"Dewa Penghancur"
Kisah ini bermula dari seorang pemuda bernama Zhi Hao, yang sepanjang hidupnya selalu menjadi korban penghinaan dan pelecehan. Hidup di pinggiran masyarakat, Zhi Hao dianggap rendah—baik oleh keluarganya sendiri, lingkungan, maupun rekan-rekan sejawat. Setiap harinya, ia menanggung perlakuan kasar dan direndahkan hingga tubuh dan jiwanya lelah. Semua impian dan harga dirinya hancur, meninggalkan kehampaan mendalam.
Namun, dalam keputusasaan itu, lahir tekad baru. Bukan lagi untuk bertahan atau mencari penerimaan, melainkan untuk membalas dendam dan menghancurkan siapa saja yang pernah merendahkannya. Zhi Hao bertekad meninggalkan semua ketidakberdayaannya dan bersumpah: ia tak akan lagi menjadi orang terhina. Dalam pencarian kekuatan ini, ia menemukan cara untuk mengubah dirinya—tidak hanya dalam penampilan, tetapi juga dalam jiwa dan sikap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jajajuba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14: Konspirasi
Zhi Hao, menggerakkan jarinya di sepanjang permukaan halus dinding batu. Itu adalah dinding yang berbeda dari yang lain, dibuat dengan teliti dari batu-batu yang seolah-olah berbisik tentang kisah-kisah yang terlupakan.
Tangan yang kasar akibat bertahun-tahun pelatihan itu menyentuh ketidakteraturan yang halus, sedikit pergeseran dalam tekstur.
Rasa ingin tahunya membara, ia menekan telapak tangannya pada anomali itu, kekuatannya mengalir melalui batu tersebut.
Dengan suara retakan yang menggema, batu itu menyerah, memperlihatkan sebuah lorong tersembunyi yang mengarah ke bawah.
Sebuah cahaya samar memancar dari kedalaman, memanggil Zhi Hao untuk maju. Ia ragu sejenak, pikirannya berjuang dengan ketidakpastian. Ini bukan dinding biasa; terasa dipenuhi dengan kekuatan yang membuatnya merinding. Namun, daya tarik ketidakpastian terlalu kuat untuk ditolak. Ia menarik napas dalam-dalam, jantungnya berdebar di dadanya, dan turun ke dalam kegelapan.
Saat matanya menyesuaikan diri dengan cahaya redup, ia menyadari bahwa ia berada di sebuah ruang bawah tanah yang luas. Dindingnya dihiasi dengan ukiran rumit yang menggambarkan adegan pertempuran, dewa-dewa, dan makhluk mitos.
Udara bergetar dengan energi yang tak terlihat, menggelitik kulitnya. Di tengah ruangan, dua peti yang ornamen berdiri sebagai penjaga, permukaannya bersinar dengan kilau yang terpolish.
"Ini adalah tempat rahasia Dewa Penghancur," suara menggelegar di telinganya.
Zhi Hao melihat Qianlong.
Qianlong mengisyaratkan ke arah peti-peti itu. "Buka, Zhi Hao. Di dalamnya terdapat Batu Energi yang aku maksud."
Zhi Hao, nafasnya tercekat di tenggorokan, mendekati peti-peti itu. Ia mengulurkan tangan yang bergetar dan mengangkat tutup peti yang pertama.
Di dalamnya, terletak tumpukan batu yang bersinar, berdenyut dengan cahaya lembut yang etereal. Itu adalah batu energi murni, memancarkan kehangatan yang meresap ke dalam dirinya. Ia merasakan gelombang kekuatan mengalir melalui nadinya, perasaan tak terkalahkan yang belum pernah ia alami sebelumnya.
Saat ia hendak meraih batu itu, sebuah pusaran energi meletus dari udara kosong, tentakel-tentakel menjulur ke arah Peti tersebut dengan kelaparan yang tak terpuaskan. Udara bergetar dengan kekuatan mentah, dan Zhi Hao merasakan dirinya tak bisa bergerak.
"Siapa yang mengambilnya?" Zhi Hao sangat terkejut, matanya membelalak, karena salah satu peti batu energi itu telah menghilang tanpa jejak.
Zhi Hao curiga kepada Qianlong, dan ia bertanya untuk mengonfirmasi kecurigaannya, "Apakah kamu yang melahapnya?" Namun Qianlong tidak menjawab, yang hanya semakin memperkuat keraguan Zhi Hao.
