam hidupnya. Namun, entah mengapa, perasaan cinta yang diharapkannya terhadap Kenneth belum sepenuhnya muncul. Ia merasa pernikahan ini terjadi terlalu cepat, dan ia belum benar-benar siap untuk itu.

“Sekarang gue tanya deh, kalau lo bisa hidup lagi di kehidupan lain, siapa yang bakal lo pilih? Kenneth atau Randy?” tanya Jehana tiba-tiba, ingin tahu seberapa jauh Calista masih terikat dengan masa lalunya.

Calista terdiam, merenung sejenak sebelum menjawab dengan ragu, “Mungkin Randy.” Jawaban itu keluar dari mulutnya, meskipun ia tahu itu tidak adil untuk Kenneth.

Jehana tertawa terbahak-bahak. "Hahaha, gue yakin jawaban lo nanti bakal berubah! Kenneth tuh orang yang bakal terus ada buat lo, sampai lo sadar kalo dia yang sebenarnya lo butuhin. Lo cuma butuh waktu," katanya penuh keyakinan, seolah yakin bahwa suatu saat Calista akan benar-benar menyadari betapa pentingnya Kenneth dalam hidupnya.

Percakapan itu membuat Calista semakin bingung. Di satu sisi, ia tahu bahwa Jehana benar. Kenneth adalah sosok yang selalu ada, sabar, dan tidak pernah memaksanya. Namun, di sisi lain, hatinya masih terbelah antara masa lalu dan kenyataan sekarang. Ia merasa belum benar-benar mampu melupakan Randy, meskipun ia tahu itu adalah hal yang seharusnya ia lakukan.

"Udahlah, Na, lo malah bikin gue tambah stres," keluh Calista, mencoba menghentikan pembicaraan yang semakin membuatnya merasa tertekan.

Jehana tersenyum lembut dan mengelus perut Calista. "Maaf ya bumil, gue lupa lo gak boleh stres," katanya dengan nada lembut, menyadari bahwa sebagai wanita hamil, Calista seharusnya tidak terlalu memikirkan hal-hal yang bisa membuatnya cemas.

Mereka berdua akhirnya mengalihkan topik pembicaraan ke hal-hal yang lebih ringan. Namun, meski begitu, pikiran Calista masih terus dipenuhi oleh kebingungan tentang pernikahannya dengan Kenneth. Ia tahu Kenneth adalah pria yang luar biasa, tetapi ada sesuatu dalam dirinya yang belum bisa benar-benar mencintai Kenneth sepenuhnya.

Jehana, yang selalu punya cerita menarik, mulai bercerita tentang hubungannya yang baru saja berakhir dengan seseorang bernama Kendra. Calista mendengarkan dengan setengah hati, karena pikirannya masih dipenuhi oleh Kenneth dan masa lalunya bersama Randy.

Saat Jehana menceritakan tentang seseorang baru yang ia temui.

Jehana tertawa lepas saat mengakhiri cerita tentang Kendra, pria yang baru-baru ini dia putuskan untuk tinggalkan. "Ya, dia tuh aslinya baik, tapi gue ngerasa dia bukan buat gue," ucap Jehana sambil memainkan rambutnya, menatap langit dengan pandangan yang tampak lega. "Gue gak bisa sama orang yang bikin gue ngerasa tertekan tiap saat."

Calista hanya mengangguk, masih merenungkan situasinya sendiri. Bagaimana mungkin orang seperti Jehana bisa dengan mudah memutuskan untuk meninggalkan seseorang, sementara dia sendiri terjebak dalam perasaan yang rumit antara dua pria? Di satu sisi, Kenneth adalah suami yang baik dan penuh perhatian, tapi di sisi lain, bayangan Randy yang selalu ada di pikirannya membuatnya sulit untuk fokus pada masa depan.

“Kapan lo terakhir ngobrol serius sama Kenneth, Cal?” Jehana bertanya tiba-tiba, mengalihkan perhatian Calista.

Calista terdiam sejenak, berusaha mengingat. “Beberapa hari yang lalu. Tapi... gue gak tahu gimana caranya ngomong jujur soal perasaan gue ke dia. Gue takut dia kecewa. Kenneth terlalu baik, Na. Gue gak mau nyakitin dia, tapi perasaan gue ke dia... belum tumbuh sebesar yang gue harapin.”

Jehana menghela napas panjang, menatap sahabatnya dengan penuh pengertian. “Cal, lo harus mulai jujur sama diri sendiri dulu sebelum lo bisa jujur sama Kenneth. Lo udah kasih diri lo kesempatan buat bener-bener jatuh cinta sama dia, belum? Atau lo masih terus-terusan ngebandingin dia sama Randy?”

Perkataan Jehana menusuk. Calista menyadari bahwa ia masih sering membandingkan Kenneth dengan Randy, dan itulah yang membuatnya sulit untuk benar-benar mencintai Kenneth. Namun, semakin ia mencoba melepaskan Randy, semakin kuat bayangan masa lalu itu kembali menghantuinya.

“Gue udah coba, Na. Tapi Randy... dia terlalu dalam di hati gue. Gue gak tahu gimana caranya buat benar-benar ngelepasin dia,” jawab Calista dengan suara pelan, penuh dengan penyesalan.

Jehana mengangguk pelan, lalu menepuk pundak Calista. “Lo harus kasih waktu ke diri lo, Cal. Lo gak bisa maksa perasaan lo berubah dalam semalam. Tapi lo juga harus berusaha buat liat Kenneth dari sudut pandang yang baru. Dia udah kasih banyak buat lo. Jangan sampe lo nyesel karena gak pernah ngasih kesempatan buat bener-bener jatuh cinta sama dia.”

Calista hanya bisa terdiam, merenungkan setiap kata yang diucapkan oleh Jehana. Meski ia tahu apa yang dikatakan sahabatnya itu benar, hatinya masih belum siap untuk melepaskan masa lalu. Entah sampai kapan, ia tak tahu. Tapi satu hal yang ia sadari, adalah ia tak bisa terus-terusan hidup dalam bayang-bayang Randy.

1
{A}lixn
Lumayan
{A}lixn
Biasa
Aisyah bianika
bagus
unknown
apalah nggantung terus, up sampai masalah selesai Thor hari ini
lala
ayo up lagi, suka banget sama Kenneth yang bertanggungjawab
Secca
ayo lanjut
habibulumam taqiuddin
begitu dunk
unknown
crazy upppp thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!