Hari hari SMA, adalah hari yang menyenangkan, Namun tidak dengan seorang Adelia Fitriani, masa SMA nya harus terenggut, karena hutang hutang orang tuanya, dia harus putus sekolah, dan itu menjadi awal penderitaan untuknya, akankah dia mendapatkan titik kebahagiannya lagi.
Disamping kesedihannya, ada Mahatur, yang selalu memberinya dukungan, begitupun dengan Meidina, yang sudah ia angap sebagai kakak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon latifahsv, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengubur mimpi.
Setelah kepergian ibunya, kini Lea masuk kembali ke rumah bu Endah.
"Lea, Rahayu, ayo mari sekarang kita ke Resto, sekalian ibu mau nge cek resto, yah kalian besok bisa mulai kerja, hari ini perkenalan dulu di sana," ucap bu Enda, saat Lea, dan Rahayu masuk.
"Baik bu, kami ganti baju duli, ayo Lea," ucap Rahayu.
"Iya, saya tunggu sini ya, " ucap bu Endah.
"Misi bu," ucap Lea, dia lalu berjalan bersama dengan Rahayu ke kamar.
"Tante, Lea pake baju apa, kan ga ada baju," ucap Lea, saat di dalam kamar.
"Pake baju tante dulu, muat kok, kan baju tth oversize, lagian sih kamu tinggi amat jadi orang, jadinya susah kan ga sepaket baju," ucap Rahayu, sambil mencari baju miliknya yang longgar.
"Ya, lagian kan, baju Lea juga masih di kontrakan mamah tan," ucap Lea.
"Yaudah nih, nih, pake yang ini cukup kok, celana ada nih, kulot panjang, senanda tuh, mau sama kerudungnya juga ga," ucap Rahayu, memberikan baju dan celana yang ada di tasnya.
"Yaudah sama kerudungnya tan," ucap Lea, dia mengambil baju di tangan tantenya.
"Yaudah, nih," ucap Rahayu memberikan kerudungnya.
"Makasih tante," ucap Lea, dia tersenyum cerah, dia lalu mulai menganti pakaiannya.
Mereka berdua, kini telah selesai,menganti bajunya, dan kini, mereka kembali ke ruang keluarga.
"Bu, sudah," ucap Rahayu, pada bu Endah yang memainkan hpnya.
"Oh, udah, yaudah ayo, mari kita ke resto," ucap bu Endah, dia lalu berdiri dan menyimpan hpnya.
"Baik bu," ucap Lea, dan Rahayu.
Mereka kini berjalan, mengikuti langkah bu Endah.
"Ini, pake masker dulu, takut banyak virus," ucap bu Endah, memberikan masker pada Lea, dan Rahayu, sebelum mereka naik mobil.
"Terimakasih bu," ucap Lea, sambil mengambil dan memasang maskernya.
Merekapun mulai menaiki mobil, dan mobil mulai melakukan, menuju resto, jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah bu Endah, hanya 100 meter, namun tetap menaiki mobil, karena takutnya akan virus.
Mereka kini, sudah sampai di resto, dan mulai turun dari mobil. Resto, tersebut tampak sepi, karena bukan jam makan siang, ditambah dengan kondisi, yang sedang pandemi, orang cenderung membeli lewat online.
"Nah, ini yah, kalian liat, ini ada air untuk cuci tangan seluruh pengunjung, nanti kalau kerja disini, kalian harus sering sering isi, kalau abisnya, sabunnya juga," ucap bu Endah, menerangkan.
"Baik bu," ucap Lea, dan Rahayu.
"Nanti, kalian juga harus, ngepel, dan bereskan meja bekas orang makan, lalu kalian bisa nganter makanan ke meja meja pelanggan," ucap bu Endah, dia menjelaskan sambil berjalan.
"Baik bu," ucap Lea, dia mengikuti langkah bu Endah, dan melihat lihat sekeliling.
"Kalau untuk memasak, sudah ada orangnya khusus, tapi nanti juga kalian perlahan diajarkan beberapa dasarnya, kasir, nanti juga di ajarkan," ucap bu Endah.
"Baik bu," ucap Rahayu.
"Yasudah, saya mau keruangan manajer dulu, ayo ikut akan saya perkenalkan kalian," ucap bu Endah.
"Baik bu," ucap Lea dan Rahayu, lalu mereka berjalan mengikuti bu Endah, masuk ke ruang menejer.
setelah masuk ruang Manajer, tampak bu Endah, berjabat tangan dengan orang yang disebut Manajer itu.