"Kalau begitu, ini jatahku," ujarnya, mengambil peti yang tersisa.
Ia membukanya perlahan, bersiap jika muncul pusaran energi spasial. Namun, tidak ada pergerakan sama sekali. Ia pun duduk di altar kuno yang ada di ruang bawah tanah.
Ia menyebarkan Batu Energi Murni di sekelilingnya dan mulai berkultivasi dengan Teknik Kultivasi Penghancur Surga.
Sebuah Pusaran Bintang muncul di atas kepalanya saat itu. Ada sekitar dua bintang yang berputar, menandakan bahwa ia sebenarnya sudah mencapai Ranah Bumi tahap kedua. Bintang-bintang itu menjadi pertandanya.
Lautan energi dalam tubuhnya bergerak, menerima Energi Murni dari Batu Spiritual tersebut, bergejolak seperti gelombang saat tsunami.
*
"Patriark, kami tidak bisa menemukan keberadaan Tuan Muda Hao. Kami sudah mengecek kedalaman Hutan itu dan sungguh tidak ada hal aneh, mayat, bahkan sisa-sisa pertarungan tidak ada." ucap seorang pelapor itu, suaranya gemetar.
Zhi Sao mengerutkan kening, rahangnya mengeras. "Sialan, siapa dalang sebenarnya. Tetua Wang juga tidak kembali. Sepertinya dia mungkin sudah mati." ia bergumam, matanya menyala dengan amarah yang terpendam.
Meskipun sudah mengerahkan banyak pasukan Klan Zhi, tetap saja Zhi Hao, putra tunggal dan pewaris Klan Zhi, tidak ditemukan.
"Token kehidupannya masih menyala, artinya dia masih hidup sekarang. Tidak dapat dipungkiri itu. Tapi kita tidak tahu siapa pembunuh sebenarnya! Kamu, harus perhatikan setiap orang di Klan Zhi, laporkan sesuatu yang mencurigakan." ujar Patriark Zhi Sao, suaranya dingin dan penuh otoritas.
"Baik, Patriark!" orang itu mengangguk, tubuhnya gemetar.
Zhi Sao menghela nafas, pikirannya melayang ke masa lalu. Ia telah mengabaikan Pemuda tersebut. “Maafkan aku, Nak.” Ia bergumam kembali.
*
"Apakah kalian memastikan semuanya bahwa dia mati?" Zhi Renxiao menatap bawahannya, seorang pria kekar dengan luka bekas perkelahian di wajahnya.
"Maafkan kami Tuan, untuk bawahan Tuan Muda kedua Zhi Long, mereka sudah kami habisi. Tapi untuk Tuan Muda Sampah itu, ia seolah di telan bumi. Menghilang begitu saja. Kami melihat dengan mata kepala kami sendiri. Para bawahan Tuan Muda kedua terlalu banyak membuang waktu, sehingga ia menghilang." sahut bawahan Zhi Renxiao, menunduk dengan rasa bersalah.
"Tapi kalian membersihkan tanpa ada jejak yang dapat ditelusuri, bukan?" Zhi Renxiao kembali bertanya, suaranya dingin menusuk.
"Kami dapat memastikannya, Tuan."
"Bagus. Ini untuk kalian!" Zhi Renxiao memberikan satu kotak, mendorongnya ke hadapan bawahannya itu. Kotak itu berisi koin emas yang berkilauan, hadiah bagi mereka yang telah menjalankan tugasnya dengan baik.
"Terima kasih Tuan," ucap bawahan itu, tangannya gemetar menerima kotak itu. Ia tahu, tugas mereka belum selesai. "Tuan Muda Sampah" itu harus ditemukan, dan dihilangkan.
Sementara di kediaman Zhi Long. sudah dua hari Tetua Mo tidak kembali.
"Apa yang terjadi pada Tetua Mo?" Zhi Long bergumam.
Swoosh!
seseorang turun di hadapan Zhi Long yang berada di jendela, ia membungkuk sambil berkata, "Tuan Muda kedua, kami menemukan Jasad Tetua Mo di bawah Jurang, dia dikalahkan oleh Teknik Pedang Tetua Wang.” ujar pelapor itu.
“Tapi apakah kamu menemukan keberadaan Tetua Wang?” tanya Zhi Long.
“Dia juga mati, Tuan!”
Serang dong jangan d serang