Skuel ke dua Sang Pewaris dan sekuel ketiga Terra The Best Mother.
menceritakan keseruan seluruh keturunan Dougher Young, Pratama, Triatmodjo, Diablo bersaudara dan anak-anak lainnya.
kisah bagaimana keluarga kaya raya dan pebisnis nomor satu mendidik anak-anak mereka penuh kesederhanaan.
bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LOVE IN SILENT
Hari kepulangan tiba. Pihak hotel sangat terkejut, terlebih mereka hanya tiga hari menginap dari booking satu minggu penginapan.
"Apa jadi mereka pulang sebelum cek out di hari sebenarnya?" tanya manager hotel.
"Benar Pak, kami mendapat info dari para pembersih kamar hotel," jawab salah satu staf hotel.
"Kapan mereka pergi?" tanya manager hotel.
"Itu yang kami tidak tau Pak!" jawab staf itu.
"Ah ... kalian tak becus!" ketus manager kesal.
Tak lama keluarga besar itu cek out dan pergi dari hotel menggunakan lima bus yang disewakan. Pergerakan mereka benar-benar membuat semua orang kalang kabut termasuk pemburu berita.
"Sialan. Kenapa sih mereka sulit sekali ditembus!" gerutu salah satu wartawan senior.
Sampai bandara, mereka hanya sedikit menunggu karena banyaknya penerbangan hari ini.
"Pa," Kean memeluk Fabio.
Salma mengelus kepala pemuda itu. Ia juga tengah menantikan kehadiran buah hati di tengah-tengah keluarga.
"Ayo penerbangan sudah siap!" ujar Budiman.
Gerombolan itu bergerak rapi. Anak-anak bayi dalam kereta dorong mereka. Semua mengantuk jadi tak banyak yang ribut.
"Delapan jam kita akan sampai!" teriak Haidar memberi semangat untuk semua orang.
"Rumah ... kami kembali!" teriak Dav.
Semua memang menikmati liburan. Tapi kehangatan rumah memang tak bisa digantikan.
Sembilan jam berlalu dengan ketenangan, nyaris semua perusuh tertidur. Zack ikut membantu menggendong dan membawa masuk semua anak.
"Papa gendong!" rengek Satrio pada Gomesh.
'Hei ... kau tak malu pada istrimu?" ledek Gomesh.
"Daddy!" adu Satrio langsung.
"Gomesh!" peringat Virgou.
Adiba hanya tersenyum melihat betapa suaminya masih manja pada pria idolanya. Adiba juga mengidolakan Gomesh.
"Maaf ya pa," ujarnya.
"Tidak apa-apa nona,"
Adiba juga menggelayut manja pada pria raksasa itu. Semua perusuh sudah di kamar mereka.
"Istirahat lah Zack!' suruh Andoro.
"Terima kasih sayang," ujar Luisa mengelus putra angkatnya itu.
Ketika turun, ia melihat Maisya tertidur di sofa. Jantungnya mendadak bergemuruh. Ia hendak mendekat, tetapi Dewi terlebih dahulu mengangkat tubuh keponakan sepupu dari adik misan ayahnya itu.
'Nona, biar saya yang menggendong Baby Mai," ujar Dian menawarkan diri.
"No!" tolak Mai yang langsung memeluk Dewi erat.
"Sudah tidak apa-apa Tinti," ujar Dewi.
Dian mengangguk pada Zack ketika melewati pria itu.
"Apa bisa Nona?" tanya Zack.
"Bisa Pa," jawab Dewi.
Gadis berotot itu menggendong Maisya, Dian menjaga keduanya hingga kamar mereka.
"Makasih Tinti," ujar Dewi pada Dian.
Gadis pengawal itu membungkuk hormat. Ia pun turun, matanya melirik arah Zack yang pergi ke kamarnya.
Di kamar, Zack menghela napas. Kamarnya luas dan mewah. Ia sangat tau dulu ia pernah bersama keluarga ini.
"Dua tahun berlalu begitu cepat. Semua berubah. Bahkan aku datang Tuan Satrio sudah menikah dengan Nona Adiba. Lalu aku akan mendapat keponakan sembilan bulan ke depan," ujarnya bermonolog.
Zack ingat ketika datang ia menatap gadis yang bermain bersama perusuh junior.
"Nona Maisya Dougher Young," Zack merebahkan dirinya di kasur yang empuk.
"Kau adalah bulan dan aku hanya seekor katak yang merindukanmu," lanjutnya.
"Tapi mereka semua nampak sangat polos dan tak mengerti akan cinta," lanjutnya lagi.
Zack mengetahui Nai yang memang polos ketika sang suami mengumbar kata-kata vulgar untuk merayunya.
"Apa Nona Mai juga sepolos yang lain?" tanya Zack bermonolog lagi.
