seorang guru di sebuah sekolah menengah atas, tak pernah menyangka bahwa liburannya ke desa akan membawa petaka baginya.
perkara burung peliharaannya yang lepas, ia harus berurusan dengan seluruh warga desa, Jono yang berniat menangkap burung beo kesayangannya itu malah menangkap Sisil saat ia menaiki balkon rumahnya, seorang gadis remaja SMA kelas 3.
jeritan Sisil pun menimbulkan salah paham oleh para tetangga, sehingga Juno dituntut untuk bertanggung jawab dengan menikahi Sisil.
awalnya ia menolak karena ia juga sudah mempunyai kekasih hati di kota
demi menenangkan warga desa ia terpaksa menikahi Sisil secara rahasia yang hanya dihadiri oleh beberapa warga saja.
akankah Juno tetap merahasiakan istri kecilnya itu dari semua orang? atau malah menceraikannya demi kekasihnya di kota?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur_ha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istrinya di lamar orang!
Sisil jadi sangat terkejut saat keluar dari kamar mandi dan mendapati juno yang sedang berdiri tak jauh darinya, ada kerutan tipis di dahi gadis belia itu melihat sang suami. juno sedang memejamkan kedua matanya dengan mulut berkomat entah berkata apa.
Tak ingin tampilan dirinya tanpa hijab terlihat jelas oleh juga, siapapun segera mengambil langkah seribu, ia menyembunyikan diri di balik pilar.
"Oke tenang.. tenang.. Tarik nafas!" Juno menarik nafas dalam-dalam demi menormalkan nafasnya yang memburu dan juga jantung yang berdegup kencang "Juno itu bukan Sisil, itu hanya halusinasi"
Bahkan kelopak mata lelaki itu terbuka, bola matanya bergerak ke kanan dan ke kiri mencari sosok yang tadi membuatnya begitu Terpukau. Namun yang ia temukan hanyalah Kesunyian tak ada siapapun di sana.
"Ternyata benar-benar hanya halusinasi , mana mungkin juga Sisil yang culun kurus bisa secantik itu?"
Lelaki itu bernapas lega, tapi dalam hitungan sepersekian detik bola matanya kembali membulat penuh
"Tapi kalau bukan Sisil , berarti yang tadi itu...."
"Hantu? Ah tidak mungkin"
Juno menggeleng cepat, Ia tak pernah percaya yang namanya tahayul, apalagi tentang hantu yang bisa dilihat oleh mata telanjang. Benar-benar di luar nalarnya.
Dan setelah kembali ke kamar , ia malah tak dapat terpejam . Bayangan cantik tadi terus mengisi kepalanya.
***
Pagi-pagi sekali juno sudah terbangun, sudah mengenakan kaos oblong dan celana training. Seperti biasa di hari libur, Ia akan menyempatkan waktu untuk berolahraga ringan. Berlari-lari kecil di sekitar Komplek Perumahan tempat tinggalnya.
Ketika ia keluar kamar , ia mendapati pintu kamar sang istri terbuka lebar, ada suara merdu yang mengalun di dalam sana sepertinya Sisil yang mengaji pagi itu.
Satu hal yang disadari oleh Juno, sejak awal ia sangat menyukai suara Sisil yang lembut dan meresap di hati
"Anak itu rajin sekali ibadahnya"
Kakinya Melangkah mendekati pintu kamar itu, dari sana ia dapat melihat Sisil sedang duduk dalam balutan mukena posisi membelakangi
Dilihat secara fisik, sebenarnya tidak sama sekali menarik, namun Ia seperti memiliki magnet kuat yang mampu menarik perhatian orang-orang sekitar, niko adalah salah satunya
"Aku mau jadi imamnya Sisil" ucapan Niko tempo hari masih terekam jelas dalam ingatannya.
Hanya dengan mengingat itu saja ia sudah membuat hawa sekitar Begitu Terasa memanas bagi Juno , apalagi sahabatnya itu terang-terangan mengaku menyukai sisil sajak pertama kali bertemu.
Juno mendesak kesal pikirannya malam Buana sedang membantai Niko habis-habisan, konon katanya, satu-satunya hal yang tidak memiliki batasan di dunia ini hanyalah khayalan.
Menenggelamkan niko di Samudra Atlantik dan bergabung bersama kapal Titanic yang keram 100 tahun yang lalu. Menendangnya ke Gurun Sahara dan keperkebunan katus, menghanyutkan ke sungai Amazon dan Menjadi santapan ikan piranha. atau menjatuhkannya dari puncak gunung Galunggung tanpa parasut
oh menyenangkan sekali namun kemudian Juno tersadar pikiran konyolnya.
"Mengapa jiwa gue mendadak menjadi psikopat begini sih ?"
Membuyarkan Lamunan juno memilih segera beranjak, ia mulai berlari kecil di sekitaran Komplek perumahannya.
"Selamat pagi, nak juno?" Sapa seorang wanita paruh baya , yang merupakan tetangga yang berjarak beberapa rumah darinya
Juno Berhenti sejenak jawab sapaan itu "Selamat pagi tante"
"Tumben baru kelihatan lagi?"
