(Warning !! Mohon jangan baca loncat-loncat soalnya berpengaruh sama retensi)
Livia Dwicakra menelan pil pahit dalam kehidupannya. Anak yang di kandungnya tidak di akui oleh suaminya dengan mudahnya suaminya menceraikannya dan menikah dengan kekasihnya.
"Ini anak mu Kennet."
"Wanita murahan beraninya kau berbohong pada ku." Kennte mencengkram kedua pipi Livia dengan kasar. Kennet melemparkan sebuah kertas yang menyatakan Kennet pria mandul. "Aku akan menceraikan mu dan menikahi Kalisa."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13
Kennet awalnya geram melihat anak di hadapannya. Beraninya anak murahan itu melawannya. Namun ia menyeringai. "Oh apakah ayah kalian sudah membuang kalian?"
"Tuan Kennet jaga ucapan anda." Bentak Anita. Ucapan Kennet sudah benar kelewatan. Bagaimana bisa dia berbicara santai pada anak-anak. "Mereka juga tidak mau di buang. Tetapi aku yakin, suatu saat nanti jika mereka bertemu dengan ayah mereka. Mereka pasti tidak akan menerimanya."
Kennet tersulut kemarahannya. Untung saja wanita di depannya adalah istri temannya. Jika tidak, ia pasti akan memberikan perhitungan.
Anita menatap ke arah anak-anak Livia. Meskipun bukan ia yang mengucapkan tapi mendengarkan ucapan Kennet ia juga merasa sakit hati. "Maafkan Tante, Om itu teman suami Tante."
"Tidak apa-apa Tante, kan bukan Tante yang mengatakannya. Oh iya Tante kita mau makan bakso. Apa Tante bisa membelikan kami bakso? Kami ingin makan bakso."
"Oh baiklah Sayang, nanti Tante belikan." Dia pun menyuruh seorang Art untuk mencari bakso untuk mereka.
...
Kennet datang dengan wajah kusut, Kalisa yang sedang merapikan pakaiannya itu penasaran, entah siapa yang membuat suaminya marah. Ia sebagai seorang istri saja kesusahan saat Kennet marah.
"Sayang kamu kenapa? Siapa yang membuat mu kesal?" tanya Kalisa dengan nada hati-hati.
"Siapa lagi kalau bukan ..." Kennet menghentikan ucapannya. Ia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya. "Bukan apa-apa, hanya anak kecil yang membuat ku kesal. Sebaiknya kau jangan keluar dan temani aku di sini."
Tak terasa waktu sudah siang. Kelima anak kembar itu kini sudah waktunya pulang. Anita akan mengantarkannya ke rumah Livia. Tadi ia menghubungi Livia dan mengatakan bahwa ia harus mengantarnya ke rumahnya. Ia juga di beri alamat rumah oleh Livia.
"Mau kemana mereka?" Kennet menghubungi Bernad dan menyuruhnya untuk mengikuti mobil Anita.
Walaupun ia membenci anak itu, tapi ia cukup penasaran pada mereka. Ia tidak bisa meluangkan waktu untuk mengabaikan mereka karena ia tidak boleh ketinggalan informasi tentang mereka sedikit pun.
Pada malam harinya.
Setelah menerima sebuah alamat dia langsung ke alamat tujuan sesuai ucapan Bernad. Kennet menurunkan kaca mobilnya. Dia melihat sebuah rumah berlantai satu, di halaman rumah itu ada pohon mangga. Halamannya luas dan ada beberapa macam bunga. Di lihat dari dalam rumah yang lampunya masih menyala menandakan bahwa pemilik rumah itu belum tidur.
"Buat apa aku kesini?" tanya Kennet. Dia ingin menjalankan mobilnya. Namun ia melihat seorang wanita membuka pintu halaman depan. Dia menggunakan piyama dengan motif doraemon. Dari arah samping ia melihat sebuah gerobak bakso. Dia menutup kaca mobilnya.
"Bakso." Teriak Livia. Dia melangkah ke arah gerbang dan membukanya.
Kelima anaknya sangat menyukai bakso. Kadang-kadang anak-anaknya yang menghentikan sendiri.
"Mama." Khanza berlari menghampiri ibunya. "Babang mau beli bakso."
"Eh anak cantik." Sapa pria setengah baya itu.
"Cae tolong ambilkan mangkok dan dompet Mama," ucap Livia.
Caesar mengambil mangkok dan piring sebagai pegangan. Sedangkan Charles mengambil dompet ibunya. Killian dan Damian menghampiri Khanza dan Livia. Dia tak sabar ingin memakan bakso itu.
