Afika Lestari, gadis cantik yang tiba-tiba di nikahi oleh pria yang sama sekali tidak di kenal oleh dirinya..
Menjalani pernikahan dengan pria yang ia tidak kenal yang memiliki sifat yang kejam dan juga dingin, membuat hari-hari Afika menjadi hancur.
Mampukah Afika bertahan dengan pernikahan ini?
Atau mampuka Afika membuat pria yang memiliki sifat dingin dan kejam menjadi baik, dan mencintai dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKD 30
Rangga begitu sangat bahagia, kala dirinya sudah mendapatkan sejumlah uang dari Bastian. Uang cash yang akan segerah ia bawah ke mension Adrian. Rangga sudah tidak sabar ingin mengambil Afika kembali dari penjara yang Adrian bangun. Dengan perasaan bahagia, Adrian mengendarai mobilnya menuju kota terpencil di mana mension Adrian berada, namun tiba-tiba ponsel Rangga berdering. Panggilan dari sang asisten membuat Rangga langsung menjawab.
"Tuan. Perusahaan saat ini sedang goyang." Kata sang asisten di seberang sana, saat panggilan terhubung.
"Apa? Kenapa bisa? Bukan kah sudah ada Bastian yang menanam saham di perusahaan."
"Betul tuan. Hanya saja pemegang saham yang lain tiba-tiba menarik saham mereka kembali. Dan berkata tidak akan menanam saham lagi."
"Sial!" Umpat Rangga sambil memukul stri kemudi mobil. Usaha yang sudah ia rencanakan kini harus ia batalkan kembali. Rencananya yang akan membawa pulang Afika hari ini harus gagal karena guncangan perusahaan yang harus membuatnya kembali masuk bekerja. "Adrian, aku tahu ini semua ulah mu." Teriak Rangga sambil mencengkram kuat kemudi mobil.
Sedangkan Adrian yang berada di mension megah miliknya kini bisa tersenyum senang. Karena Rangga tidak bisa datang mengambil Afika darinya. Bagi Adrian apa yang sudah menjadi miliknya tidak akan bisa di sentuh oleh orang lain.
"Dri, ayo minum kopimu." Kata Inggrid membuat Adrian langsung menoleh ke kopi yang sudah di letakkan Inggrid di atas meja. Adrian hanya diam menatap tajam ke arah kopi. Hawa di dalam ruangan kerja Adrian tiba-tiba terasa dingin. Inggrid merasa kali ini Adrian benar-benar berbeda. Padahal tadi, Adrian sudah menyambutnya dengan sangat hangat. Jadi Inggrid berpikir jika Adrian sudah memaafkan kesalahan yang telah ia buat. "Maafkan aku Adrian."
"Keluar!" Titah Adrian yang tidak ingin terbantahkan lagi. "Keluar sekarang juga, dan jangan pernah coba masuk ke dalam ruangan ini lagi." Lanjut Adrian dengan nada keras sehingga membuat Inggrid langsung keluar tanpa berbicara sepatah kata pun. Inggrid masih bertanya-tanya dalam hati, kenapa Adrian ingin dirinya tinggal di tempat ini jika belum memaafkannya, lalu apa tadi? Kenapa sikap Adrian sangat berbeda dengan sikap saat menyambut kedatangannya. Namun Inggrid tidak ambil pusing, di terima di mension ini sudah bisa membuat perasaannya bahagia. Lalu beberapa saat kemudian, Afika masuk ke dalam ruangan kerja Adrian melewati Inggrid tanpa sepatah kata pun.
"Siapa dia? Apa dia pembantu baru di mension ini?" Gumam Inggrid, dan berlalu dari sana, berjalan menuju kamar Baby. Gadis yang dulu sangat dekat dan juga begitu sangat manja padanya saat dirinya masih menjalin hubungan dengan Adrian.
"Kau sedang apa?" Tanya Inggrid saat dirinya sudah masuk ke dalam kamar. Baby tidak menjawab dirinya hanya diam saja, membiarkan Inggrid berjalan mendekatinya. "Maaf." Kata Inggrid lalu duduk di samping Baby.
"Maaf?" Baby tersenyum sinis. "Aku tidak butuh kata maaf dari wanita yang tukang selingkuh." Sindir Baby dengan penekanan ucapan di kata selingkuh.
