Di tengah hiruk pikuk dunia persilatan. Sekte aliran hitam semakin gencar ingin menaklukkan berbagai sekte aliran putih guna menguasai dunia persilatan. Setiap yang dilakukan pasti ada tujuan.
Ada warisan kitab dari nenek moyang mereka yang sekarang diperebutkan oleh semua para pendekar demi meningkatkan kekuatan.
Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang anak yang masih berusia 7 tahun. Dia menjadi saksi bisu kejahatan para pemberontak dari sekte aliran hitam yang membantai habis semua penduduk desa termasuk kedua orang tuannya.
Anak kecil yang sama sekali tidak tau apa apa, harus jadi yatim piatu sejak dini. Belum lagi sepanjang hidupnya mengalami banyak penindasan dari orang-orang.
Jika hanya menggantungkan diri dengan nasib, dia mungkin akan menjadi sosok yang dianggap sampah oleh orang lain.
Demi mengangkat harkat dan martabatnya serta menuntut balas atas kematian orang tuanya, apakah dia harus tetap menunggu sebuah keajaiban? atau menjemput keajaiban itu sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aleta. shy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2 sosok yang menakutkan
"Ternyata hanya mimpi" Gumam Yuan setelah kesadarannya baru datang menghampiri. Tidurnya kali ini menurutnya terasa begitu pulas sekali.
"Sudah lama sekali aku tidak pernah tidur nyenyak seperti ini. Saat ayah ibu masih hidup, pola makan dan istirahatku benar-benar sangat teratur. Aku rindu mereka."
Yuan mengerjapkan mata seraya perlahan membangunkan tubuhnya dari posisi baring. Kesadaran dirinya belum sepenuhnya kembali, menggesek-gesek kedua matanya menghilangkan pandangan kabur menyelimuti indra penglihatannya.
Badan Yuan terasa begitu sakit sekali seperti pada umumnya orang yang lama tidur dan terbangun setelahnya.
Yuan duduk sebentar memejamkan matanya untuk mengembalikan kesadaran sepenuhnya, menghela nafas panjang serta melakukan peregangan pada tubuh.
Deg.
Jantung Yuan berdetak kencang. "Apa yang terjadi?" Kepanikan terlihat jelas di wajah anak itu. Tubuh yang awalnya lesu, seketika langsung penuh energi.
"Aku dimana?"
Yuan dihadapkan dengan pepohonan rindang serta dedaunan hijau tumbuh sejajar, seluas mata memandang. Tak jauh dari itu, tampak juga sebuah istana megah berwarna keemasan berjarak sekitar 100 meter dari posisinya sekarang.
"Kenapa aku disini?"
"Kenapa aku tidur disini?" Tanpa disadari ternyata sedari tadi dia tidur diantara dua akar pohon dan hanya beralaskan tanah.
Mimpi?
Plak..plak...
Dua kali tamparan keras dilayangkan Yuan di pipinya sendiri. Dia merasakan rasa sakitnya, berarti ini bukanlah sebuah mimpi.
Bagaimana mungkin, jadi sekarang Yuan berada dimana?
Ditengah kepanikannya, ingatan Yuan kembali teringat dengan kejadian beberapa waktu yang lalu sebelum dia tidur. "Apa yang sebelumnya juga bukan sebuah mimpi?" Yuan ingat betul jika ada cahaya hitam mengelilinginya sebelum akhirnya dia merasakan tubuhnya seperti dibekap dan ditarik masuk kedalam Kitab Alam Suci, selepas itu dia tidak ingat apa-apa lagi.
"Ah itu tidak mungkin, aneh sekali jika itu benar-benar terjadi." Yuan tertawa pelan. Menertawakan pikiran yang menganggap jika dia ditarik masuk kedalam sebuah kitab yang notabenenya hanya lembaran kertas.
"Tapi kenapa aku berada disini? Ini dimana?" Bingung. Dia menyusuri pepohonan yang rindang ini berniat menuju ke sebuah istana megah dihadapannya itu. Siapa tau dia mendapatkan petunjuk.