Kennet menatap mantan istrinya dan anak mantan istrinya itu. Seandainya saja ia memiliki anak pasti akan sebahagia itu.
"Ini bawa masuk, hati-hati jangan sampai tumpah ke tangannya." Livia mengeluarkan dompetnya. Dia memberikan pada abang tukang bakso itu.
"Seenaknya apa rasanya?" Kennet penasaran. Livia membeli makanan aneh itu. Ia tidak pernah melihat kedua mata Livia berbinar saat melihat makanan kecuali Livia benar-benar lapar barulah mata kucingnya itu berbinar.
Kennet mengikuti tukang bakso itu dan sampailah tukang bakso itu berhenti. Pria setengah baya itu menaruh kursi dan sepertinya tempat itulah yang menjadi parkirannya.
"Mau beli," ucap Kennet.
"Mau di makan di sini apa mau di bungkus?" tanya tukang bakso.
"Kalau makan di sini dimana dan kalau di bungkus aku harus makan dimana?" tanya Kennet.
Tukang bakso itu menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Kalau makan di sini, di sini tempatnya. Kalau di bungkus berarti abangnya makan di rumah." Jelasnya. Dia merasa aneh dengan pria bule di depannya. Ia berpikir pria itu masih baru berada di Jakarta.
"Mau makan di mobil."
"Oh tunggu sebentar." Tukang bakso itu memberikan semangkok bakso. "Ini tuan, saya akan membawakan saos, kecap, cuka dan sambalnya."
Kennet mengangguk, dia duduk dan kemudian mengambil bakso lalu nampan yang berisi keanehan itu.
Dia mencium aroma harum itu. Dia mencicipinya dan terasa enak. Dia pun mengambil kecap dan saosnya lalu memberikan cuka. Dia mengaduknya dan langsung menyemburkan bakso itu. "Kenapa kecut sekali."
"Hey tukang bakso."
Tukang bakso itu menoleh dan menghampiri Kennet. "Kenapa Bang?"
"Ini, apa ini? Kenapa kecut?" tanya Kennet. Perasaan saat mencicipi kuahnya sangat enak.
"Pasti Abangnya ngasik cuka kebanyakan. Satu atau dua tetes Bang, kalau masih kurang kasik lagi. Jangan langsung di tuangkan."
"Begitu ya, buatkan lagi." Kennet memberikan semangkok baksonya itu untuk di buang.
Abang bakso itu pun mengambil baksonya lagi dan memberikannya pada Kennet. Setelah tau caranya Kennet tidak lagi menaruh cuka yang terlalu banyak. Saat lidahnya mengunyah benda bulat itu terasa enak dan sedap di mulutnya. Dia pun memakannya dengan lahap dan bahkan menambah lagi.
"Berapa?" tanya Kennet.
"10 ribu untuk bakso pertama dan 20 ribu untuk bakso kedua dan ketiga." Tuturnya.
Kennet mengeluarkan satu lembar merah. "Ini, ambil saja kembaliannya."
Drt
"Tuan ada dimana?" tanya Bernad. Dia khawatir Tuannya sedang mengganggu Livia. Dia di suruh datang oleh Anita dan Erland untuk makan malam bersama.
"Aku, baru selesai makan bakso."
"Hah!" Bernad menganga. Entah apa bakso, ia tidak tau. "Makanan aneh apa itu Tuan?"
"Kau menanyakan ku apa mau aku menjelaskannya. Sudahlah," Kennet menutup ponselnya. Makanan di Jakarta juga tidak terlalu buruk untuknya.
...
"Bagaimana? Kennet berada di mana?" tanya Erland. Bisa-bisanya Kennet keluar tanpa Kalisa. Mana ada seorang suami menghilang dari pandangan istrinya dengan alasan keluar.
"Tuan, dia mengatakan tuan Kennet selesai makan bakso."
Erland tertawa, entah apa yang merasuki Kennet sampai pria itu makan bakso. "Dia makan bakso. Ada-ada si Kennet. Sudahlah, kita makan malam saja."
"Aku mau menunggu Kennet. Kalian makan saja," ucap Kalisa. Dia pun pergi, moodnya selalu berantakan karena Kennet pergi tanpa dirinya.
Anita dan Erland membiarkan saja. Mereka pun makan berempat tanpa Kennet dan Kalisa. Setelah selesai makan malam. Kalisa menghampiri Erland.
"Sayang aku ingin menunjukkan sesuatu pada mu." Kalisa membuka kunci ponselnya dan mencari foto Caesar. "Coba kamu lihat foto ini."