Assalamu'alaikum. Wr. Wb.
Ini novel ketigaku.
Novel ini kelanjutan "Ternyata Ada Cinta"
Baca dulu "Ternyata Ada Cinta" biar nyambung...
Setelah kepergian Fariz, dunia terasa gelap gulita. Cahaya yang selama ini selalu menyinari hari serta hati Zafira padam dalam sekejap mata. Meninggalkan kegelapan serta kesunyian yang teramat menyiksa. Ternyata kehilangan seorang sahabat sekaligus suami seperti Fariz jauh lebih menyakitkan dari apapun.
Perjuangan Cinta Zafira untuk menemukan Fariz dan membawa kembali pria itu ke pelukannya tidaklah main-main. Setiap hari Zafira berjuang keras kesana kemari mencari keberadaan Fariz sampai mengorbankan keselamatannya sendiri. Namun perjuangannya tidak menemukan titik terang yang membuatnya ingin menyerah.
Hingga di titik lelah perjuangan Zafira mencari Fariz, penyakit lama Zafira kembali kambuh. Akankah Fariz sempat menyelamatkan Zafira atau justru gadis itu meregang nyawa membawa pergi cintanya yang belum terucap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara RD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 - Akhirnya Bertemu
Wanita di depan pintu sontak tercengang melihat senyuman Zafira yang tampak begitu manis dengan deretan giginya yang tersusun rapi. Rambut panjang tergerai di bawah bahu. Kulit yang putih serta tubuh tinggi semampai membuat wanita itu terkagum-kagum memandangi gadis rupawan di hadapannya. Dia merasa melihat artis-artis Korea yang sering ditontonnya di serial Drakor. Seketika wanita itu membalas senyuman Zafira tak kalah ramah.
"Selamat pagi mbak. Ada keperluan apa datang kemari? Ada yang bisa saya bantu?," tanyanya sambil terus memperhatikan Zafira dari atas sampai ujung sandal dengan ribuan pujian di dalam hatinya mengenai gadis cantik itu.
Majikan di rumahnya juga cantik, tetapi tamu ini jauh lebih cantik. Sempurna. Fikirnya.
"Hmm, maaf bu.., Saya mau bertemu dengan pemilik rumah ini. Apa ada yang bernama Fariz di rumah ini?" tanya Zafira dengan hati was-was menatap wanita di depan pintu.
Zafira berharap wanita itu menjawab "tidak". Jika sampai wanita itu menjawab "Ya" maka sirna-lah sudah cinta di hatinya untuk Fariz. Hancurlah semua perjuangannya. Dia akan melepaskan Fariz jika memang pria itu sudah memiliki wanita idaman lain.
"Fariz? Fariz siapa ya mbak? Di sini tidak ada yang bernama Fariz. Di sini hanya ada majikan saya, seorang wanita. Dia tinggal sendirian di rumah ini," wanita itu menjelaskan sambil terus memperhatikan wajah cantik bak artis Korea di depannya.
Refleks Zafira memejamkan mata dengan kepala sedikit terdongak. Merasa lega mendengar penyampaian pekerja di rumah ini. Menarik nafas dan menghempaskan pelan. Rasanya beban berat yang sejak tadi menghimpitnya seketika musnah. Tersungging senyum kecil di bibirnya.
Ada rasa bahagia mengalir di sudut hati Zafira mendengar penjelasan wanita itu. Sekarang dia yakin kalau Fariz tidak tinggal di rumah ini. Gadis yang dilihatnya kemarin bukanlah siapa-siapa Fariz. Fariz hanya mencintainya. Ya, dia yakin itu.
"Eh, maaf bu, maksud saya, saya mencari nama Fariz. Kemarin saya melihatnya mengantar gadis ke rumah ini. Aku fikir, ini adalah rumah Fariz," jelas Zafira mengorek informasi.
"Ooh, itu..,"
"Biiii, siapa?," sebuah suara dari dalam rumah mengejutkan mereka, membuat wanita yang berdiri di depan Zafira terpaksa memutuskan kalimatnya.
Spontan wanita itu serta Zafira secara bersamaan mengalihkan pandangan pada gadis yang sedang melangkah mendekati mereka.
Mata Zafira bertemu dengan mata gadis itu. Mereka saling menatap tak berkedip. Hingga tak terasa gadis itu sudah menghentikan kakinya tepat di hadapan Zafira sambil tetap melayangkan tatapan tajam pada tamunya.
"Bi, masuk!," perintah gadis itu yang langsung dituruti oleh pekerjanya.
Kini keduanya saling berhadapan sambil terus bertatapan seakan ingin saling mencabik. Seperti ada dendam lama yang tersimpan di antara mereka.
"Sorry, aku tidak menerima tamu dan tidak pernah mengundang tamu sepertimu di rumahku. Apa keperluanmu datang ke rumahku?" tanya Wilda tanpa basa basi.
