Ini kisah yang terinspirasi dari kisah nyata seseorang, namun di kemas dalam versi yang berbeda sesuai pandangan author dan ada tambahan dari cerita yang lain.
Tentang Seorang Mutia ibu empat anak yang begitu totalitas dalam menjadi istri sekaligus orangtua.
Namun ternyata sikap itu saja tidak cukup untuk mempertahankan kesetiaan suaminya setelah puluhan tahun merangkai rumah tangga.
Kering sudah air mata Mutia, untuk yang kesekian kalinya, pengorbanan, keikhlasan, ketulusan yang luar biasa besarnya tak terbalas justru berakhir penghianatan.
Akan kah cinta suci itu Ada untuk Mutia??? Akankah bahagia bisa kembali dia genggam???
Bisakah rumah tangga berikutnya menuai kebahagiaan???
yuk simak cerita lebih lengkapnya.
Tentang akhir ceritanya adalah harapan Author pribadi ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecewa lagi
Mobil Mutia melaju memecah kemacetan kota Jogja, berbaris seperti ular di jalan raya yang tengah padat-padatnya, karena saat ini baru waktu berangkatnya para pekerja dan siswa-siswi sekolah yang tidak sedang libur.
Mutia memutar lagu Raihan yang mengingatkan tentang semua yang ia lalu saat ini. Sembari menyetir Mutia menikmati setiap bait lagu yang menggambarkan kehidupan manusia di dunia.
Ash hadu anla ilaha Illallah,
Wa ash hadu anna Muhammadar Rasulullah
Tiada Tuhan selain Allah
Nabi Muhammad pesuruh Allah
Bila dipuji kejayaan kita
Sebenarnya bukan milik kita
Oleh itu sedarlah sentiasa
Semuanya dari Allah
Hati gembira terasa bahagia
Itulah tanda nimat dariNya
Ingatlah Allah bersyukur padaNya
Ucapkanlah Alhamdulillah...
Alhamdulillah pujian bagi Allah
Subhanallah Maha Suci Allah
Allahuakbar Allah Maha Besar
Segala puji hanya bagi Allah
Ketika hati sedih dan pilu
Kerana ujian melanda
Ingatlah ia sementara
Ucapkanlah Innalillah
Alhamdulillah pujian bagi Allah
Subhanallah Maha Suci Allah
Allahuakbar Allah Maha Besar
Segala puji hanya bagi Allah
Yah ternyata sudah sekian waktu berlalu dan tahun-tahun berlalu juga meninggalkannya hingga semua rasa dalam hidupnya telah dia rasa. Saat ini mungkin memang waktu yang Allah catat sebagai ujian di rumah tangganya.
Mungkin kekuatan iman dan ketaatannya tengah di uji melalu suaminya, dan mungkin Haris suaminya tengah di uji dengan kesetiaan dari sikapnya yang ternyata tidak mampu melalui ujian itu.
Mutia menarik nafas begitu dalam saat gerbang kantor Haris sudah terlihat di ujung matanya. Berat rasanya jika harus kembali masuk ke area yang ada Haris di dalamnya.
"Jika tidak kuat, biar Mama sendiri, sudah turunkan Mama di depan Gerbang saja Nak..." Ucap Oma Nani.
"Emmm... Jangan Ma... Terlalu jauh Mama jalannya nanti..." Sahut Mutia pada akhirnya, lalu mengarahkan Mobilnya memasuki Gedung perkantoran Haris itu.
Mutia memarkir Mobil di area Parkir lalu turun dan membukakan pintu mobil tempat Mamanya duduk. Oma Nani pun keluar dan meminta satpam untuk menurunkan barang bawaanya.
"Pak... Apakah Bapak Haris di kantor??" Tanya Mutia, berharap Haris tidak di ruangannya.
"Ada Bu Mutia, Beliau tengah tidak bisa di ganggu katanya." Kata Satpam itu paham.
"Bocah itu..." Kata Oma Nani berjalan cepat meninggalkan Mutia sehingga meninggalkan tas yang ada di mobilnya.
Mutiapun terpaksa menyusul Oma Nani menuju ruangan Suaminya yang tidak di harapkan untuk bertemu itu. Langkahnya setengah berlari menyusul Oma Nani tapi tidak kunjung bisa menyusulnya, hingga Oma nani berakhir di depan ruangan Kerja Haris.
Oma Nani membuka pintu dengan segera tanpa bersalam ataupun mengetok pintu dengan sedikit amarahnya, merasa Haris mengabaikan pesannya.
Oma Nani dan Mutia membeku di depan pintu saat melihat pemandangan di depannya. Mutia menutup mulut tidak percaya pada apa yang di lihatnya.
