Kisah perjuangan seorang anak manusia yang berusaha bangkit meskipun dunia tidak menghendakinya.
Kelahirannya dianggap pembawa sial dan bala bencana bagi keluarga nya,ibunya meninggal saat melahirkannya,dan sang ayah yang sangat mencintai istrinya itu,menganggap sang anaklah pembunuh istrinya,sehingga memendam dendam kesumat luar biasa.
Dengan berbagai tekanan dan siksaan,dia berusaha bangkit melawan takdir nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melarikan diri.
Dua tahun kembali berlalu tanpa terasa,kini bocah kecil yang di panggil si Chun itu sudah tumbuh menjadi anak usia enam tahun.
Meskipun usianya baru enam tahunan,tetapi kekuatan pisiknya setara dengan remaja empat belas tahun.
Hal itu terjadi karena deraan penderitaan dan siksaan yang dia alami.
Tubuh nya masih saja seperti dulu,dengan bekas luka yang hampir membaluri sekujur tubuh nya.
Anak dengan ke tambahan luar biasa ini tumbuh menjadi anak pemurung dan tidak banyak bicara,apa lagi untuk mengeluh.
Hidup di dalam siksaan membuat hati dan pikirannya kuat,tidak mudah menyerah,apa lagi sekedar untuk berkeluh kesah.
Tidur di kandang kambing sudah biasa baginya,dan memikul air dua gentong juga pekerjaan rutin setiap paginya.
Malam ini kembali dia menatap lukisan sang ibu,berbicara sendiri dengan ibunya,dan sebelum tidur dia berdoa untuk ibu nya.
Malam ini udara tiba tiba terasa sangat panas,dan kerongkongan nya juga tiba tiba terasa kering.
Perlahan lahan Si Chun bangkit berdiri,diambil nya lumpang,tempat air terbuat dari kulit labu, lalu perlahan tanpa suara dia keluar dari kandang kambing tempat dia tidur.
Dengan hati hati,dia melangkah ke depan, kearah rumah pengasuh nya.
Dia berjalan di kegelapan menuju dapur untuk meminta air putih,karena kebiasaan pintu dapur itu tidak di konci,sehingga mudah untuk masuk.
Jarak dari kandang kambing tempat dia tidur dengan rumah pengasuh nya lumayan cukup jauh.
Baru Saja dia bermaksud mendorong daun pintu dapur,dari depan rumah terdengar suara panggilan seseorang.
"Bi Guan !,Bi Guan !, kau sudah tidur ya!"... suara itu dibarengi dengan ketukan pintu depan.
Lama tidak ada jawaban dari Ju Bi Guan maupun Ma Lai istrinya.
Kembali terdengar ketukan dan panggilan dari luar.
Si Chun yang mengintip dari tempat gelap dapat melihat bahwa yang datang adalah nenek nya bersama Bian Ho sang paman kakak dari almarhum ibunya.
Untuk ketiga kali nya,nampak sang nenek mengetuk pintu rumah dengan agak keras serta memanggil nama pengasuh nya dengan nyaring.
Tidak berapa lama pintu pun terbuka dan nampak wajah Bi Guan masih lusuh karena baru bangun tidur.
"I iya nyonya besar,ada apa kah malam malam ketempat ini ?"tanya Bi Guan heran.
Sebelum menjawab,nyonya besar Xue celingukan ke sekeliling nya, memastikan bila tidak ada orang lain yang mendengarkan.
Padahal seandainya saja ada,dia juga tidak bakalan bisa melihatnya,karena gelapnya malam itu.
"Si Chun itu apa sudah tidur ?"tanya nyonya besar Xue.
"Nyonya besar,larut malam seperti ini dia pasti sudah tidur, orang kebiasaan anak itu sore sore sudah tidur" kata Bi Guan sok tahu,padahal dia mana Sudi mengontrol Si Chun malam malam, "ada apa ya nyonya besar ?"...
"Eh begini Guan,Besok malam kau bunuh bocah setan itu,kebetulan besok malam. tuan besar pergi ke kota raja,ada urusan, jadi mumpung dia tidak ada,cepat kau bunuh bocah itu dan buang mayat nya jauh jauh "kata nyonya besar Xue tegas.
"Ah kebetulan sekali nyonya besar,saya sudah muak dengan bocah setan itu, baiklah nyonya,nyonya tahu bersih saja,lusa pagi,dia sudah tidak ada lagi di muka bumi ini "kata Bi Guan mantap.
Nyonya besar melemparkan sekantong keping emas kepada bi Guan, " lakukan saja dengan benar,dan jangan sampai ada siapapun yang tahu,ingat jangan sampai ada yang tahu!"...