"Iya Tante, Saya habis liburan Juno" menjawab singkat
"Oh iya, anak gadis yang ada di rumah Kamu itu siapa? Tante sering lihat dia keluar buang sampah", wanita itu tampak antusias sebab selama ini. Setahunya Juno tinggal hanya seorang diri di rumahnya
"Itu keponakan saya dari kampung tante, Sekarang dia sedang melanjutkan sekolahnya di sini"
"Oh..." wanita itu mengangguk paham "Kirain siapa, Soalnya kamu tinggal sendirian, tidak baik berduaan dengan perempuan yang bukan mahram"
Juno hanya tersenyum kecut keberadaan sosial di rumahnya sudah pasti akan menimbulkan fitnah, apalagi tetangga di sekitar Komplek yang memiliki tingkat ingin tahu nya tentang urusan orang lain tinggi
"Ngomong-ngomong, Kenapa nak juno belum menikah juga? Usianya sudah matang loh!" tambah wanita itu
"Belum ketemu yang pas tante"
"Dicari atuh! tante juga mempunyai anak gadis kalau nak Juno, belum ada calon" wanita itu tersenyum lebar. Juno adalah sosok lelaki sempurna untuk dijadikan menantu, muda tampan dan mapan , ibu-ibu di sekitar orang komplek bahkan saling berebut untuk menjadikannya seorang menantu.
"Terima kasih Tante, kalau begitu saya duluan permisi" Ia cepat-cepat memutus pembicaraan
"Silahkan nak Juno"
Lelaki itu langsung mengambil langkah seribu demi menghindari tetangganya yang cerewet , ketika memasuki rumah juno segera menuju dapur Sisil terlihat sedang membuat sarapan.
Menuang segelas air putih ke dalam gelas , Juno meneguk perlahan . Ujung matanya mengarah kepada sang istri sambil memikirkan sosok cantik seperti bidadari yang membuatnya susah tidur semalaman.
"Sisi..!" Panggil Juno
Gadis belia itu menoleh sejenak "Iya Mas ada apa?"
"Semalam kamu keluar kamar, setelah kita pulang nggak?" Tanyanya hendak memastikan
"Enggak Mas, kenapa?" Sisil menjawab ragu, lalu kembali fokus kepada roti panggangnya yang sedang dibuat
"Enggak apa-apa, Saya cuman....."
Suara bel menjadi pemutus pembicaraan sepasang suami istri itu , Juno menatap kesal ke arah pintu . Jika sisil hendak melangkah ,guna menahan langkahnya.
"Biar saya saja yang buka!"
"Iya Mas"
Juno melangkah malas menuju pintu, Ia paling tidak suka Jika ada yang bertamu se pagi-pagi di rumahnya, setelah sampai di ambang pintu berhenti sejenak dan memilih mengintip melalui jendela.
Sosok yang berdiri tegak di depan pintu itu, membuatnya merasa ingin berganti profesi menjadi pembunuh bayaran
"Niko? Ngapain kamu pagi-pagi di rumah orang?" Ia menggerutu kesal
Tadinya tidak ingin membukakan pintu untuk tamu tak diundang itu, namun, niko terus menekan bel hingga terlihat sisil menyusul dari belakang.
"Mau ngapain kamu?" Tanya Juno dengan mata melotot
"Oh.. Saya pikir, Mas Juno nggak jadi buka pintu, makanya saya mau bukain"
"Sana masuk kamar! Jangan keluar sebelum saya izinkan!"
Dahi gadis belia itu berkerut tipis menatap kekesalan yang tergambar jelas di wajah sang suami.
"Masuk ke kamar!" perintahnya lagi saat sisil terdiam di tempat
"Iya Mas", tanpa menunggu lagi, Sisil beranjak masuk ke kamarnya . Juno pun langsung membuka pintu dan menyambut temannya itu dengan tatapan garang.
"Hai..." Niko menyapa dengan senyuman ceria, memamerkan deretan gigi putihnya yang berbaris rapih
"Ngapain ke rumah orang pagi-pagi?"
"Galak amat!" Niko menatap heran. Tidak biasanya juno bersikap seaneh ini, padahal berkunjung ke rumah itu atau menginap bukan sesuatu yang aneh baginya. "Ada hal Serius Yang aku akan bicarakan dengan kamu"
Ucapan Niko banyak tanda tanya di pikiran Juno, dia menatap penuh curiga saat menyadari gelagat Niko, yang celingukan seolah sedang mencari sesuatu sejak memasuki rumah
Niko menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tamu sementara juno ke dapur dan membuat kopi. Andai bukan teman pasti kopi hitam itu sudah ia tambahkan dengan sianida.
"Jadi hal penting apa yang membuat kamu datang kemari?" Juno menggeser secangkir kopi di depannya
Membuat lelaki itu tersenyum, Rona bahagia terpancar jelas di wajahnya
"Sebenarnya aku mau langsung mendatangi orang tua Sisil, tapi karena Sisil nggak punya orang tua lagi, jadi aku rasa lebih baik bicara dengan kamu saja"
Kedua alis tebal Juno saling bertaut membentuk busur panah, awas aja jika Niko mengatakan sesuatu yang membuatnya kesal , akan ia tendang temannya itu ujung galaksi bima sakti.
"Bicara soal apa memangnya?" Tanyanya sambil menyeruput Secangkir Kopi Hitam
Niko tampak menarik nafas dalam-dalam , lalu berkata "Ini tentang Sisil , apa kamu akan keberatan kalau aku akan berniat mengkhitbah dia? Kalau kamu setuju, Aku ingin taaruf dulu dengan dia sebagai permulaan"
Seketika Sepasang Mata Juno melotot , kopi hitam yang baru saja diseruputnya menyembur keluar
"Minta dimutilasi nih anak!" gumam nya dalam hati
Bersambung....