Suatu hari seorang ksatria yang kehilangan ingatannya terbangun di dalam sebuah rumah dan ternyata itu adalah rumah seorang gadis cantik yang buta bernama Alaina alaisa dan seekor gagak yang bisa berbicara.
Setelah berbincang-bincang akhirnya sang Ksatria di beri nama oleh alaina yaitu ali, mereka pun akhirnya hidup bersama.
Namun tanpa di sadari, awal dari pertemuan itu adalah takdir dari tuhan. karena mereka adalah orang terpilih yang akan menyelamatkan bumi dari ancaman iblis szamu yang akan bangkit.
Inilah kisah ali dan alaina yang akan memimpin umat manusia memerangi kedzaliman iblis szamu dan pengikutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukron bersyar'i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelatihan dasar
"Ayah!!! Berjanjilah untuk tetap hidup! Sampai aku kembali!"
"Ayah!!''
"Ayaaaaah"!!!
"Aku bukan ayahmu!!! Banguuuuuuun woi Ali tongtong!!!!!" Teriak Reno mencoba membangunkan ku sambil mematuk kepalaku dengan keras. .
"Ayaaaaaaahhhhh!!!!!,,, huaaa ... haah....Hah... Hah.." Teriakku saat terbangun dari mimpi buruk ku.
"Oiiii, gausah teriak bisa kali! Ngagetin aja!, bodoh!!" Celoteh Reno sambil mematuk kepalaku.
Aku terdiam sejenak memikirkan apa maksud dari adegan yang terus berulang-ulang muncul di mimpiku, jantungku berdebar sangat kencang, dan kepalaku menjadi sakit setiap kali bangun dan saat aku mencoba mengingatnya lagi.
"Oiiii.. Sadar oi Ali tongtong! Tadi teriak sekarang malah melamun! aelah ini orang, berak-kin juga nih!" Celoteh Reno.
"O-iiyyaa Reno, maaf, memang ada apa membangunkan aku sepagi ini?" Tanyaku.
"Pake nanya lagi!! Mau di pukul dulu biar ingat apa gimana? Kemarin mohon-mohon minta latihan, sekarang berlaga lupa, sudah bodoh, pelupa pula, hidup lagi! Dasar Ali tongtong!".
Gawat aku benar-benar melupakan tentang latihan bersama Reno, ini akibat mimpi yang menggangguku. Jika sudah seperti ini akan menjadi sulit untukku menghadapi Reno, aku hanya bisa terus-terusan meminta maaf kepadanya, jika tidak seperti itu ia tidak akan pernah berhenti mengomeli ku.
Aku pun bergegas membereskan kamar, dan bersiap untuk latihan, dan sepanjang waktu aku membereskan kamar dan menyiapkan diri Reno tak henti mengomeli ku.
Setelah semuanya selesai kami berdua pergi ke belakang halaman rumah untuk berlatih. Terlihat tampak remang-remang sekelilingku tersebut matahari yang belum menunjukan sinarnya, aku sedikit terheran dan menggerutu dalam hati, mengapa harus latihan di waktu yang sepagi ini? Apakah tidak ada waktu lain yang tepat atau setidaknya menunggu matahari terbit dahulu.
Namun aku sedikit memahami, mungkin ini adalah metode terbaik yang dimiliki Reno untukku agar aku lebih cepat menguasai latihan pertamaku.
"Baiklah sekarang kita mulai latihanmu! Lihat di sebelah kananmu ada apa?" Ucap Reno dengan tegas.
"Sapu dan arit." Jawabku.
"Yap benar, gunakan itu untuk membersihkan semua rerumputan sekitar sini sampai rapih!" Ujar Reno.
"Kok? Bukanya kita ingin latihan, Reno?" Tanyaku.
"Tugasmu hanya perlu melakukan apa yang aku pinta! dan panggil aku guru Reno!" Ucapnya tegas.
"Oke baik guru!" Jawabku.
"Bagus! Waktunya sampe matahari terbit, ingat itu!" Ucap Reno lalu pergi meninggalkanku.
Akupun menuruti perintahnya Reno untuk membersihkan semua rerumputan dan alang-alang yang telah menjalar tinggi, awalnya aku sedikit kesal dengan Reno yang seperti semena-mena menyuruhku dengan dalih latihanku, walaupun sebenarnya jika ia meminta dengan cara yang lebih baik aku pasti akan melakukannya. Namun akhirnya aku mengerti setelah aku hampir menyelesaikan tugasku, bahwa semua ini dilakukan Reno demi Alaina. aku menyadari alasan Reno menyuruhku melakukan hal ini, karena hanya aku yang bisa melakukannya dan untuk memberikan aku sebuah tanggung-jawab khusus, yaitu untuk mengurusi semua yang ada disekitar rumah, karena Reno tidak bisa melakukan itu.
