Terlalu sering memecat sekretaris dengan alasan kinerjanya kurang dan tidak profesional dalam bekerja, Bryan sampai 4 kali mengganti sekretaris. Entah sekretaris seperti apa yang di inginkan oleh Bryan.
Melihat putranya bersikap seperti itu, Shaka berinisiatif mengirimkan karyawan terbaiknya di perusahaan untuk di jadikan sekretaris putranya.
Siapa sangka wanita yang dikirim oleh Daddynya adalah teman satu sekolahnya.
Sambungan dari novel "Kontrak 365 Hari"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Suasana di kediaman Shaka sudah mulai ramai di datangi keluarga sejak pukul 5 sore. Walaupun acaranya di mulai pukul 7 malam nanti, tapi kebanyakan dari mereka ingin berkumpul dan bercengkrama lebih lama. Jadi memutuskan datang 2 jam sebelum acara di mulai. Perkumpulan keluarga besar seperti ini sangat jarang terjadi. Sebab semua orang sudah punya kesibukan masing-masing, jadi sangat jarang bisa berkumpul di luar acara keluarga.
Shaka kedatangan sang kakak, Tasya. Saudara satu-satunya itu datang bersama suami dan kedua anaknya, menantu serta cucu-cucunya. Total ada 9 keluarga dari Tasya yang ikut hadir.
Kedua orang tua Shaka dan Tasya sudah tiada. Papa Mahesa dan Mama Sonia meninggal sejak 20 tahun yang lalu. Ketika Bryan baru berusia 5 tahun.
Sementara itu dari pihak keluarga Jihan, hanya sang adik (Juna) beserta keluarganya. Ada istri serta ketiga anaknya. Total ada 5 anggota keluarga. Sedangkan Mama Dewi sudah meninggal sekitar 8 tahun yang lalu. Di usia ke 70 tahun.
Acara makan malam bersama untuk memperingati Anniversary itu tentunya di hadiri juga oleh anak pertama Shaka dan Jihan. Flora berserta suami dan anaknya.
Sekitar 40 orang anggota keluarga dan kerabat dekat memenuhi aula di samping rumah yang di sulap menjadi tempat acara dengan beberapa meja dan kursi yang tersedia di sana. Sebenarnya hanya acara makan malam biasa, tapi terkesan sangat ramai karna dipenuhi keluarga besar. Mereka hanya mengundang 10 orang dari perusahaan, termasuk Felix dan Jasmine dari perusahaan milik Bryan.
Bryan terpantau sedang berdiri di dekat dinding kaca yang menghadap ke halaman depan rumah. Sesekali dia memainkan ponsel dan terkadang melihat jam.
"Menunggu siapa.?" Seseorang dengan suara bariton menyapa Bryan sembari menepuk pundaknya.
Bryan menoleh, tersenyum datar pada Omnya.
"Tidak ada yang di tunggu." Jawabnya.
"Om Juna bukannya dua hari lalu baru pulang dari Jepang.? Kenapa tidak mengajak Joshua." Tanyanya basa-basi. Bryan memang tidak bisa memulai obrolan, dia terlalu cuek, termasuk pada anggota keluarnya sendiri.
"Istrinya baru melahirkan 3 minggu yang lalu. Tidak memungkinkan untuk ikut." Jawab Juna. Bryan hanya mengangguk-angguk.
"Kamu sudah 25 tahun, tidak ada rencana memiliki kekasih.? Walaupun sudah nyaman dengan kehidupan kamu saat ini, tapi kamu tetap membutuhkan pendamping untuk menemani hari tua mu." Tutur Juna.
Juna yang biasanya tidak mau ikut campur soal kehidupan keponakannya itu, kini mulai tertarik untuk mencari tau kenapa Bryan tidak mau memiliki kekasih sampai detik ini. Juna bisa bilang bahwa Bryan tidak mau memiliki kekasih, sebab dia tau bahwa banyak wanita di luar sana yang tertarik pada Bryan. Jika Bryan mau, Bryan hanya perlu menunjuk saja untuk memiliki kekasih.
"Aku bisa melakukan semuanya sendiri, tidak butuh teman hidup." Jawabnya penuh percaya diri. Juna sampai terkekeh mendengar pernyataan konyol Bryan.
"Untuk memiliki keturunan, manusia tidak bisa melakukannya sendiri. Kita bukan Amoeba yang bisa membelah diri untuk berkembang biak." Ujar Juna diselipi tawa geli.
"Ada istilah sewa rahim untuk punya keturunan tanpa harus menikah dan berhubungan badan." Sahut Bryan enteng.
Juna melongo, dia tidak bisa berkata-kata. Keturunan Shaka yang satu ini memang ada gila-gilanya.