"Apa sebelumnya aku mengigau hingga jalan sejauh ini?" Menerka-nerka. Tetapi tempat ini berbeda jauh dengan tempat-tempat yang pernah dilihatnya.
Wushhh....
Suara angin.
Yuan diterpa angin lembut dari arah belakang, membuatnya reflek langsung waspada dan membalikkan tubuhnya seketika. Dia seperti merasakan hawa keberadaan seseorang.
Yuan mengedarkan pandangannya kesana kemari. Jantungnya terus berdegup memompa cepat. Pepohonan yang rimbun kehijauan ini menimbulkan keanehan begitu nyata bagi Yuan. Karena tidak ada satupun dedaunan itu ada yang gugur atau berserakan di tanah, baik itu dedaunan kering maupun rantingnya.
Semuanya terlihat bersih.
"Aneh sekali, aku dimana ini?" Batin Yuan semakin bingung. "Ini seperti bukan dunia nyata." Langkah kakinya perlahan berjalan penuh kehati-hatian.
Tiba-tiba...
Terdengar ditelinga Yuan suara derap langkah kaki yang mendekat kearahnya dari arah samping. Akan tetapi saat dirinya melihat kesamping, Yuan bahkan tidak menemukan wujud apapun disitu. Hatinya mulai gelisah, ada yang tidak beres dengan tempat ini.
Perlahan Yuan menjauh dari suara derap langkah kaki itu seraya tangannya dalam posisi siaga, siap bertarung.
"Siapa ha!!!" Teriak Yuan keras sambil matanya bergerilya mencari sebuah senjata sebagai pertahanan diri. Sayangnya Yuan tidak menemukannya, bahkan hanya ranting kayu yang rapuh sekalipun.
"Keluar kau kalau berani!" Yuan menantang sosok yang tak kasat mata itu.
"Kau berani menantang ku bocah?"
Benar saja, terdengar sebuah suara dari arah bunyi derap langkah kaki tersebut. Suara berat itu cukup membuat Yuan terhenyak kaget.
Jantung Yuan kembali berdegup lebih cepat daripada sebelumnya. Wajahnya pucat pasi mendapati seseorang yang tidak tampak keberadaannya.
"Siapa kau! Aku tidak ada urusan denganmu. Jangan ganggu aku!!" Seru Yuan panik.
"Aura ini, kental sekali." Batin Yuan. Dia merasakan aura keberadaan yang begitu kental sekali. Belum pernah sebelumnya Yuan mendapati aura yang seperti ini. Bahkan aura yang dipancarkan Liu Sheng, pembunuh kedua orangtuanya tidak ada apa-apanya dibandingkan aura sosok tak kasat mata yang dirasakannya sekarang ini.
"Bukankah kau tadi menantang ku bocah?" Jawab sosok tak kasat mata itu dengan nada pertanyaan namun disetiap katanya dipenuhi dengan tekanan sehingga suaranya begitu berat terdengar ditelinga Yuan.
Tangan Yuan semakin gencar menampar kedua belah pipinya berharap ini adalah mimpi buruk belaka. Yuan bingung mau berbuat apa. Apa yang akan diserangnya, sedangkan sosok itu tidak tampak oleh Indra penglihatannya.
Tak lama berselang, dari arah belakang Yuan juga terdengar suara derap langkah yang juga sedang menuju kearahnya.
Yuan melihat kedua arah itu bergantian. Bersiap menggunakan ilmu meringankan tubuhnya untuk naik keatas pohon. Kejadian yang tak terduga ini cukup membuat otaknya menjadi buntu. Dia sering bertukar serangan atau bertarung dengan para siluman di hutan siluman. Namun, kali ini Yuan mengakui aura yang dipancarkan sosok yang tak kasat mata itu benar-benar kental membuat nyalinya ciut seketika.
"Ini seperti ilusi, tapi ini juga bukan sebuah mimpi" Batinnya.
Saat Yuan memfokuskan tenaga dalamnya untuk naik keatas pohon, tiba-tiba dalam sekejap, anak kecil itu dibuat kaget karena sekarang secara singkat dia sudah berpindah ketempat lain.
