Raya, Jenny, Nabilla, dan Zaidan. Keempat gadis yang di sangat berpengaruh di salah satu sekolah favorit satu kota atau bisa dibilang most wanted SMA Wijayakusuma.
Selain itu mereka juga di kelilingi empat lelaki tampan yang sama berpengaruh seperti mereka. Karvian, Agam, Haiden, dan Dio.
Atau bagi anak SMAWI mereka memanggil kedelapannya adalah Spooky yang artinya seram. Karena mereka memiliki jabatan yang tinggi di sekolahnya.
Tentu hidup tanpa musuh seakan-akan tidak sempurna. Mereka pun memiliki musuh dari sekolah lain dimana sekolah tersebut satu yayasan sama dengan mereka. Hanya logo sekolah yang membedakan dari kedua sekolah tersebut.
SMA Rajawali dan musuh mereka adalah Geng besar di kotanya yaitu Swart. Reza, Kris, Aldeo, dan Nathan. Empat inti dari geng Swart dan most wanted SMAJA.
Selain itu ada Kayla, Silfi, Adel, dan Sella yang selalu mencari ribut setiap hari kepada keempat gadis dari SMAWI.
Dan bagaimana jika tiba-tiba SMAJA dipindahkan ke sekolah SMAWI?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oreonaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16 : Marahnya Seorang Nabilla
Billa sendiri berjalan keluar dari kantin setelah ia meminta izin kepada teman temannya untuk ke kamar mandi. Sebenarnya Jenny ingin menemani tetapi ia tolak.
Memasuki kamar mandi dan bilik ke dua dari depan pintu masuk. Billa pun menyelesaikan hajatnya. Tetapi saat ingin membuka pintu bilik, dibalik pintu ada para siswi siswi yang sepertinya membicarakan sesuatu.
Mengurungkan niatnya untuk keluar dari bilik kamar mandi, Billa duduk di atas kloset yang sudah ia tutup. Billa tidak ada niatan menguping tetapi pembicaraan mereka yang sepertinya lebih dari dua orang ini mungkin 4 orang ada sangkut-paut dengannya dan teman-temannya.
“Gue ga sangka Sella bisa melakukan hal kayak gitu.”
“Reputasi sekolah kita makin jatuh kalau gini caranya.”
“Sebenarnya sih kelakuan Sella bisa merusak nama sekolah kita tapi dari pada itu, gue lebih ga suka sama Zai dan teman-temannya. Seandainya kalau mereka ga bongkar, hal ini gak terjadi.”
“Bener banget, apa lagi Zai pas tadi sok pahlawan anjir.”
“Paling-palingan dia juga pernah di pake.”
“Di pake sama teman-temannya, kan teman-temannya laki-laki semua tu. Digilir Hahaha!”
“Hahahaha!”
Mereka tidak tahu saja orang yang sedang mereka bicarakan ada di tempat yang sama. Billa di dalam bilik menahan emosinya dengan kuat. Tetapi semakin kesini pembicaraan mereka malah membuatnya tidak tahan.
BRAK!
Suara pintu terbuka dari bilik yang ditempati Billa di buka dengan keras sampai empat siswi yang sedang asik menggosip itu tersentak kaget.
“Emm, loh kok berhenti? Lanjut lagi dong, gue mau denger lagi nih.” Ujar Billa bersedekap dada dan bersandar di pinggiran pintu.
Mereka berempat menunduk takut dan terdiam kaku. Tidak berani menatap mata tajam Billa.
“Loh kok malah diam sih? Padahal orang yang kalian bicarakan udah di depan loh.” Cemberut Billa. “Gue kasih tau nih ya, kalau mau ghibah orang itu di depannya langsung biar bisa di ulti kalau di belakang ga asik tau.”
Raut wajah Billa yang cemberut berubah datar dan maju mendekati mereka berempat.
“Kalian anak Rajawali 12 IPS 3? Masih ada muka ternyata. Ada berapa muka yang kalian punya? Belum habis kan? Kalau habis nih gue kasih.” Billa menarik rambut salah satu dari mereka.