Setelah selesai,nyonya besar dan putra nya segera beranjak pulang sedangkan BI Guan segera menutup pintu rumahnya dan meneruskan tidur nya yang terganggu.
Perlahan Si Chun beranjak dari tempat persembunyian nya dan melangkah ke kandang kambing tempat dia tidur.
Dia tidak pernah menyangka bila neneknya sendiri tega menyuruh orang menghabisi nyawa nya.
Dia Menatap lukisan sang ibu di temaram nya cahaya lampu minyak jarak itu.
"Ibu,katakan kepada ku, apa yang harus kulakukan ibu, menyerah mati dan bertemu ibu tetapi kita di masukan ke neraka,atau berjuang agar ibu bisa ke sorga,aku sayang ibu,bu, beri aku kekuatan, sekarang anakmu dalam bahaya bu" ratap. nya pelan di depan lukisan sang ibu,air matanya menetes kembali.
Bocah yang dipanggil Si Chun (si bodoh) itu,pada dasarnya bocah yang di beri kelebihan berupa kecerdasan diatas rata rata manusia biasa.
Lama dia berpikir tentang apa yang harus dia lakukan.
Akhirnya dia tersenyum menatap lukisan ibunya, itu untuk pertama kalinya dia tersenyum, "baiklah ibu,akan kulakukan,aku harus hidup demi ibu, aku akan berjuang agar ibu masuk sorga bu !" suaranya lirih.
Akhirnya di baringkan nya tubuh nya di lantai tidak beralas itu.
Setelah tiga perempat malam,biasanya akan datang gerobak dari desa membawa bahan bahan obat untuk keluarga Xue,dan jadwal nya bertepatan malam itu.
Seperti biasa,waktu tiga perempat malam, gerobak barang pun datang.
Setelah memarkirkan gerobaknya di belakang rumah utama,tukang gerobak pun menurunkan barang barang bawaannya dan mengangkat masuk kedalam gudang penyimpanan .
Setelah beberapa kali bolak balik mengangkut barang,akhirnya selesai juga.
Setelah menerima pembayaran,gerobak itupun akhirnya keluar dari tempat kediaman keluarga Xue itu bergerak keluar kota menuju timur arah kota Tao.
Saat menjelang tengah hari,kereta itu berhenti di sebuah hutan untuk makan dan beristirahat sejenak.
Kusir kereta yang merangkap pemilik kereta itu segera menepikan kereta nya ketempat yang teduh.
Dengan membawa tempat makanannya, sang kusir segera mencari tempat yang teduh di bawah pohon untuk beristirahat makan.
Selagi kusir kereta itu makan ditempat teduh di balik sebatang pohon, perlahan lahan dari tumpukan karung di belakang kereta keluar bocah Si Chun yang langsung melompat dari kereta itu,serta berlari masuk ke dalam hutan.
Bocah Si Chun itu terus berlari kedalam hutan untuk menghindari pandangan manusia.
Di dalam pemikiran nya saat itu,semua orang itu jahat,cuma ibu nya saja yang baik,dan dia harus menghindari manusia manusia jahat itu.
Entah sudah berapa lama dia berlari,dan Haripun sudah mulai sore.Bocah Si Chun itu kini tiba di pinggir sebuah sungai kecil yang berair dangkal.
Dengan nafas tersengal sengal,di hempaskannya pantatnya diatas sebuah batu pipih di pinggir sungai,sambil dijulurkannya kakinya ke air sekedar merendam dan menghilangkan rasa cape nya.
Entah mengapa, meskipun sendirian di dalam hutan rimba,dia tidak takut, malah merasa terbebas dan sangat senang sekali.
Cukup lama dia duduk diatas batu pipih itu sambil menjuntai kan kaki nya ke dalam air.
"Aku harus bisa hidup di hutan ini, aku harus mencari makan untuk hidup ku sendiri"gumam bocah Si Chun itu.
Untunglah selagi berada di keluarga besar Xue,dia sering ke hutan buatan di belakang kandang kambing tempat nya tidur dahulu,dan di situ juga ada kali kecil yang sering menjadi tempat nya mencari ikan dahulu,dan dengan itulah dia bisa bertahan hingga sekarang.
Dikeluarkannya pisau belati yang panjangnya sekitar sejengkal lebih, pemberian dari Siau Ji nya dahulu yang menyuruh nya menyimpan baik baik karena itu harta satu satu nya peninggalan sang ibu.
Di gagang belati itu ada sebutir batu hitam panjang yang di masukan ke dalam rongga gagang belati itu,bila batu itu di gesekan dengan pisau belati itu,maka akan menimbulkan percikan kembang api yang banyak.