Beberapa waktu kemudian akhirnya tugas pertamaku selesai tepat dimana matahari terbit, cukup melelahkan dan cukup memuaskan melihat hasil yang bagus dari pekerjaanku. Setelah itu aku kembali untuk melapor hasil pekerjaanku kepada guru Reno.
"Guru! Tugas pertamaku telah selesai, sekarang apa lagi yang harus aku lakukan?," Tanyaku.
"Bagus muridku! Sekarang lihat sekelilingmu, bereskan secepatnya setelah itu baru kita memasuki latihan pertama yang sebenarnya!" Ujar Reno.
"Yosh!" Jawabku.
Aku bergegas membereskan semua yang menurutku harus di bereskan, mengetahui setelah ini adalah latihan yang sebenarnya aku sangat bersemangat untuk membereskan semua ini secepatnya. Di penghujung pekerjaanku, dari kejauhan Alaina meneriaki ku menawarkan aku untuk segera sarapan namun aku menjawab aku akan sarapan setelah semua pekerjaan aku selesai aku akan segera pergi sarapan.
Beberapa saat kemudian, aku telah selesai membereskan semuanya dan segera kedalam rumah menuju sarapan.
"Terimakasih atas kerja kerasnya" Ucap Alaina.
"Sama-sama, aku kira sekarang pekerjaan ini sudah menjadi tanggung jawabku sebagai ucapan terimakasih telah mengizinkan aku tinggal disini, dan ini akan menjadi pekerjaan tetap aku setiap hari." Ucapku.
"Baiklah tapi jangan terlalu memaksakan diri, sebelum lukamu benar-benar telah sembuh." Ucap Alaina.
"Cepat habiskan makananmu! Aku tunggu di halaman rumah!." Celoteh Reno.
"Baik guru!" Ucapku.
Setelah selesai memakan sarapanku aku bergegas pergi kembali menemui guru Reno di halaman rumah, dan ia mengajak pergi ke sungai yang terletak tak begitu jauh dari belakang pekarangan rumah, setelah sampai aku sedikit takjub akan keindahan alam yang aku lihat, aku tak menyangka sebelumnya bahwa disini ada air terjun yang sangat indah.
"Buka bajumu!" Ucap Reno.
"Untuk apa?," Tanya ku.
"Tak perlu banyak tanya, cepat, habis itu buka kain yang menutupi lukamu!" Tegas Reno, aku pun langsung membuka bajuku dan kain pada luka-lukaku.
"Lukamu sudah cukup membaik, akan aku sembuhkan" Tuturnya.
"Emang bisa?" Tanyaku.
"Bisa, udah jangan banyak nanya, diem aja, bisa kan!" Celotehnya.
Lalu Reno memegang punggung ku dengan sebelah sayapnya tanpa bersuara, lalu ada kehangatan yang aku rasa di sekujur tubuhku, sesuatu yang mengalir kedalam sela-sela sel tubuhku, dan aku pun memperhatikan luka kecil yang ada di tanganku yang dengan seketika luka itu hilang tanpa bekas, aku sangat terkesan, ternyata guru Reno sehebat ini.
"Hebat guru! Luka ku bisa hilang seperti ini! Ternyata guru bisa menggunakan sihir juga seperti Alaina, ya!" Ujarku takjub.
"Hmmm itulah mengapa kau harus memanggilku guru! Tapi ini belum seberapa, karena sebagian kekuatanku masih tersegel." Ujarnya.
"aku akan mengajarimu cara mengeluarkan mana, namun sebelum itu aku akan menjelaskannya terlebih dahulu kepadamu apa itu mana, Mana adalah sumber yang menentukan apakah kamu bisa menggunakan sihir atau tidak, setiap orang memiliki mana tapi belum tentu ia bisa menggunakan sihir, karena setiap manusia memiliki kapasitas mana yang berbeda beda, mengerti!. " Tuturnya.
"Aku belum begitu mengerti, tapi akan aku coba ingat perkataanmu guru, jadi apakah aku bisa menggunakan sihir, guru?. " Tanyaku.
"Bisa saja, namun kapasitas mana mungkin tak sebesar aura yang ada di dalam dirimu, namun dengan sedikit latihan dariku bisa menambah atau menyeimbangkan kapasitas mana dan auramu. " Ujarnya.
"Aura? Apa itu aura guru?. " Tanyaku.
"Hueeeehh, susah memang memiliki murid bodoh sepertimu!" Celotehnya.
"Hehe, maaf guru." Jawabku.
