kisah cinta dalam perjodohan, penuh luka dan air mata, hanya Demi mewujudkan wasian terahir dari kedua orang tuanya ia rela menikah tanpa cinta...
bagaimana. selajutnya apakah pernikahan dan juga cintanya bersambut atau hanya menambah luka di hatinya...
ikuti terus sahabat Nana imuet.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon salsabilaimuet, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
belum bisa jujur
"Bagaimana bisa Lo tidak memberi tahu Tama akan hal sebesar ini.." aca yang masih bertanya.
"Gue bingung mau memulai dari mana, dan Lo juga tahu bukan jika hubungan gue dengan kak Tama seperti apa." falinda juga Tidak pernah menutupi akan kehidupan rumah tangganya.
"Tapi Lo harus jujur falin bagaimana pun Tama suami Lo, sedingin apa pun siapa tahu dengan tahu Lo sakit dia akan berubah.." aca yang menasehati.
"Entahlah aca.. Gue masih ragu untuk berbicara dengan kak Tama."
falinda mungkin akan memendam sakitnya ini sudah cukup ia merepotkan mertuanya dan juga ia tak ingin jika suatu saat setelah dia sembuh Tama akan mengungkit pengobatan dirinya...
"Tolong pikirkan lagi fal, gue sayang sama Lo hanya Lo sahabat sekaligus saudara bagi gue, apa Lo akan berhenti berjuang, dan gue gak mau sampai kehilangan Lo.." aca memeluk sahabatnya.
falinda juga ingin memberi tahu tapi ia bertekad untuk tidak melakukan hal itu baginya sakitnya hanya dia dan aca yang. Tahu.
"Gue mohon ca, jangan kasih tahu kak tama, gue akan kasih tahu sendiri nanti.." falinda memandang lekat wajah sahabatnya dengan muka melemasnya.
"Huh baiklah..." aca yang tak tega melihat wajah sahabatnya mengiba seperti itu.
Setelah di rasa tenang ia langsung pergi pulang saat dk gerbang kampus ia di kejutkan dengan mobil sang suami sudah terpakir tapi di sana.. Dan menunggu dirinya..
"Mas... Kamu ngapain ada di sini..." falinda mendekat kearah Tama.
"Jemput kamu, ayo kita pulang.." ajaknya walaupun tatapannya dingin ia berusaha untuk ramah.
Dalam sejarah ia menikah dengan Tama baru kali ini sang suami menjemputnya ada angin apa gerangan ia juga heran atau hanya bersandiwara saja, falinda juga bingung, falinda masuk dan mobil pun meninggalkan pekarangan kampus.
Di dalam mobil hening tak ada percakapan, dan falinda berusaha untuk bertanya...
"Tumben mas jemput .." falinda berkata dengan menyebut panggilan mas karena ia ingin membiasakan.
"Kenapa panggilan di ganti.." Tama yang terheran..
"Gak papa hanya ingin saja, apa mas keberatan.." falinda bertanya balik.
"Tidak, apa kita mampir makan siang dulu, apa kamu mau.." Tama yang berusaha untuk menawari falinda.
falinda yang mendengar ajakan itu menggeleng, ia juga heran akan tingkah suaminya yang sedikit menunjukan perubahan.. apa perceraian yang ia ajukan. Sudah di cerna oleh suaminya...
"Mas, ada yang ingin aku tanyakan.." dengan ragu falinda bertanya..
"Jangan bahas soal perceraiannya, karena aku tidak akan mengabulkannya.." jawabnya Tama tegas..
"Kenapa mas, bukanya mas sudah Tidka mencintaiku lagi .."
"Jangan bahas soal itu, apa kamu hanya memikirkan kebahagiaan kamu saja, pikirkan kedua orang tuaku.."
falinda pun langsung terdiam saat ucapan sang suami mengenai perceraian..
"Sampai kapan mas akan menggantung aku, aku juga ingin di cintai, apa mas masih dendam akan dulu, bukanya sudah kukatakan.."
"Kata saja tak menjamin, harus ada bukti yang akurat, agar aku percaya dengan yang kamu ucapkan, dan setelah bukti sudah ada akan aku pertimbangkan.."
falinda pun ahirnya diam, ia juga masih bingung dengan bukti itu, ia akan mencari kemana sedangkan kejadian itu sudah lama terjadi. apa yang akan ia berikan kepada suaminya jika yang bersangkutan tak tahu rimbanya..
