Salma seorang guru TK, menikah dengan Rama seorang duda dengan satu anak. Setahun lebih menikah kehidupan keduanya harmonis dan bahagia. Apalagi Rama adalah cinta pertamanya saat SMA.
Namun, kenyataan bahwa sang suami menikahinya hanya demi Faisal, anak Rama dengan mantan istrinya yang juga merupakan anak didiknya di tempatnya mengajar, membuat semuanya berubah.
Akankah Salma bertahan di saat ia tahu suaminya masih mencintai mantan istrinya yang datang lagi ke kehidupan mereka?
IG: sasaalkhansa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIUA 11 Rahasia Bunda Dan Faisal
Sebatas Ibu Untuk Anakmu (11)
"Terimakasih dok" Rama mengangguk-anggukkan kepalanya.
Rama menatap Salma. Tidak ia sangka Salma telah mengetahui semuanya.
Ceklek
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
" Rama, bagaimana kondisi Salma?," Bu Marisa yang melihat kondisi Salma sangat memprihatikan sangat sedih.
Ia tadi mengantarkan Faisal dulu ke sekolah sebelum akhirnya bertolak ke rumah sakit. Walaupun ada drama dulu karena Faisal tidak mau sekolah apalagi saat tahu Salma tidak mengajar.
Rama menghela nafas. " Lehernya cedera, kaki kanannya juga retak sehingga untuk beberapa waktu ke depan, dia tidak bisa berjalan. Yanga paling mengejutkan adalah Salma keguguran.."
" Keguguran? Maksud kamu?,"
Rama mengangguk." Salma hamil dan keguguran." lirihnya.
" Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un" Bu Marisa menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
" Aku merasa gagal sebagai suami, Ma. Aku bahkan tidak menyadari kehamilan Salma."
Bu Marisa mengusap pundak sang anak yang tampak bergetar. " Salma pasti terkejut karena tahu hamil bahkan di saat yang sama ia harus kehilangan calon buah hatinya."
" Salma sudah tahu dia hamil, Ma. Tapi, dia tidak memberitahuku."
" Kenapa?,"
Rama menggelengkan kepalanya. Ia sendiri tidak tahu.
" Bahkan ia yang tahu kehamilannya lemah, sudah berpikir untuk berpisah denganku. Dia ingin cerai dariku."
" Apa maksudmu? Cerai?," Bu Marisa terkejut. Ada masalah apa sebenarnya sampai Salma meminta cerai. Bukankah hubungan keduanya baik-baik saja.
Rama pun akhirnya menceritakan apa yang Salma katakan sebelum akhirnya harus di berikan suntikan penenang.
Bu Marisa sangat kecewa pada anaknya. Kini ia tahu kenapa Salma meminta cerai.
" Lalu, apa keputusanmu? Apa kamu akan memenuhi keinginnya?,"
Rama menggeleng. " Aku tidak ingin bercerai dengan Salma, Ma,"
" Karena Ical?,"
" Bukan hanya karena Ical. Aku juga tidak ingin kehilangan Salma. Aku baru sadar aku sudah mencintainya. Entah sejak kapan. Saat aku melihat Salma tidak sadarkan diri dengan bersimbah darah, saat itu pula aku merasakan takut yang luar biasa. Aku takut kehilangannya. Aku tidak sanggup, Ma." Tangis Rama pecah. Ia tidak peduli di anggap cengeng. Namun, ia benar-benar takut kehilangan istrinya.
...******...
"Ayah, Bunda sakit apa?," Faisal yang bejalan di samping ayahnya penasaran. Apalagi tadi ia sedikit mendengar bahwa Bundanya itu izin tidak mengajar.
Rama mendudukkan Faisal di kursi mobil lalu memasangkan sabuk pengaman.
"Bunda jatuh dari tangga. Leher dan kaki bunda sakit, jadi tidak bisa berjalan untuk sementara waktu."
" Apa adik bayi juga sakit?" tanya Faisal khawatir. "Ups... " Faisal menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia lupa kalau ini masih rahasia.
Rama mengerutkan keningnya. Apa mungkin Faisal sudah tahu tentang kehamilan bundanya?
" Adik bayi siapa?," tanya Rama penasaran.
Faisal hanya menggeleng. Ia tidak berani membuka mulutnya.
" Sayang, ayo jujur sama ayah."
Faisal diam ia bingung. Ia takut ayahnya marah jika ia tidak jujur. Tapi, ia takut bundanya yang marah jika ia berkata jujur.
" Faisal Ramadhan." Panggil Rama dengan penuh penekanan.
Walaupun tidak ada teriakan, Faisal tahu kini ia tidak punya pilihan.
" Tapi, ayah harus bantu Ical kalau Bunda marah." pintanya dengan wajah tertunduk.