"Dengar ini baik baik, Aura adalah energi kehidupan yang ada di setiap makhluk hidup, semakin besar aura suatu makhluk semakin besar kemungkinan ia adalah sosok yang sangat hebat dan setiap makhluk hidup memiliki warna aura yang berbeda-beda, contohnya beruang grizly dan monster-monster lainya yang memiliki aura gelap di sekelilingnya, sedangkan seperti hewan hewan biasa lainya kebanyakan memiliki warna aura kehijauan, untuk bisa mengetahui aura seseorang perlu keahlian khusus, itu lain waktu akan aku beritahu, akan memakan banyak waktu bila aku menjelaskan semuanya dan akan sulit bagimu untuk memahami semuanya, karena kau bodoh!" Ungkap Reno.
"Baiklah guru, sebagian besar dari yang guru jelaskan kiranya ada beberapa hal yang aku mengerti, sekarang apa yang akan kita lakukan guru?" Tanyaku.
"Sekarang yang harus kamu lakukan adalah bermeditasi dibawah air terjun, jangan beranjak sebelum aku memintanya!. " Ujarnya.
"Aku tidak mungkin bisa melakukannya guru!" Jawabku.
"Oiii, jangan membantah cepat lakukan!" tegasnya.
Aku pun langsung pergi berenang menuju batu besar yang berada tepat dibawah air terjun itu, melihat dari dekat betapa derasnya curah air yang turun di hadapanku, sepertinya ini akan menjadi latihan yang sangat sulit bagiku. Aku perlahan-lahan mencoba bagaimana rasanya bermeditasi tepat dibawah derasnya air terjun dengan mulai menyodorkan bagian punggung ku ke air terjun dan benar saja tubuhku tak sanggup menahan tekanan air yang begitu deras dan itu sangat menyakitkan. Akupun melambaikan tangan kepada guru Reno tanda bahwa aku tak mungkin aku ia hanya berteriak mengatakan, "kuncinya ada di kepalamu, jangan terlalu focus pada derasnya air! Fokuslah betapa kuatnya dirimu! Jikalau kau gagal aku tidak akan pernah lagi mengajarimu."
Aku kurang mengerti apa yang di maksud oleh guru Reno tetapi akan aku coba, focus kepada pertahanan tubuhku dan mencobanya kembali, namun tetap saja tubuhku tidak bisa menahan hentakan derasnya air terjun itu, berulang-ulang kali aku coba dan sama saja tubuhku terpental, terdorong oleh derasnya air terjun yang turun, namun aku tidak boleh menyerah begitu saja di hari pertama latihanku aku hanya terus mencobanya.
...*beberapa waktu kemudian*...
Aku sudah mulai lelah dan kehabisan tenaga untuk mencoba bermeditasi tepat dibawah air terjun ini, ini sungguh tak masuk akal, mungkin tidak ada satupun orang yang sanggup berdiri sambil menahan air terjun yang deras ini dengan waktu yang cukup lama, aku ingin menyerah tapi aku tidak bisa melakukannya, sangat membuatku frustasi.
"Mengapa kau berdiam diri!" Ucap Reno saat datang menghampiriku.
"Aku tidak sanggup lagi guru, ini sangat sulit dilakukan," Jawabku.
"Dasar payah, yah.. Memang untuk pemula seperti mu, sangat mustahil bisa bermeditasi dengan mudah saat pertama kali mencobanya, kita akhiri dulu meditasinya sampai disini, sekarang cepat ketepian , karena ada hal lain yang harus kau lakukan. " Ujar Reno.
"Akhirnya penderitaan ini berakhir. " Gumam ku, akupun langsung pergi berenang kembali ketepian sungai.
Setelah sampai ketepian, tampak ada 4 buah gentong kosong berukuran sedang yang telah disiapkan oleh Reno, aku tidak tahu apa untuk apa ia menyediakan itu.
"Untuk apa 4 gentong kosong ini guru?. " Tanya ku.
"Isi 4 gentong itu dengan air lalu bawa semuanya kerumah" Ujarnya.
"Untuk apa?, bukanya di sana sudah ada mata air yang tak mungkin habis meskipun di keruk?" Bantahku.
"Kau sudah berani membantahku?!" Ucapnya dengan tegas.
"Maaf, bukan begitu maksudku guru." Jawabku.
" Yasudah lakukan sekarang! Ingat jangan sampai satu tetes pun yang terjatuh ketika kau membawanya, satu tetes saja jatuh aku akan menumpahkan semuanya, dan kau harus mengulanginya dari awal!" Ujarnya.
"Apa aku tidak salah dengar? Tidak jatuh setetes pun? Itu sangat mustahil, membawa empat gentong berukuran sedang berisikan air penuh menuju rumah dengan jarak yang cukup jauh dan tidak boleh ada setetes pun air yang jatuh saat perjalanan? Itu sangat tidak masuk akal." Gumam ku menggerutu, sebenarnya aku ingin memprotesnya dan meminta keringanan latihan, namun itu amat sangat percuma, protes ku tidak akan di dengar oleh nya, aku hanya bisa pasrah mengikuti cara latihan darinya dan mencobanya sebisaku.