Di atas kursi kerjanya nampak Haris memejamkan matanya menikmati tarian Kiara di atas pangkuannya dengan begitu berantakannya.
Brakkkkk
Oma Nani semakin murka lalu berjalan ke arah meja dan menggebrak meja kerja Haris yang tidak mengetahui kedatangannya juga kedatangan Mutia.
"Keterlaluan benar-benar kelakuanmu Haris!!!" Murka Oma Nani sambil memandang tajam Haris dan Kiara yang terkejut dan berantakan.
Kiara menyembunyikan dirinya di bawah meja untuk merapikan penampilannya yang benar-benar berantakan dan memalukan.
Sementara Haris yang sama terkejutnya membalik kursinya lalu membenahi dirinya juga, kemudian berdiri dan menyalami Mamanya dengan rasa malunya karena sudah berbuat hal yang tidak pantas di ruangannya.
Mutia masih membatu di depan pintu, tas Oma Nani masih di tangannya, belum sempat di sampaikan pada pemiliknya, Mutia mau masuk namun kondisinya tidak memungkinkan.
Mutia merasakan sesak di dadanya begitu dalam, matanya terasa perih saat dia tahan untuk tidak berkaca-kaca, tanganya gemetar menahan amarah yang ada pada dadanya.
Haris terkejut pucat pasi saat melihat di depan pintu yang terbuka nampak Istri pertamanya yang berdiri membatu di tempatnya dengan yang mengepal di sisi tubuhnya.
"Ma... Bun... Em... Maaf..." Katanya dengan wajah menunduk malu.
Plakkkkk
"Keterlaluan...!!!" Kata Oma sambil melayangkan tamparan ke wajah Haris anaknya.
Haris memegang pipinya yang pedih dan panas membiarkan Mamanya melampiaskan amarah padanya karena dirinya yang salah.
Sial memang, saat selepas rapat tadi Kiara datang menggodanya, dan dirinya yang begitu rindu sentuhan Mutiapun melampiaskan pada Kiara dengan berhalusinasi seperti biasanya.
Naasnya Mamanya datang terlalu cepat dan parahnya bersama dengan Istri pertamanya yang tadi tengah dia bayangkan saat bersama dengan Kiara istri keduanya.
Kiara tiba-tiba berdiri dan memeluk Haris saat Oma Nani ingin menampar Haris untuk kedua kalinya.
"Jangan!!! Tolong jangan sakiti lagi Mas Haris Ma..." Kata Kiara sambil memeluk Haris, namun Haris menyisihkan tubuh Kiara ke samping karena tidak mau Mutia semakin terluka.
" Dasar... Wanita tidak punya harga diri!!!" Amarah Oma Nani memandang Kiara dengan sengitnya.
Mutia maju lalu menggenggam tangan Oma Nani yang ingin melayangkan tamparan pada Kiara. Mutia memeluk Oma Nani yang tengah di bakar amarah dalam dirinya.
"Cukup Ma... Jangan Kotori tangan Mama... Mari Mutia antar ke bandara... Seperti kita datang di saat yang tidak tepat... " Kata Mutia menenangkan Oma Nani.
"Biar aku yang antar saja Bun..." Sahut Haris sambil memandang Mutia yang nampak kecewa sekali lagi padanya.
"Tidak perlu, Biar aku saja... Silahkan lanjutkan kepentingan kalian yang tertunda karena kedatangan Kami..." Kata Mutia tanpa melihat Haris.
"Dan... Sekedar saran.. Lain kali saat melakukan tolong di kamar itu jangan di ruang kerja, apa lagi tidak terkunci, akan sangat memalukan bila yang datang Karyawan atau bisa jadi Intan anakmu..." Kata Mutia lalu menggandeng tangan Oma Nani untuk keluar.
Sedang Haris tergugu di tempatnya karena malu dengan ucapan Mutia yang benar kebenarannya itu. Sungguh semenjak kenal Kiara dirinya benar-benar menjadi semakin liar dan memalukan.
Wajah kecewa Mutia dan Mamanya yang berlalu keluar dari hadapannya benar-benar membuat hati Haris terasa sesak dan sedih, sekali lagi dirinya membuat wajah ayu itu di selimuti kekecewaan.
****
Terimakasih semuanya...
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya...🙏🙏🌷🌷🌷
memang benar kita akan merasakan sakitnya dan kehilangan ketika semua sdh pergi.
senang bacanya, sllu penasaran di setiap episode, banyak pembelajaran yg diambil,,,,Mksih yaa thor...🙏🥰
senang bacanya, sllu penasaran di setiap episode, banyak pembelajaran yg diambil,,,,Mksih yaa thor...🙏🥰