"Ini pasti mimpi, aku yakin sekali ini pasti mimpi" Ucap Yuan seraya menggelengkan kepalanya, sesekali juga memukul-mukul anggota tubuhnya berharap cepat sadar dari alam mimpinya.
Yuan masih begitu yakin ini hanyalah sebuah mimpi saja.
Sebelumnya Yuan berada diantara pepohonan yang rindang, namun dalam waktu sekelip matanya, sekarang Yuan berada disebuah ruangan yang megah lengkap dengan berbagai aksesoris hampir semuanya dilapisi emas dan perak. Hal itu ditangkap oleh indra penglihatan Yuan secara jelas.
Lebih tepatnya istana.
Namun tak lama berselang, kejadian aneh yang serupa kembali terjadi. Dalam waktu yang singkat, satu kedipan mata Yuan tiba-tiba anak kecil itu kembali ketempat semula yang berada diantara pepohonan yang rindang sebelumnya. Kejadian diluar nalar pikirannya.
Kejadian ini begitu cepat yang membuat kepala Yuan semakin sakit. Tempat tersebut seperti berada di dimensi lain, pasti dan tentunya ada seseorang yang mengendalikan ini semua.
"Ini tidak masuk akal." Batin Yuan sebelum akhirnya pandangan matanya kabur dan pingsan terbaring di tanah.
...
"Kalian si..siapa?" tanya Yuan gugup bukan main, sampai-sampai tidak sadar dia telah meneteskan air mata saking takutnya. Sosok yang tak kasat mata tadi memperlihatkan wujud mereka dihadapkan anak kecil tersebut.
Yuan baru sadar dari pingsannya.
Sosok wujud didepannya ini tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Jelas begitu seram dan menakutkan bagi manusia yang melihatnya.
Dua sosok itu sedang menatap Yuan dengan tatapan tajam. Tatapan yang membuat anak kecil itu tidak berkutik. Jangankan melihat sorot mata keduanya, melihat bentuk tubuh mereka saja Yuan tidak sanggup.
Satunya memiliki postur tubuh yang tinggi, terdapat aura panas disekitar tubuhnya berwarna keemasan emasan. Bentuk tubuh serta posturnya berbeda jauh dengan manusia pada umumnya, begitu menyeramkan bagi Yuan. Rahang kokoh, badan kekar berotot, tangan panjang namun tidak sama antara keduanya. Bola matanya sedikit menonjol keluar dengan urat-urat terlihat begitu jelas. Telinganya sedikit panjang keatas, hidungnya pesek besar, serta di mulutnya terdapat dua taring panjang yang begitu runcingnya.
Satu sosok lagi juga memiliki tinggi yang sama, serta bentuk fisik yang hampir serupa, hanya saja aura yang dikeluarkan begitu berbeda dibandingkan dengan sosok yang sebelumnya yaitu lebih pekat dan dominan berwarna kehitam-hitaman.
Aura hitam yang jika dilihat dengan mata seperti api biasa pada umumnya, akan tetapi warnanya agak transparan meliputi aura keemasan milik sosok tersebut. Kalau dilihat secara penampilan, sosok dengan aura kehitaman ini lebih mengerikan dibandingkan sosok yang satunya lagi.
Yuan menelan ludahnya kasar. Apa yang ingin dilakukannya sekarang? Entah bagaimana bisa dia bisa berada disini, di situasi yang tidak diinginkannya.
"Selamat datang" Ucap sosok dengan aura kehitaman itu penuh penekanan. Jarak mereka memang tidak dekat, tapi menurut Yuan suara itu begitu menggelegar ditelinganya.
"Kau menakutinya" Sosok lainnya dengan aura keemasan berjalan mendekat kearah Yuan dan anak itu langsung waspada.
"Jangan mendekatiku!! Pergi!!" Yuan mundur kebelakang.
"Tenanglah, kami tidak akan menyakitimu" Sosok itu menatap Yuan seraya menjentikkan jarinya.
Seketika dalam satu kedipan mata lagi, mereka langsung berpindah tempat, ketempat lainnya. Yuan sekarang sudah berada diatas kursi emas dengan meja besar dihadapannya yang dipenuhi berbagai jenis makanan dan minuman.
