Vherolla yang akrab disapa Vhe, adalah seorang wanita setia yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk kekasihnya, Romi. Meski Romi dalam keadaan sulit tanpa pekerjaan, Vherolla tidak pernah mengeluh dan terus mencukupi kebutuhannya. Namun, pengorbanan Vherolla tidak berbuah manis. Romi justru diam-diam menggoda wanita-wanita lain melalui berbagai aplikasi media sosial.
Dalam menghadapi pengkhianatan ini, Vherolla sering mendapatkan dukungan dari Runi, adik Romi yang selalu berusaha menenangkan hatinya ketika kakaknya bersikap semena-mena. Sementara itu, Yasmin, sahabat akrab Vherolla, selalu siap mendengarkan curahan hati dan menjaga rahasianya. Ketika Vherolla mulai menyadari bahwa cintanya tidak dihargai, ia harus berjuang untuk menemukan jalan keluar dari hubungan yang menyakitkan ini.
warning : Dilarang plagiat karena inti cerita ini mengandung kisah pribadi author
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jhulie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemesraan Tanpa Batas
Bab ini dimulai dengan suasana hangat di kamar kos Vherolla. Setelah beberapa bulan berlalu, hubungan mereka semakin erat, dan keintiman yang mereka bangun terasa lebih kuat dari sebelumnya. Tak ada lagi konflik besar atau pertanyaan yang mengganggu di benak Vherolla. Ia hanya ingin menikmati setiap momen yang ia habiskan bersama Romi.
Romi, yang selalu tahu cara membuat Vherolla tersenyum, kali ini terlihat lebih lembut dan penuh perhatian. Mereka baru saja menghabiskan malam dengan berbagi cerita, tertawa bersama, dan akhirnya kembali pada pelukan hangat satu sama lain. Vherolla merasa begitu nyaman setiap kali berada dalam dekapan Romi. Kehadiran Romi selalu berhasil membuatnya lupa pada segala kekhawatiran yang pernah mengganggunya.
Malam itu, mereka kembali menikmati keintiman bersama di kamar kos Vherolla, seperti pasangan yang benar-benar saling mencintai dan tanpa ada beban di antara mereka.
Romi mencumbui setiap inci bagian tubuh Vherolla tanpa terlewatkan sedikit pun. Vherolla menikmati ritme yang dihasilkan oleh Romi.
Mereka larut dalam buaian cinta. Setelah permainan selesai, Romi mengusap lembut rambut Vherolla yang terurai di atas bantal, sementara Vherolla memejamkan matanya, meresapi setiap detik kehadiran Romi di sisinya.
"Kamu tahu, Vhe, aku ngerasa beruntung banget punya kamu," bisik Romi pelan. "Kamu selalu ada buat aku, nggak peduli apa yang orang lain bilang."
Vherolla tersenyum tipis, lalu membuka matanya dan menatap Romi. "Aku juga beruntung punya kamu, Rom," jawabnya lembut. "Walaupun kadang kamu bikin aku kesal, aku tahu kamu sebenarnya sayang sama aku."
Mereka saling tersenyum, dan suasana hening yang hangat menyelimuti mereka. Rasanya seperti dunia hanya milik mereka berdua malam itu. Setelah lama berbaring dalam keheningan, akhirnya mereka tertidur dalam pelukan satu sama lain.
Namun, dua bulan kemudian, Vherolla mulai menyadari sesuatu yang mengganggu pikirannya. Dia telat datang bulan. Pada awalnya, ia berusaha menenangkan diri, berpikir mungkin ini hanya masalah hormonal biasa. Namun setelah beberapa hari berlalu, kecemasannya semakin besar. Akhirnya, ia memutuskan untuk menceritakan kekhawatirannya kepada Romi.
"Rom, aku mau ngomong sesuatu," kata Vherolla dengan nada serius saat mereka sedang duduk bersama di kamar kosnya.
Romi, yang sedang sibuk dengan ponselnya, menoleh dan menatap Vherolla dengan alis terangkat. "Ada apa, Vhe? Kamu keliatan serius banget."
"Aku... aku telat datang bulan, Rom. Udah dua bulan lebih. Aku takut..."
Romi terdiam sejenak, wajahnya berubah serius. "Hamil?"
Vherolla mengangguk perlahan. Ia bisa merasakan detak jantungnya semakin cepat, menunggu reaksi Romi. Romi menarik napas dalam-dalam dan mengusap wajahnya dengan kedua tangan.
"Duh, Vhe, bukannya aku nggak mau tanggung jawab," kata Romi setelah hening beberapa saat. "Tapi kalau bisa jangan hamil dulu, deh. Kamu kan tahu, aku masih nganggur. Aku belum siap nikah, apalagi punya anak. Kalau aku nikahin kamu sekarang, aku nggak punya biaya."
Kata-kata Romi itu menyentuh sesuatu di dalam hati Vherolla. Satu sisi, ia tahu Romi belum mapan secara finansial, tapi di sisi lain, mendengar bahwa Romi tak ingin bertanggung jawab sepenuhnya membuat hatinya sedikit sakit. Namun, ia memutuskan untuk tidak memperpanjang masalah.
