Melody Mikayla gadis berusia 18 tahun terpaksa harus menikah dengan Alvaro Evano seorang pria yang jauh lebih tua darinya, bukan usia yang menjadi persoalannya, tetapi Alvaro adalah orang asing baginya dan sudah memiliki kekasih. Alvaro mau menikah dengan Melody karena terjerat masalah di masa lalu, masalah apa yang membuat Alvaro tidak bisa menolak pernikahan itu padahal mempunyai kekasih? Lantas, bagaimanakah kisah pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ailah Sarii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alvaro Tertipu
Alvaro tengah menggigit sepotong roti sambil duduk di kursi meja makan, tatapannya beralih pada Melody yang baru saja datang ke sana untuk mengambil sarapan juga. Langkahnya terhenti ketika mengetahui ada Alvaro.
Melody heran karena Alvaro memperhatikan tas yang dipakainya sehingga membuatnya ikut melihat ke sana. Alvaro langsung memalingkan wajahnya ketika wanita itu mengetahuinya.
"Wahh Melody kamu cocok banget pakai tas ini," ucap Ardiaz yang tiba-tiba muncul di belakangnya.
Melody hanya tersenyum, Ardiaz kembali berkata kalau ia memang sudah memikirkan sejak awal ketika membeli tas itu pasti akan sangat bagus jika digunakan oleh Melody. Alvaro membawa rotinya pergi meninggalkan tempat tersebut.
Ardiaz iseng mengatakan kalau Alvaro cemburu karena dekat-dekat dengan Melody. Alvaro tidak terima sehingga melemparkan sisa rotinya yang mengenai dada Ardiaz. Diambilnya makanan itu sambil membersihkan pakaiannya.
Kemudian ia mengajak Melody untuk sarapan, wanita itu hanya diam saja memikirkan menjadi tidak enak karena kedatangannya sudah menganggu waktu makan Alvaro. Melody tidak jadi sarapan dengan alasan harus segera tiba di kampus.
Di depan rumah Melody bingung karena sopir yang biasa mengantarnya ke kampus tidak ada di sana kata pembantu pergi dengan majikan perempuannya. Melody bingung, Ardiaz tiba-tiba datang mengatakan sebaiknya Melody pergi dengan Alvaro saja.
"Kamu juga punya mobil kenapa gak sama kamu aja?" tanya Alvaro pada adiknya.
"Di sini yang lebih berhak itu suaminya bukan adik iparnya," jawab Ardiaz membuat sang Kakak naik darah.
Alvaro membelalakkan matanya, lalu mengatakan kalau ia tidak mau mengantarkan Melody. Jika tidak pergi dengan Ardiaz, ia bisa menghubungi seseorang untuk mengantarkannya.
Melody tidak menjawab, ia memeriksa ponselnya yang berbunyi. Satu pesan masuk dari Alex yang menawarkan tumpangan karena sebentar lagi mau lewat depan rumah itu. Terpaksa, Melody mengiyakan ajakan dari pria tersebut.
Alvaro yang tidak peduli masuk mobil menghidupkan mesinnya, pandangannya beralih ke arah lain kala melihat motor berhenti di depan pagar rumahnya. Ia menatap heran di balik kaca.
"Melody," panggil Alex membuat gadis itu melihat ke arahnya.
Melody mengatakan pada Ardiaz kalau ia mau berangkat dengan temannya saja. Ardiaz melihat Alex, tidak asing lagi baginya karena sudah pernah bertemu. Alex mengangkat sebelah tangannya ketika melihat Ardiaz, dibalaslah oleh pria tersebut.
Sang Kakak memperhatikan mereka secara bergantian, merasa aneh mengapa adiknya seperti akrab dengan orang yang bersama Melody. Alvaro merasa pernah melihatnya, tetapi lupa entah di mana, akhirnya ia tidak peduli.
Alex merasa senang karena bisa pergi dengan gadis pujaannya, setibanya di tempat tujuan mereka menjadi bahan teriakkan teman-teman keduanya. Nara mengatakan kalau Melody sepertinya semakin dekat dengan Alex karena sampai boncengan.
"Nggak kok, ini cuma kebetulan aja gak ada yang nganter."
"Biasanya dari kebetulan jadi keterusan," sela Gita membuat semuanya tersenyum kecuali Silvi.
Silvi ini naksir Alex secara diam-diam, tidak ada orang yang tahu tentang Alex. Waktu itu ia pernah hampir terkena bola basket, tatapi bolanya berhasil diambil Alex. Merasa ada sosok pelindung, akhirnya Silvi suka pada Alex karena lama-lama sering melihatnya.
