Pengkhianatan Dalam Pernikahan

Pengkhianatan Dalam Pernikahan

Bab1 Awal kecurigaan

Amelia: Mas kangen aku gak?

Amelia: Kalau kangen, bilang saja wkwkwk.

Amelia: Soalnya aku juga kangen sama mas, kapan kita keluar lagi berdua?

Amelia: Mas Evan!

Tangan Gladis bergetar ketika ia membaca pesan whatsapp yang berada di ponsel suaminya, Evan. Nafasnya memburu tak beraturan, jantungnya berdegup kencang, kilatan amarah, jelas terlihat dari raut wajah wanita cantik itu. Hatinya terasa sangat sakit, mendapati sebuah pesan dari seorang perempuan bernama Amelia di ponsel suaminya. Nama perempuan yang sangat tidak asing di telinganya.

"Amelia? Bukankah dia wanita yang di tolong oleh mas Evan, saat hendak di pukuli oleh suaminya? Apa maksud dia mengirimkan pesan seperti ini pada mas Evan? Bukankah dia tahu, kalau mas Evan sudah menikah dan memiliki seorang putri?" Gladis bermonolog sendirian, tangannya begitu erat menggenggam ponsel suaminya. Sementara sang suami, saat ini sedang berada di dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya, karena dia baru saja kembali dari tempat kerjanya.

Ingin sekali Gladis membalas pesan whatsapp yang di kirimkan oleh Amelia kepada suaminya itu. Namun, saat hendak ia mengetik, pintu kamar mandi terbuka, se'sosok laki-laki yang cukup tampan keluar dengan hanya mengenakan handuk kecil yang melilit pada bagian bawahnya saja.

Sontak, Gladis pun langsung meletakkan kembali ponsel itu di atas nakas, ia mencoba untuk tersenyum ketika melihat sang suami berjalan menuju ke arahnya. "Kamu sudah selesai, mas?" tanya Gladis sebisa mungkin ia bersikap seperti biasanya.

Evan tersenyum manis, ia pun lantas mengecup kening Gladis lembut. "Sudah, sayang. Rasanya sangat segar sekali setelah seharian bergelut dengan berbagai pekerjaan." Kata Evan lembut.

Pria berusia 30 tahun itu, memang selalu bersikap lembut dan sangat perhatian terhadap Gladis juga putri kecilnya yang saat ini sedang tertidur pulas.

"Yasudah, aku buatkan kamu kopi dulu ya, nanti setelah itu aku akan menyiapkan makan malam untukmu." Gladis masih tetap tersenyum di antara kegundahan hatinya. Ingin sekali ia bertanya tentang isi pesan whatsapp yang di kirimkan oleh Amelia tadi, namun sepertinya ini bukanlah waktu yang tepat. Gladis tidak ingin gegabah dalam mencari tahu tentang hubungan suami dengan Amelia, wanita yang telah di tolong oleh suaminya dua bulan yang lalu.

"Ya, sayang. Aku akan segera keluar setelah berpakaian." Lagi, Evan mendaratkan kecupan mesranya di kening sang istri, ia juga tidak pernah melepaskan senyumannya kepada sang istri yang telah menemaninya selama lebih dari lima tahun pernikahan.

Gladis hanya membalas dengan senyuman seperti biasanya, lalu setelah itu ia pun bergegas pergi meninggalkan Evan sendirian.

Evan mulai berjalan menuju lemari pakaian, namun langkah kakinya terhenti ketika ia mendengar ponselnya berbunyi 'ting' menandakan adanya pesan masuk.

Evan segera kembali, ia mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Segera, Evan pun membuka isi pesan di aplikasi berwarna hijau itu. Ia sedikit mengernyitkan kening saat membaca pesan dari seorang wanita, yang tak lain adalah Amelia.

Amelia: Mas wa'ku cuma di baca doang. Nyebelin banget sih kamu.

Evan menghembuskan nafasnya kasar, ia menatap pintu kamarnya sedikit mengerutkan kening. "Apakah Gladis yang sudah membaca pesan dari Amelia? Tapi, dia terlihat biasa saja tadi?" ucap Evan sendirian. Jujur saja, hatinya mulai gelisah saat membayangkan sang istri membaca pesan yang di kirimkan Amelia kepada dirinya tadi.

Evan kembali menghembuskan nafasnya kasar, lalu setelah itu ia mulai mengetik pesan untuk membalas pesan yang di kirim oleh Amelia. Setelah selesai membalas pesan itu, Evan pun langsung menghapusnya, kemudian ia meletakkan kembali ponsel itu di atas nakas. Lalu, dia pun kembali berjalan menuju lemari pakaian.

Evan meraih kaos berwarna putih dengan celana pendek bawah lutut. Ia segera memakai pakaiannya, kemudian pergi meninggalkan kamarnya. Sebelum itu, Evan meletakan handuknya terlebih dahulu pada tempatnya. Kemudian ia berjalan menghampiri istrinya yang tengah membuatkan kopi untuk dirinya.

Evan tersenyum, sejenak ia menghentikan langkah kakinya, mengamati tubuh langsing sang istri dari belakang. Meskipun istrinya sudah melahirkan putri pertamanya yang baru saja berusia 3 tahun, tetapi tubuh sang istri masih terlihat seperti gadis pada umumnya, bahkan tubuh Gladis terlihat lebih bagus dan enak di pandang. Mungkin itu karena Gladis memiliki tubuh yang langsing seperti model.