"Pa Ardito, perkenalkan, itu Lea, dan sebelahnya Rahayu, mereka saudara saya, saya akan memperkerjakan mereka disini, mulai besok, saya mohon ya di bimbing," ucap bu Endah.
Lea dan Rahayu, tersenyum pada orang yang dimaksud.
"Oh baik, mereka mulai bekerja besok," ucap pa Ardito.
"Iya, yau sudah Lea, kalian boleh liat liat dulu sekitar sini, saya mau berbicara dulu dengan pa Ardito" ucap bu Endah.
"Baik bu," ucap Lea, dan rahayu, lalu mereka keluar ruangan tersebut.
"Tan, betah ga ya disini," ucap Lea, setelah diluar, dan berjalan mengelilingi resto.
"Betah betah in aja," ucap Rahayu.
"Iya ya tan, semoga kuat lah," ucap Lea.
"Setidaknya, sampai kamu sekolah lagi aja," ucap Rahayu.
"Ga, kayanya Lea ga akan sekolah Lagi, kita ga tau ini berakhir kapan, lonjakan nya makin banyak, lebih baik Lea bekerja aja," ucap Lea, dengan suara bergetar.
"Kamu yakin Lea," ucap Rahayu, dia menatap Lea.
"Yakin tan," ucap Lea, dia menatap sekilas tantenya, untuk meyakinkan.
"Yasudah, semua keputusan ada padamu, yang pasti jangan menyesal ya," ucap Rahayu.
"Tidak akan tante," ucap Lea, lalu mereka kembali berjalan, setelah tadi berhenti sejenak.
Pelajaran hidup yang masih begitu panjang, peristiwa yang terjadi kali ini, benar benar mengubur mimpi Lea untuk sekolah, bahkan saat ini keadaan sudah mulai membaik, semua hutang sudah lunas, ibunya tak ada tanggungan lagi, Lea tidak pernah bicara soal sekolah, lagi pula yang sekolah juga tidak sekolah, dan sekarang dia pun berpikir tidak akan memikirkan sekolah lagi, memang sudah begini takdirnya, Lea putus sekolah, tak apa, setidaknya dia pernah merasakan yang namanya masuk SMA, dan juga saat ini, dia tak akan menyusahkan ibunya, dia belajar banyak hal, dari pengalaman ini, ketika dulu ibunya menghabiskan uang, karena tantenya yang begitu ingin sekolah kedokteran, dimana biayanya begitu mahal, bahkan ketika dia tidak sekolah di keperwatan, dia sakit sakitan, dan saat sekolah keperawatan, dia malah sehat. Lea harus menjadi pribadi kuat, dia tidak boleh egois untuk orang tuanya, apalagi sekarang rumahnya sudah di jual, ibunya kehilangan segalanya, demi adik dan anak pertamanya, Lea sebagai anak kedua, dia akan tegar, dia akan usahakan untuk tidak menyusahkan ibunya, bentuk bakti Lea pada kedua orang tuanya, adalah dengan tidak mengali kembali mimpi, yang sudah dia kubur ini.
Hidup lea berjalan tidak terlalu berat, setelah peristiwa kemarin, dia yang kini tinggal bersama bu hj endah, dan menjadi salah satu pelayan, di resto milik bu hj, bersama tantenya, dia mensyukuri, bahwa masih ada bagian dari keluarganya yang baik hati, tidak seperti saudaranya di kampung, hanya bisa mencemooh dan mengejek.
Pasrah, jalani dengan ikhlas, melewati tahun yang cukup berat, dimana pandemi merajalela, tapi semakin berakhirnya tahun 2020,aktivitas mulai berjalan normal, walau dibatasi, dan diberi jarak, pandemi mengajarkan banyak hal, dalam hidup Lea, karena tidak hanya dirinya yang merasa sulit, dia melihat semua orang juga dalam kesulitan.
Kita tidak hidup sendiri didunia ini, tapi kehidupan kita, adalah milik kita sendiri.
Tak masalah jika pohon yang kita tanam tak berbuah, tak masalah jika mimpi yang kita punya, malah terkubur.
Mungkin pohon tanpa buahmu, akan menjadi oksigen untuk orang lain, mimpi yang kau kubur, adalah pupuk untuk kebahagian orang lain.
Berhusnudzon lah dalam kehidupanmu, karena kau hidup dari rahmat, dan kasih sayang tuhan mu, bukan karena ego, dan kemauanmu, teruslah yakin pada sang pemilik segalanya.