Jaka Satya yang berniat menjadi seorang Resi, diminta Raja Gajayanare untuk bertugas di Sandhi Ponojiwan, yang bermarkas di kota gaib Janasaran.
Dia ditugaskan bersama seorang agen rahasia negeri El-Sira. Seorang gadis berdarah campuran Hudiya-Waja dengan nama sandi Lasmini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tenth_Soldier, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wibisono Yudhodiningrat
Sahut Jaka Satya sambil menyipitkan padangannya. Cahaya mentari terasa panas memanggang di kepalanya.
"Takkan ada bendi dari Kedutaan, aku akan membawamu di bawah
perlindunganku!" ujar Wibisono.
"Aku tak menghendaki perlindunganmu. Aku adalah personil Kedutaan biasa," Jaka Satya menolak.
Wajah Wibisono berubah kecut. "Jangan coba-coba bergurau dengan Orang yang lebih tua, Sat!"
Satya diam membisu. Mereka saling bertatapan dengan pandangan dingin menusuk. Jaka Satya masih belum mempercayainya sebelum mengetahui motif Wibisono yang sebenarnya.
Lasmini turut membuka suara. "Oh, mari kita pergi bersama Tuan Wibisono. Toh tak ada bedanya, Satya sayang."
"Dengarkan kata-kata istrimu, Sat. Kau tahu bahwa aku dapat mengembalikan kalian secara langsung...."
"Tidak, bila kau masih menghendaki hubungan yang lancar dengan Nasutaran, Wibisono!" Jaka Satya menukasnya.
"Jangan menakut-nakuti aku!"Wibisono mendengus.
"Kau tahu sendiri bahwa saatnya telah tiba di mana kalian lebih membutuhkan aku gegara Rahbain ini ketimbang aku membutuhkan kalian."
"Aku tak tahu apa tujuanmu yang sebenarnya ke negeri ini, Jaka Satya! Tapi camkan baik-baik, bahwa Rahbain adalah berada dalam pengawasanku dan aku akan selalu mengamati gerakanmu!"
Akhinya Jaka Satya menggamit lengan Lasmini masuk ke dalam kereta kuda Wibisono.
Hamparan padang pasir telihat membentang di kanan kiri mereka ketika menyusuri jalan raya menuju ke arah kota.
Menara-menara pengeboran minyak tampak di mana-mana dan udara padang terasa pengap oleh baunya gas alam.
Sumber kekayaan alam yang dimiliki Rahbain telah membuat negara tua ini dalam seketika menjadi fokus perhatian internasional.
Menara-menara kuil kini samar-samar terlihat ketika kereta kuda Wibisono semakin mendekati batas kota.
Jaka Satya mengalihkan perhatiannya pada Wibisono, yang akhir-akhir ini mengendalikan suatu jaringan operasi intelejen yang paling besar, paling ampuh dan paling banyak dananya di kawasan Timur Tengah.
Emir yang lama yang sangat konservatif bersikap memusuhi setiap bentuk politik, gagasan atau segalanya yang tidak bersumber kepada ke malisan.
Almarhum Sheik Yusuf selalu menumpas setiap gerakan yang berbau Komunis, Sosialis maupun Republik dengan tangan besi dan ia juga seorang fanatik dalam tuntutannya untuk mengetahui siapa lawan dan apa saja yang dilakukannya setiap saat.
Dan ketika kekayaan minyak datang berlimpah-limpah maka Sheik Yusuf menggunakannya untuk menyebarkan gagasannya yang fanatik di luar kawasan Rahbain yang hanya berpenduduk kurang dari satu juta ini.
Tentu saja hal tersebut menimbulkan goncangan pada keseimbangan kekuatan di wilayah Bara.
Besarnya dana yang tersedia dan melimpahnya informasi yang dimiliki telah membuat Wibisono menjadi orang yang berkuasa dalam bidangnya.
Hanya dengan satu ucapan dari mulutnya maka ajal seseorang yang berada ribuan mil jauhnya dapat melayang.
Uang bukan lagi menjadi masalah ketika Emir Sheik Yusuf meminta bantuan J. I. N. (Janasaran Intelijen Nasutaran) untuk membentuk suatu aparat intelejen yang paling modern di negerinya, dan Wibisono Yudhodiningrat seorang ahli intelejen yang paling berpengalaman dibandingkan dengan siapapun dalam masalah Timur Tengah.
la pernah menjabat sebagai agen ganda JIN untuk Raiko, Yiradh, Samaskud, Kanara dan Atneha.
Wibisono telah menerima tawaran tersebut dan kemudian mengundurkan diri dari seksi-TS, Selanjutnya Emir tua memintanya agar menetap selamanya di negerinya.
Meskipun Wibisono telah berhenti dari dinas aktif Seksi-TS namun masih menjalin hubungan erat dengan Nasutaran.
Telah terjadi kesepakatan untuk bekerja sama atas dasar kepentingan yang sama pula.
Tapi Wibisono Yudhodiningrat adaIah manusia yang memiliki loyalitas yang terbagi. Dan Jaka Satya tak terlalu mempercayai.
Tiba-tiba Jaka Satya teringat akan jebakan yang hampir merenggut nyawanya di Donlon.