Yuan tercengang, tidak habis pikir dengan kejadian ini. Terlalu membingungkan untuk dicerna. Hanya dengan jentikan jari, dia bisa berpindah tempat begitu cepatnya.
"Apa sebelumnya aku telah menyinggung kalian?" Jujur saja dalam hatinya diliputi ketakutan yang luar biasa. Tidak pernah dia mendapati dirinya seperti ini. Jemarinya saling ditautkan untuk mereda rasa takutnya dengan pandangan menunduk tidak berani bertatap muka.
"Kau jangan takut bocah. Kami berdua tidak akan menyakitimu." Suara itu bergema cukup keras ditelinga Yuan.
"Siapa kalian? Kenapa aku bisa berada disini? Kalian mau apa dariku?" Rentetan pertanyaan dikeluarkan Yuan seraya memposisikan dirinya tegak berdiri namun tetap menundukkan pandangannya. Suaranya masih sama, bergetar hebat karena gugup. Aura yang dipancarkan kedua sosok ini mampu membuat dirinya tidak berkutik.
"Disini kita sama-sama memerlukan satu sama lainnya. Bukankah kau menginginkan sebuah kekuatan besar? Suara berat sosok dengan aura kehitaman itu bertanya balik kepada Yuan.
"Kita bisa bekerjasama, karena kami berdua juga membutuhkan sesuatu darimu. Kau tidak mungkin menolak bukan?" Tambahnya.
Yuan tidak berani bereaksi atas pertanyaan yang ditujukan kepadanya itu. Selain memang dia sedang ketakutan, Yuan juga tidak memahami apa yang dimaksud sosok tersebut.
"Turunkan volume nadamu, kau membuatnya takut." Ucap sosok satunya lagi yang memiliki aura keemasan.
Tiba-tiba cahaya putih menerangi indra penglihatan Yuan, membuat tangan anak kecil itu disejajarkan dengan matanya sebagai reflek atas kejadian tersebut.
Perlahan kelopak matanya terbuka sedikit demi sedikit. Entah apa yang terjadi dia tidak tau. Entah dari mana sumber cahaya putih itu dia juga tidak tau, dan tidak mau tau.
Saat pandangan matanya kebawah, dia melihat setengah badan dua sosok tadi berpenampilan seperti manusia pada umumnya. Kakinya, jari kakinya serta setengah bagian tubuh sudah mirip seperti manusia. Akan tetapi, dia sama sekali tidak ingin dan berniat melihat bentuk dan rupa dua sosok tersebut. Rasa takut atas bentuk rupa sebelumnya yang dilihat oleh Yuan, membuatnya trauma dan meyakinkan dirinya untuk tidak pernah lagi melihat wajah itu.
"Angkatlah kepalamu, lihatlah kesini"
"Tidak, aku tidak mau" Jawab Yuan pelan.
Namun keanehan kembali terjadi lagi dan lagi. Kepala Yuan yang awalnya menunduk, tiba-tiba secara perlahan dipaksa untuk melihat kehadapan, seperti ada yang mendorong rahangnya dan sedikitpun Yuan tidak bisa melawan padahal ini adalah tubuhnya sendiri.
"Mereka bahkan bisa mengendalikan tubuhku, benar benar mengerikan" batin Yuan. Walaupun demikian, Yuan yang sudah trauma melihat bentuk wajah yang mengerikan sebelumnya, dia menutup matanya rapat. "Aku tidak mau melihat kalian!!!" teriaknya.
"Kau tidak bisa memilih " Seringai tipis dari sosok itu mengarahkan tangan dan jemarinya kedepan.
Kelopak mata Yuan mulai bergerak perlahan memaksa untuk terbuka. "Aku tidak mau" Yuan hanya bisa membatin. Keringat dingin membasahi seluruh badannya tanpa terkecuali disertai jantungnya memompa begitu cepatnya. Kakinya tidak sanggup lagi menopang tubuhnya, seperti ingin pingsan untuk kedua kalinya.
"Aku tidak sanggup lagi melihat wajah itu" Gumamnya pelan sebelum akhirnya kembali pingsan dalam waktu yang cukup lama.
"Huh, lemah sekali!!"