"Baby. Aku khilaf, aku akui aku salah. Itulah mengapa aku datang untuk meminta maaf."
"Bukan khilaf, tapi keenakan. Kau itu seperti jablai saja. Karna kak Adrian sibuk kau justru mencari pelukan pria lain. Kenapa? Kenapa datang sekarang? Kau menyesal? Tapi sayang, menyesal pun tidak akan membuat kak Adrian kembali mencitaimu." Jelas Baby, agar Inggrid bisa sadar jika seseorang yang sudah melakukan perselingkuhan tidak akan bisa mendapatkan maaf dan tempat lagi. Sebenarnya Baby sangat menentang keputusan Adrian untuk memberikan izin pada Inggrid agar tinggal di mension. Tapi Baby pun juga kembali tersadar, kedatangan Inggrid bisa membuat apa yang kelak ia minta bisa segerah di kabulkan oleh Adrian. "Keluarlah, aku ingin istirahat." Pinta Baby.
•••
"Jangan pernah bergerak sedikit pun sampai cemilanku habis." Ucap Adrian saat Afika meletakkan sepiring brownis coklat di atas meja. Afika pun hanya bisa diam berdiri di samping meja Adrian. Sesekali menatap Adrian yang memakan brownis tersebut.
"Bagaimana bisa habis jika caramu memakannya seperti itu." Gumam Afika yang masih dapat di dengar oleh Adrian, sehingga membuat Adrian berhadem yang cukup membuat Afika terkaget.
"Kau bilang apa? Apa kau mau mendapat hukuman yang lebih berat?" Tanya Adrian dengan nada yang berat.
Setengah jam berlalu. Kaki Afika kini mulai terasa keram karena terus berdiri. "Apa boleh aku duduk? Aku janji tidak bergerak setelah duduk." Kata Afika, dan lagi-lagi membuat Adrian berhadem. Afika yang merasa lelah tidak menggubris lagi jawaban dari Adrian, dia langsung berjalan menuju sofa dan langsung duduk sambil menyandarkan tubuhnya. "Ahh, legahnya." Gumam Afika, sambil mengusap perutnya. Kegiatan spontan yang sering sekali Afika lakukan untuk berkomunikasi dengan buah hatinya yang berada di dalam kandungannya.
Dan selang beberapa saat kemudian kantung pun datang. Perlahan Afika menutup matanya, dan masuk ke alam mimpi. Adrian yang mendengar dengkuran halus dari arah sofa, langsung berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri Afika yang saat ini sedang duduk sambil tertidur pulas. Adrian terus memandang wajah Afika, hingga senyum tipis terukir.
Afika menggeliatkan tubuhnya sehingga membuat Adrian yang berada di di dekatnya langsung bergegas pergi kembali le tempat duduknya, dengan bernafas lega, karena setidaknya Afika tidak tahu jika sejak tadi dirinya terus saja memperhatikan wajah Afika yang sedang tertidur dengan sangat pulas. "Bisa-bisanya dia tertidur di keadaan yang seperti ini." Gumam Adrian.
Suara pintu ruang kerja terbuka lebar dan sangat keras sehingga membuat Adrian langsung menoleh ke arah pintu.
"Kak, kak Adrian." Panggil Baby dengan suara yang keras sehingga membuat Adrian spontan menaruh jari telunjuknya tepat di depan bibirnya. Memberikan isyarat pada Baby agar diam. Baby yang tidak mengerti kembali melanjutkan langkahnya. "Ka.." Ucapan Baby menggantung kala Adrian menunjuk sofa. Mata Baby langsung tertuju pada Afika yang saat ini sedang tertidur dengan sangat pulasnya. Dan kini Baby tahu jika Adrian melarang dirinya agar tidak mengganggung tidur nyenyak Afika. Perlahan Baby melangkah lalu duduk di kursi tepat di depan meja kerja Adrian. "Sampai kapan Inggrid akan tinggal di mension ini?" Tanya Baby, dan Adrian hanya diam. "Apa kak Adrian benar-benar masih mencintainya?"
"Aku mencinta.."
"Eehhmm." Suara Afika terbatuk membuat Adrian tidak melanjutkan ucapannya. "Maaf, apa boleh saya keluar?"