" Kenapa bunda harus marah?," tanya Rama
" Karena ini rahasia Bunda dan Ical."
" Rahasia?,"
Faisal mengangguk-anggukan kepalanya.
Rama diam sesaat. Feeling-nya mengatakan ini berhubungan dengan kehamilan istrinya.
Rama tersenyum. " Kalau bunda marah, nanti Ayah bantu bujuk ya." ucapnya membuat Faisal mengangguk. " Jadi, adik bayi siapa?," Rama mengulang pertanyaannya.
" Adik bayi Ical yang ada di perut Bunda." jawabnya jujur tanpa khawatir lagi.
" Ical tahu kalau di perut Bunda ada adik bayi?,"
" Tahu. Bunda yang bilang waktu Ical ulang tahun. Katanya hadiah ulang tahun Ical." jawabnya lagi.
Rama diam ia ingat momen ulang tahun Faisal dimana ia bilang sudah dapat hadiah dari bundanya. Namun, saat di tanya hadiahnya apa oleh Bu Aisyah, ia jawab rahasia.
" Kenapa bunda bilang ini rahasia Ical dan Bunda. Kenapa tidak kasih tahu ayah?,"
" Bunda bilang, adiknya lagi sembunyi. Adiknya lagi main petak umpet."
" Petak umpet?,"
Faisal mengangguk. " Adik bayi nunggu ayah bisa menemukannya."
Rama menghela nafas. Ia belum mendapatkan informasi tentang alasan Salma menyembunyikan kehamilannya.
Namun, itu artinya Salma sudah tahu cukup lama tentang kehamilannya. Jadi, pasti ada alasan untuk ia tidak mau memberitahukan kehamilannya itu.
Merekapun meninggalkan sekolah dan menuju rumah sakit.
...******...
Di rumah sakit, Salma sudah kembali sadar. Ia tidak histeris lagi. Namun, ia lebih banyak diam. Tatapannya kosong. Ia merasa sangat terpukul atas keguguran yang ia alami.
" Sayang, makan dulu ya." Bujuk Bu Marisa entah yang keberapa kali.
" Aku belum lapar, Ma." jawab Salma tanpa melihat ke arah ibu mertuanya.
Bu Marisa diam tidak lagi berkata-kata. Ia bisa melihat Salma yang sangat sedih.
Bu Marisa meletakkan piringnya diatas nakas kemudian duduk di kursi yang ada di samping ranjang.
" Salma harus ikhlas. Ini sudah takdir dari Allah. Insya Allah nanti akan ada gantinya. Berdoa dan ikhtiar lagi." Bu Marisa menggenggam tangan Salma yang bebas dari selang infus.
" Salma minta maaf. Tapi, Salma tidak akan bisa memberi cucu untuk Mama." jawabnya sambil melihat ke arah mertuanya.
" Apa kandungan kamu bermasalah karena keguguran itu?," Bu Marisa erasa khawatir. Rama tidak mengatakan apapun tentang kondisi rahim Salma pasca keguguran.
" Bukan itu. Tapi, Salma sama Mas Rama mau pisah. Mama bisa dapat cucu dari menantu mama yang baru nanti." jawabnya sendu.
Tidak pernah ada kata cerai di benak Salma sebelumnya. Ia justru ingin. merasakan ijab kabul sekali saja seumur hidup. Tapi, apa daya. Ia juga tidak ingin hidup selamanya dengan orang yang belum move on dari masa lalunya.
" Bicarakan dulu dengan Rama. Sejujurnya, mama ingin ini pernikahan yang terakhir bagi Rama. Tidak hanya Ical. Mama juga senang karena kamu yang jadi menantu Mama."
" Mas Rama masih cinta sama Dewi, Ma.Doa bahkan menemui Dewi di belakangku." Salma teringat pertemuannya yang tidak sengaja di restoran saat itu. Itu sangat menyesakkan dadanya.
" Mama tidak bermaksud membela Rama. Mama tahu ini juga salahnya. Namun, Mama harap kamu pikirkan lagi dan bicarakan baik-baik dengan kepala dingin ya." Senyum mertuanya membuat Salma tenang. Ia juga tidak ingin berpisah dengan Bu Marisa. Ia senang memiliki mertua yang baik seperti Bu Marisa.
" Oh ya, Rama tadi bilang kalau Zayden tadi menelpon saat kamu tidur. Ia minta di telpon balik saat kamu sudah bangun. Mau telpon Zayden sekarang?," tanya Bu Marisa mengubah topik pembicaraan.
Salma tersenyum. Ia juga rindu dengan Zayden. Sudah lama ia tidak bertemu. Semenjak ia di pindahkan ke luar kota oleh perusahaannya.
" Tapi, ponsel Salma tidak ada, Ma."
" Pakai ponsel Mama saja "
Bu Marisa melakukan video call kepada Zayden saat itu juga.
TBC