Alih-alih menasehati Bryan lagi, Juna malah buru-buru meninggalkan keponakannya itu. Sepertinya ini akan menjadi nasehat pertama dan dan terakhir dari Juna.
...******...
Annelise turun dari mobil Felix yang di parkirkan di halaman rumah Shaka. Wanita berambut panjang itu membawa buket bunga dan paper bag di tangannya.
"Pak Felix, apa kita terlambat.? Halamannya sudah penuh dengan mobil. Sepertinya kita tamu terakhir." Ujarnya pada Felix yang juga baru turun dari mobil.
Mereka berdua berangkat bersama, lebih tepatnya Annelise yang minta satu mobil dengan Felix. Sebab Annelise merasa malu jika datang sendiri.
Felix menatap arloji di pergelangan tangannya, lalu menggeleng pelan.
"Acaranya di mulai pukul 7, masih ada waktu sekitar 20 menit lagi sebelum di mulai. Ayo masuk." Felix berjalan lebih dulu menuju bangunan aula yang terletak di samping rumah utama. Pria itu sudah hapal beberapa sudut rumah bosnya karna sering datang ke rumah.
Annelise tampak ragu-ragu untuk masuk, jadi dia masih berdiri di luar pintu. Sedangkan Felix sudah melangkah masuk dan menyapa Shaka serta Jihan yang berdiri tak jauh dari pintu masuk. Pria itu juga membawa kado untuk anniversary orang tua bosnya.
"Anne, kenapa hanya berdiri di luar.?." Jihan menyapa ramah ketika melihat Annelise kebingungan di luar. Wanita paruh baya itu tampak ijin pada suaminya sebelum menghampiri Annelise.
"Kenapa tidak langsung masuk.? Jangan sungkan." Ujar Jihan ramah.
Annelise menjadi semakin tidak enak karna di perlakuan ramah dan baik oleh Jihan. Dia lantas tersenyum lebar meski terlihat kaku karna sedikit canggung.
"Selamat Bu, semoga pernikahan Ibu Jihan dan Pak Shaka selalu di berkahi dan selalu bahagia." Annelise menyodorkan buket bunga dan paper bag itu pada Jihan.
"Aamiin, terimakasih Anne. Kamu juga harus bahagia." Jihan mengusap pucuk kepala Annelise setelah menerima hadiah darinya.
Seketika mata Annelise berkaca-kaca, hati tersentuh dengan perhatian dan ketulusan Jihan. Annelise jadi teringat dengan mendiang Mamanya. Sejak di tinggal selama-lamanya oleh wanita yang melahirkannya, baru kali ini Annelise merasakan seseorang yang begitu tulus dan penuh kasih sayang ketika mengusap kepalanya.
"Anne, kamu baik-baik saja.?" Jihan menjadi panik ketika Annelise tiba-tiba meneteskan air matanya, namun segera di hapus.
"Saya baik-baik saja, hanya teringat dengan mendiang orang tua." ujarnya lirih, lalu memaksakan senyum.
Jihan tidak kaget, dia sudah mencari tau asal usul Annelise dan kedua orang tua Annelise memang sudah tiada.
Jihan meminta maaf, lalu mengajak Annelise mengobrol agar tidak larut dalam kesedihan. Keduanya lantas masuk ke dalam.
Acara langsung di mulai tak lama setelah Annelise bergabung di meja Felix dan para petinggi dari perusahaan Shaka yang hadir di sana. Tentu saja Annelise mengenal mereka karna 3 tahun bekerja di perusahaan milik Shaka.
"Tante, itu wanita itu yang ingin di jadikan menantu oleh Mommy." Bisik Flora pada Jasmine seraya menatap ke arah Annelise. Jasmine segera mengikuti arah pandangan Flora dan langsung tau wanita yang dimaksud oleh Flora.
"Dia terlihat baik dan sederhana. Sangat cocok untuk Bryan." Komentar Jasmine. Dia langsung memberi sinyal setuju kalau memang jodoh keponakannya adalah Annelise.
"Lihat, Bryan sepertinya tertarik padanya." Flora sudah mengalihkan pandangannya pada Bryan. Posisi meja Bryan ada di samping meja Annelise. Sekarang pria itu kedapatan sedang mencuri-curi pandang ke arah Annelise.
"Kita doakan saja supaya mereka berdua bisa bersatu. Tapi sepertinya akan melewati proses yang panjang. Kamu tau sendiri adikmu sangat dingin dan gengsinya setinggi langit." Tutur Jasmine seraya terkekeh geli.
Flora mengangguk setuju. Sikap dingin dan gengsi itulah yang membuat Flora kesal pada adiknya sendiri.
wajar klo sll salah paham...