“Argh!”
Anna si siswi yang mempunyai rambut pendek, make up tebal dan yang sempat menuduh yang tidak-tidak kepada Billa dan kawan-kawannya.
Billa mengoleskan sabun pembersih lantai yang sempat ia ambil tadi kepada wajah Anna. Mengoleskan dengan penuh kasih sayang tetapi di mata mereka Billa seperti psikopat yang baru saja mendapatkan mangsanya.
“ARGH! LEPASKAN JALANG! APA YANG LO LAKUIN SAMA WAJAH GUE!” Teriak Anna. Mencoba meronta-ronta tetapi kalah saing terhadap Billa yang kuat.
“Hmm? Ini sabun yang bisa membersihkan dosa dosa di wajahmu dan menambahkan muka untukmu jika kekurangan muka. Dan sedikit saran jangan serakah, bagi mukamu untuk yang kekurangan muka. Oke!” Senyum senang jelas tercetak di wajah Billa.
“Nah selesai.”
Billa melepaskan cekalannya pada rambut Anna dan sedikit mendorongnya sampai jatuh. Anna menyentuh wajahnya yang sudah terlapisi sabun pembersih lantai. Dan berteriak dengan kencang.
“LO SIALAN! DASAR JALANG! LO BISA NGERUSAK KULIT GUE ANJING! ARGH! DA- HUH?!”
Teriakan dari Anna terhenti. Karena Billa langsung mencekik lehernya dengan tatapan membunuhnya. Teman Anna hanya terdiam ketakutan di pojok tanpa berniat menolong kawannya.
“Lo bilang yang Lo tadi ucap in!”
“Ja-jalangh le-lepasin gu-ARGH!”
Billa semakin mengeratkan cekikannya. Tidak berpengaruh akan wajah kesakitan dari Anna. Saking eratnya sampai Anna melayang karena perbedaan tinggi Billa dan Anna jauh.
“Gue ingetin jadi orang tau diri. Inget Lo sekarang berpijak di wilayah siapa. Gue bisa bunuh Lo di depan mata temen Lo ini. Dan kapan anak Rajawali di perbolehkan menginjak di gedung wilayah anak Wijayakusuma?” Ujar Billa dengan datar dan wajah dinginnya.
“Ah! Gue tau, Lo pasti keliling. Berapa harganya?”
“LO GA USAH NUDUH SEMBARANG JALANG! LO DAN TEMEN SIALAN LO ITU PASTI UDAH PADA LONGGAR KAN?! PASTI DIBAYAR SAMA PENIS TEMEN LAKI-LAKI LO IT-“
PLAK!
PLAK!
Billa menampar Jesica dua kali, siswi yang berdiri ketakutan di pojokkan tadi ternyata belum seratus persen takut terhadapnya. Billa menatap mangsanya di depan dengan senyum mengejek. Anna yang tadi ia lempar sebelum menampar Jesica, sampai jidat mulusnya terbentur dinginnya lantai kamar mandi.
“Ternyata Lo pada belum takut sama gue?” Tatapan mengejek ia tunjukkan.
“Ngapain kita takut sama orang yang ga tahu diri kayak Lo hah?!” Balas Jesica dengan lantang. Menatap tajam Billa.
Billa tertawa keras sampai perutnya kesakitan. “Anjir ngakak, Lo teriak diri Lo sendiri apa gimana?”
Jesica terdiam sembari memegang pipi bekas tamparan kuat Billa. Billa menghapus air matanya dan tersenyum manis.
“Ekhem! Gue kasih tahu, orang pungut ga usah belagu. Gue tahu Lo pada murahan kok, gue tahu juga Lo pada di setiap hari Sabtu dan Minggu Lo pada ke Bar Rose dan hotel Red Light pesan kamar no 51 dilantai dua dengan atas nama pesanan pastinya om om, ya kan?” Papar Billa yang membuat keempatnya terdiam kaku tidak dapat berkutik.
“Duh! Bener ya? Padahal gue ngarang loh, hahaha.”
“Lo-lo! ITU GA BENER BANGSAT!” Teriak Anna.
