Alea baru mengetahui dirinya hamil saat suaminya telah pergi meninggalkannya. Hal itu di sebabkan karena sang suami yang kecewa terhadap sikapnya yang tak pernah bisa menghargai sang suami.
Beberapa bulan kemudian, mereka kembali bertemu. Suami Alea kini menjadi seorang CEO tampan dan sukses, suaminya secara tiba-tiba menemuinya dan akan mengambil anak yang baru saja dia lahirkan semalam.
"Kau telah menyembunyikan kehamilanmu, dan sekarang aku datang kembali untuk mengambil hak asuh anakku darimu,"
"Jangan hiks ... aku ... aku akan melakukan apapun, tapi jangan ambil putriku!"
Bagaimana selanjutnya? apakah Ady yang merupakan suami dari Alea akan mengembalikan putrinya pada ibu kandungnya? ataukah Ady akan mengambil putri Alea yang baru saja dia lahirkan semalam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15: Sayangnya ayah
"Kak, aku akan berangkat sekolah," ujar Edgar yang kini rapih dengan pakaian sekolahnya. Dia akan berangkat sekolah dari rumah sakit, setelah pulang nanti dia akan kembali lagi untuk menemani sang kakak.
"Baiklah, hati-hati. Ini uang untuk naik taksi," ujar Alea dan memberikan uang untuk Edgar.
Edgar akan menerimanya, tetapi suara Ady menghentikan mereka.
"Edgar, berangkatlah dengan Razka. Kalian satu sekolah bukan? Razka juga saudaramu, aku akan memintanya untuk berangkat denganmu," ujar Ady yang kini sedang mengerjakan berkas kantornya.
"Jangan mas, itu akan merepotkan. Edgar sudah terbiasa berangkat sendiri, benarkan Edgar?" ujar Alea dan bertanya pada Edgar.
"Iya bang, kak Alea benar," sahut Edgar.
Ady menghela nafasnya, dua melepas kaca mata baca dan menatap mereka dengan datar. Sifat Alea memang tak se-arogan dulu, tetapi sifat keras kepalanya masih melekat hingga kini.
"Aku suamimu, turuti perintahku!" tegas Ady.
Alea terkejut, dia menatap Edgar sembari mengangguk.
"Pergilah dengan Razka, turuti abang iparmu," pinta Alea.
Edgar mengangguk, dia pamit dengan kakak beserta kakak iparnya itu. Setelahnya dia keluar menyusul Razka yang sudah berada di parkiran.
Netra Alea menatap Ady yang kembali memakai kaca matanya dan melihat berkas itu.
Tak lama tangisan Baby Ara terdengar, Alea pun membuka selimutnya dan akan turun dari brankar.
"Diam disitu, biar aku yang melihatnya," ujar Ady.
Ady menyingkirkan berkas di pangkuannya, setelahnya dia berdiri dan berjalan mendekati box bayinya.
"Oeek ... Oeek ...,"
"Iya, sayangnya ayah kenapa? tadikan baru minum susu," ujar Ady.
Ady pun mengecek popok sang anak, ternyata sudah penuh. Dia pun melihat Alea yang sedang menatapnya.
"Popok Ara penuh, aku akan memanggil suster untuk menggantikannya," ujar Ady.
"Biar aku saja," sahut Alea.
"Jahitanmu masih basah dan tidak boleh banyak gerak, jangan keras kepala Alea!" kesal Ady.
Alea merengut kesal, Ady pun menekan tombol merah dan tak lama datanglah seorang suster.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya sang suster.
"Gantikan popok anak saya," ujar Ady.
Suster itu pun mengangguk, dia segera menggantikan popok Baby Ara. Alea menatap sang anak sambil sesekali bercanda agar sang anak tak rewel.
"Sudah bu, kalau begitu saya kembali dulu," ujar sang suster.
"Terima kasih sus,"
Suster itu pun keluar, Alea mengambil putrinya dari box bayi. Dia melirik Ady yang sedang serius dengan berkasnya.
"Anak bunda, Ara anak bunda yah ... cantik nya bunda." canda Alea pada putrinya sambil sesekali menempelkan hidungnya pada Ara.
"Oaa, Oaa,"
"Apa tidak ada bahasa yang lain? bunda bingung dengan bahasamu sayang," gemas Alea.
Ara tertawa, Alea membenarkan topi bayi yang Ara pakai. Topi berwarna merah mida itu membuat Ara bertambah lucu.
"Sudah berapa kali ku bilang, jangan dulu menggendong Ara. Jahitan ...,"
"Jahitanku belum kering benar? bobot Ara sangat ringan, jangan terlalu lebay," kesal Alea.
Ady menatap Alea tajam, tetapi Alea hanya acuh sambil bermain dengan putrinya.
Cklek!
Netra Alea dan Ady mengarah ke pintu, mereka melihat Siska yang masuk kedalam kamar rawat Alea dengan Nando yang sedang menggendong Shaka.
"Kakak, kenapa kakak kesini?" heran Ady.
"Apa aku salah mengunjungi adik iparku sendiri? lagi pula Alea tak masalah dengan kakak iparnya ini, benarkan Alea?"
Alea tak tahu siapa mereka, dia tak pernah bertemu dengannya.
