Sinopsis : kisah cinta seseorang yg rapuh seperti kristal kaca yg terlihat elegan , kuat dan cantik namun jika jatuh tak bisa di perbaiki. karna wanita yg ia cintai memilih lelaki lain semenjak ia terkenal dalam dunia musik nya menjadi seorang penyanyi .
ini salah Seorang Eginando sendiri karena dia menyuruh cinta nya untuk mengikuti kontes di salah satu Stasiun TV ternama. maka kini dia merasa hancur dan rapuh seperti kristal yg jatuh tak bisa di perbaiki.
ikuti kisah nyata ini .cerita nya singkat namun jelas.
hanya ada di novel toon atau manga toon.
selamat membaca .jika suka beri dukungan nya .
kalau tidak suka langsung skip saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon delita bae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ep 18" Kristal Hati Egi 18.
Egi masih demam, Ferry mengajak nya ke dokter tapi ia menolak, padahal panas nya belum turun meski udah di obat. Aura datang membawa bubur dan buah, semakin lama ia juga merasakan kenyamanan bila di dekat Egi. Bagaimana tidak pasalnya hanya Egi lah yg mampu membuat hidupnya lebih berwarna.
" Bang ke dokter yuk" Ferry menarik selimut itu, wajah nya penuh ke khawatiran . Karna abang nya belum membaik.
" nggak usah, abang mau tidur aja, hari ini ada jadwal kuliah kan? Ke sana aja , abang udah membaik." tolak Egi sambil meraih 5 lembar uang merah dari pinggir bantal nya. Dengan lemas tangan itu memberikan uang nya pada Ferry.
" Bang , aku nggak bisa meninggalkan mu, membaik dari Hongkong orang masih anget gitu. " Ferry menerima uang itu yg nantinya akan di pakai untuk ke dokter.
" kuliah aja, tanggung sebentar lagi beres loh, abang bisa sendiri , tolong ya , abang juga nggak mengorbankan semua yg telah di raih jadi sia - sia. " Egi memaksa . Tangan Ferry di genggam nya kuat sambil hembusan nafas itu panas.
" ya udah, tapi aku mau menghubungi kak Aura dulu." Ferry meraih ponsel Egi dari meja lalu menghubungi Aura .tapi Egi memberikan Isyarat pada nya untuk tidak menghubungi Aura . Karna ia tau kalau jam segini gadis itu sibuk .
" Gi kita ke dokter yuk" Aura membawa bubur dan buah, muncul tanpa menghubungi dulu. Rupanya gadis itu sedang menuju rumah Egi.
" Ra , elu biasa deh muncul nggak ngasih tau dulu" kesal nya Egi sambil bergetar bibir nya kering dan pucat.
" Nggak usah, Fer berangkat gih, abang nggak mau kalo pendidikan mu terbengkalai" Egi menolak lalu melirik ke arah Ferry.
" oke bang , aku pamit ya" Ferry mencium tangan Egi terlebih dahulu, lalu melenggang keluar meninggalkan kamar abang nya.
Egi pun menutup mata nya, mungkin karna rasa sakit itu menusuk seperti jarum .membuat Aura panik dan Ferry balik lagi.
" Gii bangun!" Aura menepuk pipi Egi berharap bisa merespon. 3 kali berusaha membuat Egi sadar tapi tak berhasil.
" kak , abang kenapa?" Ferry yg mendengar suara Aura panik langsung berlari kembali ke kamar nya.
" Fer ,abang pingsan , kita bawa aja ya ke rumah sakit" Aura membuka selimut itu lalu mencoba membangunkan tubuh Egi . Ferry dengan cekatan merangkul Egi dari pinggir kiri. Aura di kanan, berat nya beda jauh, tubuh Egi kekar , setiap hari sabtu Egi ke tempat fitness, maka tak heran tubuh nya ideal .sementara Ferry tidak ia kurus maka paling tinggi..
Setelah berhasil di bawa ke mobil . Aura langsung tancap gas dan tak butuh waktu lama sampai di rumah sakit.
Dokter menghampiri di samping nya 2 suster membawa brankar darurat, Egi pun di bawa ke IGD.
Ferry dan Aura panik menunggu di luar, tak lama kemudian datang lah Auly. Dengan tergesa - gesa menghampiri.
" Fer , abang Egi kenapa? Auly menghela nafas , gadis itu bisa tau karna sudah di dekat rumah Egi ketika Aura dan Ferry membawa masuk ke mobil tubuh Egi, gadis gendut itu ingin menjemput Ferry untuk kuliah karna tak bisa jauh dari lelaki itu.
" Abang Demam tinggi Ol" jawab Ferry sambil bergetar . Mengingat kondisi sang abang. Lalu seorang pria muda memakai jas putih khas rumah sakit pun keluar dengan menutup pintu terlebih dahulu.
" Dok gimana kondisi abang?" Tanya Ferry penuh kecemasan terlihat karna dia bisa kuliah di bantu Egi .walau selama ini sikap Egi dingin tapi di balik itu begitu menyayangi sang adik.
" pasien demam nya masih tinggi . Tapi sudah ditangani sekarang sedang dalam reaksi obat. " Jawab Dokter sambil tersenyum ramah.
" kami boleh masuk dok?" Aura ikut bertanya sambil memandangi wajah dokter.
" boleh " dokter pun melangkah kembali ke ruangan nya.
Mereka masuk dengan cemas . Egi terbaring tak berdaya ,di temani infusan terpasang di sebelah kanan nya.
Arin berhasil membuat Egi tak bisa melupakan nya ,semua janji manis nya hanya sandiwara belaka , nyata nya hanya seperti daun kering yg terbang tanpa bekas tertiup angin . Menyisakan luka yg amat perih bagi seorang Eginando.
"Bang jangan memikirkan terus kak Arin , aku akan terus menemani mu dengan setia , jujur aku sedih melihat mu seperti ini. Sampe sakit , aku akan terus menjaga mu" Ferry mengelus kepala Egi sambil tersenyum manis.
" Abang di mana?" Egi membuka mata nya melhat ke arah mereka. Ruangan itu tak asing baginya . Aura dan Auly duduk di pinggir kanan di atas kursi.
" Di rumah sakit bang, tadi pingsan"Ferry menjawab sambil tersenyum, tangan itu mengelus pipi Egi.
" Oh, iya sangat pusing sekali , rasanya tubuh ini begitu remuk." Egi menatap dengan lemas .
" Gi istirahat dulu , obat nya baru masuk" Aura menyelimuti nya dengan penuh senyuman. Wajah nya begitu cemas.
Egi pun memejamkan lagi matanya. Sambil merasakan sakit di tubuh nya . Demam itu sukses membuat nya tumbang.
Aura , Ferry dan Auly hanya tersenyum menemani nya .
Aura selalu ada , Egi semangat karna gadis itu . Semangat nya sudah sirna sejak ia mengetahui semua nya, tapi Aura ada di sisinya semangat itu datang lagi, walau belum sepenuhnya bisa melupakan itu.
Arin dan Arga semakin dekat, membuat luka itu terbuka lagi, setiap melihat kemesraan mereka.
Egi begitu kecewa ketika semua nya terjadi dengan begitu pahit. Kenangan yg telah tercipta itu kini hanya menyisakan luka yg amat pedih. Bagi Egi kenangan itu tak berarti lagi. Sejak bintang di mata gadis itu tiada untuk nya . tapi untuk Arga orang yg baru dia kenal belum lama.