Ya, ternyata gadis yang bersama Fariz di mall kemarin tak lain adalah Wilda. Teman kampus Fariz yang sudah tergila-gila pada Fariz sejak semasa kuliah sampai saat ini pun masih sama.
Di dalam hati, Wilda merasa sangat heran mengapa Zafira tiba-tiba datang ke rumahnya dan langsung menanyakan Fariz? Tidak itu saja keheranan yang ada di hatinya, darimana Zafira tahu alamat rumahnya? Cukup keras dia berfikir tentang hal itu tetapi tetap tidak ada jawaban atas keheranannya tersebut.
"Apa hubunganmu dengan Fariz?" Zafira bertanya pada intinya sambil melirik penuh selidik pada wajah cantik di depannya.
"Haha, haha" Wilda menertawakan pertanyaan Zafira.
"Apa pun hubunganku dengan Fariz, itu bukan urusanmu. Dan aku juga tidak punya kewajiban untuk memberitahumu!" tukas Wilda ketus.
"Ingat! Sekarang Fariz itu suamiku. Dan akan selalu menjadi urusanku jika ada wanita yang berani merampasnya dariku! Siapa pun orangnya akan berhadapan denganku! Termasuk kamu!" tukas Zafira tak kalah ketus.
"Haha, haha..," Wilda kembali tertawa seolah sengaja mengejek tamunya.
"Suami katamu? Suami mana yang nyaman bersama gadis arogan sepertimu! Bahkan sekarang saja kamu mencari Fariz sampai ke rumahku? Ada apa dengan pernikahanmu? Jangan-jangan Fariz pergi dari rumah karena merasa tidak bahagia hidup bersama gadis emosional sepertimu! Benarkan?!" Wilda mengeluarkan kata-kata pedas sengaja ingin menyakiti hati musuh lamanya tersebut.
"Tutup mulutmu Wilda! Aku bukan orang seperti yang kamu katakan. Aku lebih tahu bagaimana cara membahagiakan Fariz. Kami sudah puluhan tahun bersama dan saling menyayangi. Kamu tidak tahu tentangku jadi jangan sembarangan berucap!" balas Zafira tidak terima dengan tuduhan Wilda terhadapnya.
"Aku tahu siapa kamu! Gadis murahan yang sana sini nempel. Waktu itu kamu sudah memiliki kekasih tapi kamu tetap menempel pada Fariz. Apa itu kalau bukan gadis murahan? Pergi dari sini! Jangan kotori rumahku dengan kedatanganmu ke sini! Dasar gadis murahan!" hardik Wilda masuk ke dalam rumah.
"Bragghhkk"
Daun pintu dibanting dengan keras sampai Zafira terlonjak. Dia menghempaskan nafas kasar melihat kelakuan Wilda yang tidak pernah akur dengannya sejak umur mereka masih belia.
Kini Zafira tidak memiliki pilihan lain selain turun dari teras lalu memutuskan pulang. Gagal sudah dia mendapatkan informasi tentang Fariz di rumah ini.
Saat Zafira turun dari teras dan berjalan menuju ke mobil, pandangannya seketika membelalak. Dari kejauhan dia melihat sosok yang baru saja memarkirkan mobil di tepi jalan, tidak masuk ke halaman rumah. Sosok itu turun dari kendaraannya sambil menggenggam paper bag di tangan kanan.
Sosok itu pun tak kalah terkejut. Membelalakkan mata mendapati Zafira berada di rumah itu. Langkahnya pun refleks terhenti di tempat. Desiran hatinya tidak mampu berbohong jika dia sangat merindukan gadis itu. Tetapi kerinduan itu ditepis dengan segera. Perasaan sakit hati lebih mendominasi bahkan masih merajai fikiran serta hati sehingga menahan niatnya untuk menghampiri gadis itu.
"Tik"
"Tik"
"Tik"
Dalam beberapa detik keduanya pun saling berpandangan.
Mulut mereka terkunci namun secara bersamaan tampak menganga. Saling menatap satu sama lain tanpa mengeluarkan satu patah kata seolah terkunci dengan ribuan jahitan benang.
Zafira mengurungkan niat memasuki mobilnya. Diputarnya haluan, berjalan menuju pria yang masih berdiri menghentikan langkah. Kaki Zafira menapak pelan bermaksud menghampiri sosok itu dengan degupan keras dari jantungnya yang mengiringi derap langkah kaki saat berjalan ke arah sosok yang masih tercenung di tempatnya.
Zafira masih bisa melihat dengan jelas jika sosok itu masih berdiri di tempatnya tanpa mengedipkan mata menatap dirinya.
Tetapi di detik berikutnya, sosok itu secepat kilat memutar tubuh menjauhi Zafira kemudian kembali masuk ke dalam mobil dan mengurungkan niatnya masuk ke rumah Wilda. Dengan gerakan cepat ditancapnya gas mobil meninggalkan Zafira yang belum sempat menghampiri dirinya.
...*****...