Billa meringis, “Jangan teriak bisa? Gue gak budek anjir!”
“LO! ARGH! SIALAN! JALANG!” Anna dengan tenaga yang tersisa menyerang Billa.
Tetapi sebelum tangan Anna menyentuh rambut pirang Billa. Billa dengan cepat mencekal tangan Anna dan mendorong kembali sampai terbentur dinding kamar mandi. Darah segar mengalir di dahi Anna.
“Lo mau sentuh rambut gue dengan tangan kotor Lo? Sebelum Lo sentuh gue, gue bakal kirim Lo ke neraka.” Desis Billa.
Anna meringis kepalanya terasa pusing. Ia merasa dahinya basah pun memegang area itu dan terlihat darah menempel pada tangannya.
“Da-darah?” Gagap Anna.
Jesica dan dua temannya berteriak panik. “ANNA?!”
Segera mereka mendekati Anna dan memeriksa Anna. Billa meringis kembali karena teriakan maut dari ketiganya.
Anjing! Telinga gue otw budek beneran ini. Batin Billa menatap malas keempatnya.
Karena Billa lengah, ia tidak tahu bahwa Jesica sudah berdiri dan menghadap ke dirinya. Secepat kilat pun, Jesica menampar Billa dan Billa tidak bisa mengelak karena ia lengah.
Plak!
Suara tamparan nyaring dari Jesica ini sampai menimbulkan bekas tamparan serta luka di ujung bibir. Saat tamparan dari Jesica terjadi, kumpulan siswa siswi datang. Ya, siapa yang tidak kepo karena suara bising dari area kamar mandi?
Billa tersenyum mengejek. “Lo berani.”
Dan dengan membabi buta, Billa menendang tubuh Jesica sampai gadis itu muntah darah. Ya jika dilihat Billa sudah kesetanan. Tidak ada yang berminat memisahkan. Karena ya, Dimata mereka yang salah adalah Jesica yang menampar terlebih dahulu Billa. Dan Jesica harus mendapatkan hukumannya.
“Anjing! Bangsat! Bitch! Lo beraninya nampar gue bangsat!” Umpat Billa dengan keras.
“BILLA!”
Aldeo datang bersama ketiga temannya. Al dengan sigap menahan tubuh Billa yang meronta-ronta meminta dilepaskan.
“LEPAS ANJING! GUE BELUM PUAS NENDANG DI CEWE SIALAN ITU!”
“Billa udah! Kontrol emosi Lo! Ini sekolah Bil!” Ujar Al memeluk tubuh Billa.
“BODO AMAT MAU DISEKOLAH MAU DI JALAN KEK! GUE BELUM PUAS ASU MINGGIR!”
Al berusaha menahan tubuh Billa yang tidak bisa diam ini. Sedangkan Reza, Kris dan Nathan membantu Jesica, Anna dan dua teman-temannya.
“Gue bawa Billa keluar dulu.” Ucap Al kepada ketiga temannya.
Saat sampai di depan pintu Al dengan wajah datarnya kembali menatap gerombolan murid-murid.
“Bubar!”
Suara tegas dan tidak ingin di bantah pun membuah mereka semua pergi dari area kamar mandi.
“Lepas anjir! Lo mau bawa gue ke mana bangsat!” Teriak Billa mencoba melepaskan diri dari kungkungan Al.
“Lo diem dulu bisa gak?”
“GA!” Potong Billa.
Al yang belum menyelesaikan ucapannya pun hanya menghela nafas panjang.
“Dengerin gue, Lo kontrol dulu emosi Lo. Dia anak orang kalau ada apa-apa Lo bisa kena masalah.” Nasehat Al sembari memegang kedua pundak Billa.
Billa menatap tajam Al, “Bodo amat! Lepas in gue anjing!”
Al memegangi erat pundak Billa agar tidak bisa lepas darinya. Ia lupa kalau Billa ini sangat-sangat keras kepala. Sampai kegiatan mereka berdua terhenti dengan suara teriakan dari Raya.
“ALDEO REICHOLAS LO APAIN BILLA?!”