"Sudah sampai apa kamu mau ikut ke kantor.." falinda terkejut saat ia melamun tapi sudah sampai di apartemen.
"Tidak maaf, apa boleh..." falinda yang sedikit malu,"
"Hemb... falin aku ingin hubungan kita bisa lebih baik lagi, dan aku berharap kamu bisa bersabar menunggu aku mencintaimu kembali.." ucapnya.
Mendapat angin segar falinda pun mengiyakan ajakan suaminya akan berusaha bersabar untuk menunggu hingga ajal menjemputnya..
"Baik mas aku akan menunggu rasa itu kembali, terimakasih, tapi jika suatu saat aku mematahkan lagi tolong maafkan aku.." ucapnya lirih.
Ta mengerutkan kening saat ucapan falinda yang ingin memberi dirinya kesempatan untuk berusaha menumbuhkan rasa itu tapi kenapa dengan kata terakhir nya yang menurutnya aneh..
"Jangan harap kamu mematahkan lagi, tak akan aku biarkan, siapa pun. uang berani dekat dengan mu aku akan membunuhnya..." ucap Tama lantang Tampa keraguan.
falinda langsung meringsut bagaimana ucapan Tama adalah sebuah ancaman, tapi bagaimana jika ia tahu yang sebenarnya, apakah Tama akan memaafkan dirinya.
Sesampainya di apartemen ia dan juga falinda berjalan beriringan dengan bergandengan tangan, hal yang belum pernah ia lakukan selama menikah dengan Tama..
"Mas mau makan apa nanti malam.." falinda bertanya saat memasuki apartemen.
"Terserah kamu saja, asalkan bukan racun.."
Dengan senyum yang tiada luntur falinda begitu bahagia hari ini, ia merasa terobati di tengah penyakit yang ia derita..
Hati berganti hari, pasangan Tama san falinda makin romantis, dan juga Tama sedikit hangat, falinda yang sedang memasak kaget dengan tangan tama tiba-tiba memeluknya dari belakang..
"Mas...." falinda yang terkejut.
"Ada apa hemb... Masak apa.. baunya wangi sekali..." Tama yang masih memeluk dengan kepada bersandar di pundak falinda..
"Mas duduk aja dulu, aku mau lanjutin masakan ini, nanti gosong.." falinda berusaha melerai pelukan suaminya...
"Gak mas masih ingin seperti ini sebentar saja..." dan masih mode sama..
Falinda pun mengecilkan kompor dan meresapi setiap pelukan suaminya..
"Mas... sarapan yuk." ajak nya..
"Baiklah..." Tama menurut setelah itu duduk di meja makan sambil menunggu falinda menyiapkan sarapannya..
Mereka makan bersama dengan canda tawa. falinda yang begitu asik tak sadar jika hidungnya mengeluarkan cairan merah.. Dan Tama pun menyadari itu..
"Falin.. hidung kamu berdarah...apa kamu sakit..." Tama yang melihat itu cemas dan langsung mengambil tisu dan mengelap cairan itu...
falinda yang gugup pun langsung berkata..
"Ach... gak papa mas hanya sering terjadi saja jika falinda sering kepanasan." ucapnya dengan mengambil tisu itu...
Tama yang mendengar hanya mengangguk saja, ia juga tak menanggapi serius dan melanjutkan makan..
Hati falinda begitu dag dig dug, saat cairan itu keluar di saat yang Tidak tepat..
"Ya Allah jangan perlihatkan sakit ini di hadapan mas Tama, jujur hamba belum siap jika harus mematahkan hatinya lagi..." batin falinda...
Dengan senyum yang sedikit di paksakan..
kl falinda ttp bertahan ya perempuan pling bodoh, bertahan krn cinta pa krn harta, secara kn suaminya kaya.
dinikahi lelaki kaya kl mkn hati tiap hari ya ogah lah, mnding cpt cerai upgrade diri jd wanita sukses, jd nnti bisa dpt jodoh yg lbih keren.
hidup cm sekali dah penyakitan mnding cerai sembuhin diri hidup bhgia paling tidak seandainya gk sembuh bisa menikmati hidup dng bhgia.