"Ah ... sudah ... jauhkan perasaanmu Zack!" peringatnya pada diri sendiri.
"Biar aku menjadi Syaidina Ali yang mencintai dalam diam Saidah Fatimah Az-Zahra r.a.," lanjutnya lagi bergumam.
Zack memejamkan mata, menghilangkan semua rasa sukanya pada sosok cantik yang ia anggap terlalu jauh untuk dia gapai.
Pagi hari yang cerah. Hari jumat, semua anak laki-laki bersama ayah mereka ke masjid.
Seperti biasa banyak boks makanan untuk dibagikan ke jamaah. Mereka rupanya berada di villa dekat masjid keluarga.
"Siapa yang pesen kotak makan itu?" bisik Sean bertanya.
"Daddy," jawab Al.
"Daddy, nanti Sean dapat nasi kotak juga nggak?"tanya pemuda itu.
"Kan di rumah ada baby," jawab Virgou tersenyum.
"Yah ... Daddy!" rengek pemuda itu.
"Sayang, mengertilah ya. Untuk kali ini. Daddy hanya pesan untuk jamaah lainnya," ujar Virgou gemas.
"Sean juga jamaah Daddy," rengek Sean.
"Baby," kekeh Virgou lalu mencium kening Sean.
Usai sholat jumat, para pengawal menggiring perusuh senior ke dalam villa.
"Kok kita nggak dapat nasi kotak!" protes Kean.
"Baby," Fio tetap menggiring pemuda itu sampai villa.
"Ini nasi kotaknya baby," ujar Seruni.
Kean memang senang mendapat nasi kotak. Tetapi ia lebih senang jika dibagikan di masjid.
"Sama saja sayang," ujar Najwa.
"Nini," rengek pemuda itu.
Najwa tersenyum, putranya Aarav juga marah-marah karena tak dapat nasi kotak yang di masjid.
"Baby mau kemana?" Rosa menghentikan langkah Arsyad.
"Mawu tutel totat matanan pama om-om yan ipu Tinti!" jawab batita tampan itu.
Arsyad memegang kotak makannya, Rosa membantunya memanggil seorang kakek tua yang juga memegang kotak.
"Anak saya mau tukeran kotak makan apa boleh Kek?" tanya Rosa ramah.
"Oh ... mashaallah, boleh-boleh!" ujar pria tua itu lalu menukarkan kotaknya.
Melihat ide Arsyad membuat semua perusuh ingin menukar kotaknya. Tetapi hanya sebagian yang mau.
"Nggak mau!" tolak seorang bocah memegang kotak nasinya erat-erat.
"Janan puewit!' sentak Al Bara marah.
"Baby ... itu hak dia mau tukar atau tidak," lerai Sukma.
Akhirnya drama tukar kotak nasi selesai. Virgou menggaruk kepalanya, padahal kotak nasi untuk semua keturunannya lebih mahal dan lebih enak.
"Baby Mai!" semua menoleh.
Mai tengah adu mulut dengan seorang jamaah pemuda. Gadis itu berhadapan dengan dua laki-laki.
"Kalian adu mulut sama perempuan!" suara berat Zack membuat dua pemuda yang hendak menggoda Mai langsung kabur.
"Dih ... katanya gunung kau daki, lautan kau seberangi. Berhadapan sama papaku saja kau takut!" teriak Mai kesal bukan main.
"Nona ...."
Mai mendumal panjang pendek. Ia tadi keluar untuk beli kue serabi yang dijual di seberang jalan. Di sana ada Lia pengawal gadis itu.
"Kau tak menjaga Nona?" tanya Zack menatap tajam gadis itu.
"Tuan ...."
"Jangan salahin Tinti Papa ... kan yang mau digodain aku. Jadi aku bisa lawan sendiri lah, kalau hanya keroco seperti itu!" ujar Mai membela pengawalnya.
"Nona ..."
"Aa Papa!" Mai menyuapkan serabi ke mulut Zack.
Pria itu membuka mulut. Makanan itu pun masuk. Mai tersenyum manis dan berlalu.
Di sana Virgou mengepal kuat-kuat tangannya hingga memutih. Khasya menggenggam tangan itu.
"Bunda ...."
"Sayang ... kau juga mau cucu kan?" Khasya mengusap wajah Virgou.
"Baby masih kecil," rengek Virgou.
"Sayang ... kau harus melepaskan putrimu suatu saat nanti," ujar Khasya memberi pengertian.
"Bunda," keluh Virgou.
"Kau boleh bicara sama ayahmu ya,' ujar Khasya menenangkan pria sejuta pesona itu.
Bersambung.
Ah ... cinta othor kapan nih papa Lemalio.
Eh 😁🤭
next?
semoga berjalan lancar ya baby cal...