Dengan pisau belati itu, di potong nya batang bambu yang kebetulan banyak tumbuh di hutan itu.
Bambu besar itu tidak tumbuh ber rumpun, tetapi tumbuh satu satu seperti pohon kayu biasa.
Bocah Si Chun itu mencari batang bambu yang sudah tua dan roboh sendiri,sehingga dia tidak sulit memotong nya.
Potongan batang bambu sepanjang satu depa itu dia bawa ke pinggir sungai tempat tadi dia duduk.
Lalu dengan menggunakan pisau belatinya,di belah nya batang bambu itu menjadi bilah kecil kecil,dan satu bilah sebesar tiga jari orang dewasa.
Bilah yang besar dia bentuk seperti sebuah busur panah,sementara yang kecil kecil dia bentuk menjadi anak panah.
Hal ini ketrampilan yang sering dia lakukan dahulu sewaktu menunggui itik itik nya mencari makan.
Setelah selesai,dengan seutas tali dari kulit pohon yang dia pintal,dia buat menjadi busur panah.
Kini dia harus membuat anak panah dari bambu yang diraut kecil kecil dan tajam itu,sedangkan untuk sayap belakang anak panah nya,dia buat dari daun lontar yang juga banyak terdapat di hutan itu.
Setelah busur dan anak panah nya selesai, kini giliran menguji coba panah itu.
Dengan ketrampilan otodidak dan ditambah naluri bertahan hidup anak manusia, Ikan besar pertama pun dia dapat kan.
Bocah Si Chun berteriak sekeras keras nya sambil bersorak gembira mendapatkan seekor ikan yang sangat besar itu.
Kini selama hidupnya, baru sekarang ini lah untuk pertama kalinya dia ber sorak gembira.
Di kumpulkannya kayu kayu kering,kemudian dengan mempergunakan percikan api dari gesekan batu api dan pisau belatinya itu,di hidupkan nya api.
Tidaklah lama,bau ikan bakar pun menyebar ke sekitar hutan itu.
Dengan perasaan hati yan gembira, Bocah Si Chun menikmati ikan bakar hasil dari jerih payah nya sendiri.
Setelah selesai makan, Bocah Si Chun segera beranjak mencari cari goa tempat berlindung malam ini.
Untunglah tidak jauh dari tepi sungai itu terdapat tebing batu menjulang tinggi.
Di tebing itulah,sekitar ketinggian empat depa dari tanah,terdapat sebuah lobang mirip mulut goa.
Dengan bergantungan pada tumbuhan merambat,Si Chun naik ke mulut goa itu.
Di dalam goa itu tidak lah terlalu dalam,cuma empat depa saja dengan mulut goa yang kecil serta ruangan yang cukup besar dan agak rata,membuat tempat itu jauh lebih layak di tiduri ketimbang kandang kambing.
"Ah biarlah untuk malam ini aku tidur seadanya saja dulu,baru besok aku akan membersihkan tempat ini"pikir Bocah Si Chun sambil merebahkan tubuh nya.
Tidak seberapa lama,dia sudah pulas di alam mimpinya.
Perlahan lahan dari kegelapan malam,kabut mulai berhembus di kaki pegunungan.
Dan sebagian kabut itu masuk ke goa tempat Bocah Si Chun tertidur.
Perlahan kabut itu mulai memadat dan menggumpal membentuk seorang wanita cantik.
Lama,sangat lama sekali wanita itu menatap Bocah Si Chun yang terlelap kecapean itu.
Air mata wanita itu mengalir di pipinya yang putih kemerah merahan.
"Maapkan ibu sayang,kau sekecil ini harus mengalami derita luar biasa seperti ini,dunia seolah tidak menghendaki mu, manusia menolak mu, dan takdir pun mempermainkan hidup mu,bahkan mungkin Dewa pun menertawai nasip mu, tetapi ibu akan selalu bersama mu, melindungi mu,dan kelak kita akan bersama sama anakku,kau harus tabah menjalani takdir diri mu, bagai manapun keadaan mu,ibu sangat menyayangi mu!"gumam wanita itu seperti desau suara angin yang bertiup menyentuh mulut goa.
Seiring tiupan angin malam,tubuh wanita cantik itu akhirnya semakin lama semakin memudar seperti bayang bayang,lalu menghilang bersama kabut malam.
...****************...
Dari sekian banyak cerita, baru kali ini aku menemukan cerita yang sangat buruk seperti ini, baik cerita di Novel Toon maupun di Fizzo Novel, cerita ini adalah yang paling buruk.
Mulai dari terjemahannya dan juga kata-katanya sangat buruk.