"Benar juga sih, Romi," jawab Vherolla akhirnya, meski ada sedikit rasa kecewa dalam nadanya.
Setelah berdiskusi, mereka memutuskan untuk mencari solusi. Vherolla akhirnya membeli obat telat bulan dan meminumnya dengan rutin. Beruntung, beberapa hari kemudian ia datang bulan, membuatnya merasa sangat lega. Sejak saat itu, jika mereka melakukan hubungan lagi, mereka sepakat untuk selalu menggunakan pengaman agar kejadian serupa tidak terulang.
Hari-hari berikutnya, hubungan Vherolla dan Romi kembali dipenuhi dengan canda dan tawa. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, berjalan-jalan di sekitar kota, makan di tempat favorit mereka, dan berbagi cerita tentang hal-hal kecil dalam hidup mereka. Vherolla merasakan bahwa semua keraguan yang pernah mengganggunya perlahan-lahan menghilang, tergantikan oleh keinginan untuk menikmati momen indah bersama Romi tanpa terlalu banyak berpikir tentang masa lalu.
Suatu hari, Romi mengajak Vherolla untuk kembali mengunjungi rumah keluarganya. "Aku pengen kamu ketemu keluargaku lagi, Vhe. Mereka udah kangen sama kamu," kata Romi dengan senyum hangat.
Vherolla tersenyum lebar mendengar ajakan itu. Dia selalu merasa disambut dengan hangat setiap kali datang ke rumah Romi. Keluarganya begitu ramah dan selalu membuatnya merasa nyaman. Mereka pun pergi ke rumah Romi, dan seperti yang diduga, keluarga Romi menyambutnya dengan tangan terbuka.
Ketika sampai di rumah Romi, Runi dan Rozak langsung menyambutnya dengan ramah. "Eh, Kak Vhe! Akhirnya datang lagi. Kak Romi kemana aja, nih? Nggak pernah ngajak Kak Vhe main ke sini lagi," goda Runi sambil tersenyum lebar.
Vherolla tertawa kecil dan membalas candaan mereka. "Iya nih, Kak Romi sibuk terus, sih. Padahal aku kangen sama kalian."
Rozak yang lebih pendiam dibanding Runi, hanya tersenyum dan mengangguk. Ia tak banyak bicara, tapi Vherolla tahu bahwa Rozak juga senang setiap kali ia berkunjung ke rumah mereka.
Mereka menghabiskan waktu bersama di rumah Romi, bercanda dan tertawa seperti keluarga yang bahagia. Ibu Romi pun memanjakan Vherolla dengan masakan-masakan favoritnya, membuat Vherolla merasa semakin nyaman berada di sana.
Dalam hati, Vherolla mulai berpikir bahwa mungkin inilah kehidupan yang ia inginkan. Sebuah kehidupan yang penuh dengan cinta dan kebersamaan, di mana ia bisa merasa dicintai oleh Romi dan diterima dengan baik oleh keluarganya. Semua kekhawatiran tentang kebohongan Romi perlahan-lahan mulai memudar. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah keinginan untuk terus menikmati masa-masa indah ini bersama Romi, tanpa harus terbebani oleh masa lalu.
Di teras rumah, setelah mereka menikmati makanan dan bercanda bersama keluarga Romi, suasana berubah menjadi lebih serius. Angin sore yang sejuk menambah ketenangan di antara mereka. Romi duduk bersandar, lalu menatap Vherolla dengan dalam.
"Vhe, aku pengen ngomong sesuatu," kata Romi, nadanya tenang tapi tegas. "Besok-besok kalau ada yang nge-chat kamu terus njelekin aku, kamu langsung kasih tahu aku, ya? Jangan main bales sesuka kamu atau langsung percaya sama mereka."
Vherolla terdiam sejenak, merenung sebelum akhirnya mengangguk pelan. "Iya, Rom. Aku janji. Maaf kemarin aku terlalu cepat percaya sama omongan mereka."
Romi tersenyum lega, lalu mengusap lembut tangan Vherolla. "Aku nggak nyalahin kamu kok, Vhe. Aku ngerti kamu juga takut dan bingung. Tapi, aku cuma pengen kita saling percaya. Kalau ada yang ngomong jelek tentang aku, kamu tanya aku dulu, biar nggak salah paham."
Vherolla menatap Romi dan merasa bersalah karena pernah meragukannya. "Iya, Rom. Aku bakal langsung kasih tahu kamu. Aku juga nggak mau hubungan kita rusak gara-gara omongan orang yang nggak jelas."
Romi mengangguk, puas dengan jawaban Vherolla. Ia lalu menarik Vherolla ke dalam pelukannya, memberikan rasa aman dan nyaman yang membuat Vherolla semakin yakin bahwa Romi benar-benar serius dengannya.
Malam itu, mereka berbicara lebih banyak tentang masa depan, tentang bagaimana mereka ingin bersama, menjalani hubungan yang lebih baik dan dewasa. Meskipun masih ada kekhawatiran kecil di hati Vherolla, percakapan ini membuatnya merasa lebih percaya pada Romi, dan lebih siap menghadapi apapun yang mungkin terjadi di masa depan.