Hanya saja perasannya ini menjadi campur aduk ketika selalu melihat Alex yang berusaha mendekati Melody, tetapi Silvi tidak mampu berbuat apapun karena ia bukan siapa-siapa. Ia akan tetap merahasiakan perasaannya itu.
"Jangan gitu nanti Melody marah," larang Indy.
"Santai, aku gak akan nangis udah gede."
Alex pamit pergi karena ada urusan mau melakukan pembayaran kuliahnya. Sementara, di tempat lain Serena agak kesal karena kekasihnya di hari ulang tahunnya hanya memberikan sepasang sepatu saja. Ia pikir akan memberikan hadiah yang lebih istimewa.
Padahal sepatu itu cantik dan harganya lumayan mahal, hanya saja Serena tetap merasa kurang. Mau marah, tetapi ia kembali berpikir sudah mendapatkan mobil baru dari kekasihnya. Lagian, kalau mau barang-barang lain juga bisa minta lagi padanya.
Kenapa harus risau, seharusnya tidak perlu di pikirkan. Selama setahun hubungannya dengan Alvaro, Serena ini memang tidak pernah serius untuk menjalin hubungan karena ia tidak mencintainya, ia hanya mau hartanya saja. Sebab, dengan berpacaran dengan Alvaro bisa mendapatkan segalanya.
Padahal, ia juga bukan orang tidak punya. Orang tua Serena juga punya perusahaan restoran, sedangkan ayah memang sudah sejak lama tidak ada. Semenjak itu kekayaan mereka menjadi turun drastis, tetapi mereka tidak kesusahan.
Hanya saja akibat kehidupannya yang dahulu selalu bergelimang harta sedangkan sekarang tidak, tentu saja membuat Serena tidak bisa menerima kenyataan. Ia tetap ingin terlihat menjadi orang kaya ketika di khalayak umum. Dengan cara memanfaatkan Alvaro sebagai dana untuk memenuhi semua keinginannya.
Ibunya memang jarang di rumah, sehingga wanita itu menghubungi anaknya menanyakan apakah benar Serena mendapatkan mobil baru dari kekasihnya?
"Iya, Ma. Dia baik banget ngasih aku mobil mewah," jawabnya dengan netra berbinar-binar.
Ibunya berbeda dari putrinya, sehingga ia mengatakan mengapa kekasihnya sampai memberikan mobil mahal? Apa mungkin Serena minta padanya? Serena kesal, tentu saja ia mengatakan tidak minta hanya saja diberikan oleh kekasihnya.
"Mama gak mau ya kalau sampai kamu minta-minta ke pacar kamu itu, kamu harus punya malu."
Tidak mau mendengarkan ucapan ibunya, Serena mematikan sambungan telepon secara sepihak. Di balik telepon, ibunya merasa sangat kesal dengan sikap putrinya. Sebagai seorang Ibu walaupun Serena tidak mengatakannya, tetapi bisa merasakan kalau Serena ini memanfaatkan kekasihnya.
Ia sedikit merenung, merasa gagal mendidik anaknya sehingga menjadi rakus harta. Serena memang tidak minta mobil baru hanya saja dari sikapnya membuat kepekaan terhadap Alvaro. Alvaro ini tahu keinginan kekasihnya walaupun tanpa menjelaskan.
Serena berbicara sendiri, ia sangat kesal jika diatur-atur oleh ibunya. Dahulu, Serena adalah anak yang paling dimanja oleh ayahnya, apapun yang diinginkan oleh Serena pasti diberikan olehnya. Ketika dimarahi ibunya tentu saja sang Ayah melarang keras untuk melakukan itu terhadap putrinya sekalipun Serena melakukan kesalahan.
Serena ini adalah anak satu-satunya, Serena ingat sesuatu ia yakin ada orang yang mengatakan hal yang tidak-tidak pada ibunya, ia tahu orangnya siapa. Serena mau membuat perhitungan jika orang tersebut sudah ada di rumah.
Beralih pada Alvaro yang bertemu dengan Ardiaz, ia bertanya siapa yang tadi bersama dengan Melody? Pertanyaan itu malah dianggap kecemburuan oleh Ardiaz, sehingga membuat Alvaro kesal.
"Mulutmu gak pernah dijaga, heran."
"Kalau gak cemburu, terus ngapain pake nanya-nanya segala?"
"Nanya bukan berarti cemburu, kalau kamu nanya nenek-nenek apa itu disebut cemburu?" tanya Alvaro.
"Gak gitu juga, Kak."
Alvaro menjadi malas bertanya lagi pada adiknya, percuma juga berbicara dengannya malah merembet kemana-mana. Ardiaz malah menahan tawanya melihat raut wajah sang Kakak yang sedang kesal. Ardiaz ini memang suka tidak tahu diri sehingga membuat Alvaro berpikir kalau bukan adiknya sudah ditonjok.