Akupun mengisi ke empat gentong tersebut dan membawanya secara berhati-hati, namun baru saja beberapa langkah aku membawanya, bukan setetes air lagi yang tumpah mungkin setengah gayung yang tumpah dari setiap gentong air yang aku bawa, bukan hanya karena berat saja, tapi juga karena betapa sulitnya menjaga keseimbangan ke empat gentong tersebut karena air akan terhuyung-huyung seperti ombak ketika aku berjalan membawanya, dan ketika beberapa air tumpah dari keempat gentong yang aku bawa, tong tersebut terhempas seperti terdorong oleh angin dan membuat semua air tumpah, dan aku harus mengisi ulang dari awal. Namun, kejadian itu terjadi berulang-ulang gentong selalu terhempas ke udara saat ada air yang tumpah meskipun itu hanya sedikit saja, sepertinya gentong ini telah di buat khusus oleh guru Reno untuk latihanku hari ini.
Lagi-lagi aku dibuat frustasi di hari pertama latihan ku, sangat menguras fisik dan mental, cara pelatihan yang amat kejam menurutku, rasanya ingin aku hancurkan saja keempat tong ini.
...*Beberapa waktu kemudian*...
Matahari hampir tenggelam, tapi aku masih belum bisa membawa keempat tong air ini menuju rumah, aku masih berada di sekitar sungai, karena air terus-menerus tumpah dari gentong-gentong yang aku bawa, aku hampir setengah gila karena gentong-gentong ini, seharian aku bolak-balik mengisi dan membawanya tapi hanya mampu membawanya tanpa tumpah sekitar 10 m, masih panjang perjalananku ini untuk sampai menuju rumah dengan keempat gentong-gentong air ini, ini percobaan terakhir ku jika ini masih gagal sudah sepertinya lebih baik aku menyerah.
"Jika kau ingin mengakhiri latihan hari ini, taruh keempat gentong-gentong itu dimanapun saat kau merasa lelah sebagai check point untuk hari esok, asal tidak ada setetes pun air yang terjatuh saat kau menaruhnya. " Ujar Reno.
"Kenapa ga bilang dari tadi guru, jika tahu boleh seperti itu sepertinya akan lebih mudah aku lakukan. " celotehku.
"Mau ku tarik lagi apa yang aku ucapkan tadi?" Ucapnya.
"T-tidak - tidak, maafkan aku guru, aku hanya bercanda, hehe. " Jawabku.
"Yasudah cepat lakukan, hari sudah mulai gelap!" Ucapnya.
Aku kembali mengisi keempat gentong air itu dan membawanya secara ekstra berhati-hati, sebisa mungkin aku akan mencoba menaruhnya di tempat yang lebih jauh dari sebelumnya aku membawa gentong-gentong air ini tanpa ada yang tumpah setetes pun. Sial, bahuku seperti ingin lepas dari tubuhku, dan kaki-kakiku ku sudah bergetar hebat, sedikit lagi kumohon tubuhku, bertahanlah, kamu pasti bisa melewati rintangan ini.
Dan akhirnya akhirnya aku bisa sedikit lebih jauh melewati tempat dimana biasanya air pada gentong-gentong ini tumpah, meskipun hanya berbeda satu langkah saja aku berhasil menaruh keempat gentong air ini tanpa ada setetes pun air yang terjatuh.
"Yap, bagus kau ada kemajuan Ali, meskipun hanya satu langkah! Hahahahahaha!. " Celoteh Reno.
"Kesal sekali aku mendengar Reno mengolok-olok ku seperti itu, andai saja dia bukan burung, pasti aku sentil dikit ginjalnya." Gumamku.
"Apa kau melihatku seperti itu! Ingin melawan gurumu?" Ucap Reno.
"Heheh tidak guru, aku hanya sedang melihat bagaimana hebatnya dirimu melatih ku." Ungkap ku untuk menghindari hal-hal yang dapat merugikan aku.
"Bagus jika seperti itu, sekarang kita pulang. " Ucap Reno.
Akhirnya latihan pertamaku telah selesai, meskipun secara harfiah aku belum menyelesaikannya sama sekali, namun hari esok aku akan mencobanya kembali. Sekarang waktunya untuk beristirahat, karena seluruh tubuhku terasa sangat menyakitkan. kami pun tiba di rumah, ternyata alaina telah menyiapkan beberapa makanan dan buah-buahan untukku, seketika rasa lelahku sedikit mengurang, mungkin ini persis seperti apa kata pepatah "Setelah gelap terbitlah matahari dari barat, eh gimana si yang bener, ah tau dah pokoknya seperti itu. " terimakasih untuk hari ini, hari yang hebat.