"Jangan kaget seperti itu, aku kakak iparmu. Kemarin-marin aku tidak sempat menjengukmu karena anak nakal ini menyembunyikan dirimu." ujar Siska sambil mendekati Alea.
Alea memaksa senyumnya, sebenarnya dia sedikit canggung dengan kakak iparnya ini.
"Nona kau ...,"
"Kakak, panggil aku kakak. Kita kan saudara ipar," ujar Siska.
Alea tersenyum begitu pula dengan Siska. Alea menaruh kembali Ara ke dalam boxnya, Setelahnya dia berbincang dengan Siska.
"Kapau kau akan di perbolehkan pulang? aku tidak sabar menunggu kau pulang, dengan begitu dirumah sudah tidak sepi lagi karena ada kau dan Baby Ara," seru Siska.
"Ck, istriku akan kembali ke rumahku kak," ujar Ady.
Siska mendelik menatap adiknya tajam. "Apa kau tidak ingat dengan apa yang dikatakan papah? kau tidak boleh keluar dari kediaman Dominic, jika kau ingin tinggal sendiri yah tinggal saja. Alea akan tinggal dengan kami," kesal Siska.
"Kakak kan akan pulang ke rumah kakak!" gerutu Ady.
"Siapa bilang? aku akan tinggal di kediaman Dominic, mas Nando juga mengizinkan Iya kan mas?" ujar Siska dan meminta jawaban sang suami.
Nando yang telah duduk di sebelah Ady mengangguk, dia tak bisa mengawasi istri dan anaknya 24 jam. Setidaknya kalau istrinya tinggal bersama orang tuanya, kedua orang tersayangnya itu akan terjaga.
"Hai Alea, aku Siska. Pria tidak tau diri itu,"
"KAKAK!"
Alea terkekeh mendengar perdebatan kedua orang ini, dia menggenggam tangan Siska dan menuntunnya untuk duduk di tepi brankarnya.
"Dia pria yang baik, disini posisinya aku yang salah," ujar Alea.
"Tidak-tidak, kau tidak salah. Suamimu yang ..,"
"OAA ... OAAA ...,"
Siska menoleh menatap sang anak yang ada di pangkuan suaminya, ternyata Shaka terbangun akibat keributan yang dirinya buat.
"Mungkin lapar, sebentar akan ku buatkan dulu susunya," ujar Siska.
Hal itu membuat Alea bingung, kenapa harus di buatkan? itu tandanya Siska tidak menyusui anaknya bukan?
"Kenapa gak Asi aja kak?" bingung Alea.
"Oh itu, asiku macet. Jadi terpaksa harus pakai susu formula," ujar Siska.
Alea pun hanya bisa mengangguk, dia memerhatikan Siska yang dengan lihai membuat susu. Selesai membuat Siska pun memberikan botol itu pada bayinya, tetapi Shaka malah membuang kembali susu yang dia minum.
"Kenyang? tadi mas memberinya susu?" tanya Siska pada suaminya yang sedang membersihkan muntahan susu Shaka.
"Tidak, kamu tau sendirikan aku gak tau takarannya," ujar Nando.
"Ini anak dari pagi gak laper apa?" heran Siska.
Tampak Shaka anak yang sangat jarang menangis, dia akan menangis jika popoknya penuh atau mengantuk. Jika lapar dia akan merengek dan tak akan bisa tidur.
"Heekhh,"
"Laper? jangan hak hek hak hek aja, mami laper gitu!" ujar Siska pada putranya yang merengek.
"Kakak itu gimana sih, Shaka masih bayi. Belum bisa ngomong, kalau dia bisa ngomong aku yakin pertama kali yang dia omongin itu minta ganti ibu baru," ujar Ady.
Siska melototkan matanya, suaminya pun melerai mereka yang akan kembali berdebat.
"Ehm kak," panggil Alea.
Siska menoleh, dia mendekati Alea yang akan berbicara dengannya. Namun tampak keraguan dari wajah Alea.
"Aku masih ada stok asi, jika kakak tidak keberatan aku bisa memberikan stok asiku untuk anak kakak. Ta-tapi aku gak ada maksud untuk ...,"
"Kakak mengerti, jika begitu anak kita akan menjadi saudara bukan? benarkan Ady?"
Ady yang mengerti hal itu pun terdiam, dia menatap manik mata istrinya untuk meminta jawaban.
"Bagaimana menurutmu mas? kita bisa minta stok asi pada Alea, lagi pula Shaka menolak meminum susu formula sedari kemarin dia di kasih susu formula hanya meminumnya sedikit bukan?" tanya Siska pada suaminya.
"Sayang, Shaka anak laki-laki pasti nyusunya kuat. Jika asi untuk Ara kurang bagaimana?" tanya Nando kembali.
"NAH BENER TUH, Kalau Anak Gue Kehabisan Susu Gimana? masa mau nyetok sama janda kembang, kan gak lucu,"
Perkataan Ady membuat Ara yang tertidur menjadi terbangun akibat terkejut. Siska pun menatap Ady tajam, sementara sang pelaku hanya berdiri dan berjalan terburu-buru menghampiri sang putri.
"OEEKK OEEEK,"
"OEEK OEEKK,"
"Kenapa Shaka juga ikut menangis?" bingung Nando.
"Anakmu caper pada putriku bang," seru Ady yang sedang menimang putrinya.