Evan kembali melangkahkan kedua kakinya, menghampiri sang istri dan memeluknya dari belakang. Gladis yang mendapat pelukan dadakan pun sedikit terkejut, kopi yang sedang ia aduk hampir saja tumpah.

"Mas, kamu ngagetin aku tahu gak, sih." Protes Gladis seraya mencubit gemas lengan milik suaminya. Gladis mengesampingkan dulu soal pesan yang ia baca tadi. Ia harus bersikap seperti tidak melihat apa-apa, sekalipun hatinya terasa sakit.

"Sudah selesai, sayang?" bukannya menjawab, Evan justru bertanya. Sesekali ia juga mengendus-endus leher mulus nan putih milik sang istri.

"Sudah, mas. Jadi, lepaskan pelukanmu atau kopi ini akan tumpah dan mengenai tanganku yang putih ini," kata Gladis dengan manja. Dia memang selalu bersikap manja seperti itu, toh tidak ada salahnya jika bermanja-manja dengan suami sendiri.

"Hmm... Baiklah, biar mas yang bawa ya," Evan melepaskan pelukannya, lalu memberikan kecupan mesra di kening Gladis. Wanita itu hanya tersenyum kecil. Dalam hati, tidak mungkin laki-laki yang selalu memperlakukannya dengan lembut dan penuh perhatian, bermain api di belakangnya. Namun, ketika ia mengingat pesan yang di kirimkan oleh Amelia tadi, membuat hati Gladis menjadi gelisah kembali.

"Sera masih tidur, sayang?" tanya Evan seraya berjalan dengan secangkir kopi di tangannya. Pasangan suami istri itu berjalan menuju ruang keluarga.

"Iya, mas. Mungkin sebentar lagi Sera bangun." Jawab Gladis lembut. Ia menghentikan langkah kakinya ketika ia dan juga Evan sudah tiba di ruang keluarga.

Keduanya duduk di atas sofa berwarna putih, saling berdampingan. Evan mulai meletakkan secangkir kopi nya di atas meja, lalu ia pun menatap Gladis dalam. "Sayang, apakah kamu membaca pesan yang di kirimkan oleh Amelia tadi?" tanya Evan dengan lembut dan tiba-tiba.

Gladis yang mendapat pertanyaan itu pun hanya menganggukkan kepalanya saja. Tadinya, dia tidak ingin membahas masalah ini sekarang, karena ia ingin mencari tahu lebih lanjut lagi tentang hubungan suaminya dengan wanita itu.

"Jangan salah paham, ya. Dia memang suka becanda seperti itu sama, mas. Dia sudah menganggap mas sebagai kakaknya sendiri. Jadi, jangan di pikirkan lagi mengenai pesan yang di kirim oleh Amelia tadi." Ucap Evan seraya membawa sang istri ke dalam pelukannya. Suaranya yang begitu lembut dan hangat, sepertinya ia tidak berbohong. Namun, hati Gladis masih saja merasa janggal dan sulit untuk bisa percaya dengan apa yang di ucapkan oleh suaminya tersebut.

"Emm aku percaya sama kamu, mas. Kamu tidak mungkin mengkhianatiku bukan? Jadi, jangan bahas masalah ini lagi ya. Kalau perlu, kamu bilang sama Amelia, becandanya jangan berlebihan seperti itu. Itu sangat tidak baik. Apalagi dia becanda seperti itu sama suami orang, bukankah itu akan membuat istrinya sakit hati dan curiga?" Jelas Gladis seraya melepaskan pelukan sang suami, dan menatap sang suami dalam.

Evan hanya tersenyum sembari menganggukkan kepalanya, ntah apa yang ada di dalam pikiran laki-laki tampan itu saat ini, hanya dirinyalah yang tahu. "Kalau begitu aku mau masak dulu, mas. Nanti kalau Sera bangun, tolong jagain dia dulu, ya." Ucap Gladis sembari beranjak dari tempat duduknya. Lalu setelah itu, ia pun berjalan menuju dapur tanpa mau mendengar jawaban dari sang suami. "Mas, apakah kamu berkata jujur? Atau itu hanya untuk membuatku percaya sama kamu? Ntahlah, hatiku merasa sangat gelisah dan sulit untuk mempercayai ucapanmu," batin Gladis sambil mengepalkan satu tangannya dan mempercepat langkah kakinya menuju dapur.

Setelah kepergian Gladis, Evan nampak menghembuskan nafasnya panjang. Ia pun segera meraih secangkir kopi, lalu menikmatinya perlahan. Setelah itu, ia kembali meletakkan secangkir kopi itu, lalu beranjak dan pergi menuju kamarnya.

Ponsel yang ia letakkan di atas nakas berdering, menandakan adanya panggilan masuk dari seseorang. Dengan segera, Evan pun berjalan menuju nakas, lalu mengambil ponselnya. Dia kembali menghembuskan nafasnya panjang, ketika ia melihat nama Amelia sedang menghubunginya. "Kenapa dia keras kepala sekali, sih." Gumam Evan sebelum ia menggeser tombol berwarna hijau.

"Bukankah sudah ku katakan! Jangan menghubungiku dulu. Gladis sudah membaca pesanmu tadi. Aku tidak ingin dia mencurigai kita, sayang." Ucap Evan sambil melangkah dan menutup pintu kamarnya.

Terpopuler

Comments

Karina

Karina

baru awal bab, udah di bikin nyesek😭

2024-10-13

2

Apriyanti

Apriyanti

bikin nyesek bgt KLO suami Uda selingkuh di blkg kita

2024-10-13

1

neng ade

neng ade

hadir thor..

2024-10-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!