ketika anak yang di harapkan tak kunjung datang,lantas haruskah seseorang menyalahkan orang lain karena dia tidak bisa memiliki anak?
Najwa selalu di hina mandul dan tidak bisa mempunyai anak,hampir sepuluh tahun menikah Najwa tidak kunjung melahirkan seorang anak,segala cara telah ia lakukan tapi tidak membuahkan hasil...
sehingga hinaan itu berujung pemaksaan agar Najwa bisa menerima kenyataan jika Rendi suami dari Najwa di paksa menikah lagi oleh orang tuanya demi ingin mendapatkan sebuah keturunan yang akan mewarisi usaha Rendi.lantas bagaimana Ahir dari cerita ini????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Dianamega.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 3
..."POV NAJWA"...
"Apakah Ibu lupa? Aku sudah mendukung mas Rendi dari Nol dari mas Rendi belum punya apa apa,Bahkan untuk membuka perusahaannya itu semua hasil jual tanah almarhumah ibuku, Bu!"
"semua harta mas Rendi itu hasil dari menjual aset pribadi keluargaku tidak ada hasil jerih dari mas Rendi,murni itu harta ibuku semua yang ada di perusahaan nya mas Rendi" pekikku sedikit membentak karena kesabaranku mulai menipis melihat sikap angkuh ibu mertua yang semakin keterlaluan terus memojokan aku
Wanita paruh baya itu menaikan alisnya dan sedikit menggertakkan rahangnya mendengar aku membentaknya
"Belagu sekali kamu Najwa Emang semua pengorbananmu itu bisa mengobati luka hati anakku yang tak kunjung dapat keturunan dari wanita mandul sepertimu itu"
"Apakah kamu akan menjerat dia selamanya dalam pernikahan yang hambar seperti ini? Ha?!"
"putraku butuh keturunan dari wanita yang bisa hamil bukan wanita mandul tidak berguna sepertimu,hatinya lebih tersakiti karena dirimu tidak kunjung bisa memberikannya anak"pekiknya tak kalah membentak membuatku tertunduk dan menangis.
"Kamu ini mau Ungkit-ungkit tentang harta segala! Berapa emang? Hitung semuanya Biar nanti tak bilangin Rendi suruh ganti semuanya"
"biar nanti bisa kamu pakai buat bekal hari tua tanpa anak hanya seorang diri!" tandasnya lagi kembali menghinaku tidak ada hentinya terus mencemooh diriku mandul
Aku tertunduk mendengar ucapan pedasnya kakiku bergetar hatiku hancur. Ibu melewatiku beranjak ke kamar tamu yang belum jadi kusiapkan untuknya.
Brak!!!
Ibu membanting kuat pintu kamar hingga membuatku tersentak dan termangu dengan tangis membasahi pipiku
Aku berjalan gontai ke dalam kamar dengan linangan air mata yang tak kunjung berhenti terus ingin mengalir tampa bisa di cegah,aku butuh ketenangan sendiri untuk beberapa saat ini sebelum malam tiba menyiapkan makan malam..
Hati masih terasa sakit ingin rasanya tetap mengurung di dalam kamar tetapi waktu cepat sekali berputar sehingga Malam pun tiba,
setelah selesai menyiapkan makan malam dan aku coba kembali menemui mertuaku itu di kamar.
"Ibu!" panggilku lembut menurunkan rasa egoku tidak ingin egois meskipun hatiku sakit dengan perlakuannya terhadapku
"Kita makan dulu! Nanti Mas Rendi bisa marah dengan Najwa kalau Ibu tidak mau makan! Apa lagi jam makan malam sudah lewat" pintaku dari luar
Tidak ada jawaban dari Ibu mertua Meski aku terus memanggilnya, namun Ibu masih tidak mau menjawab. Aku pun kembali beranjak ke meja makan menata menu makan dan alat makan lainnya.
Tidak lama kemudian aku mendengar suara mobil Mas Rendi memasuki garasi. Aku hendak beranjak untuk menyusulnya. Namun dengan cepat kilat tiba tiba Ibu keluar dari kamar dan bergegas ke arah luar
Aku pun segera menyusul Ibu dari belakang. Aku sangat yakin pasti Ibu ingin menemui Mas Rendi dan mengadu yang bukan-bukan tentang diriku
"loh ada ibu, Kok gak bilang sama Rendi kalau ibu mau berkunjung?kalau tau ibu mau ke sini kan bisa Rendi jemput Bu" ucap Mas Rendi lembut mencium dan merangkul tubuh ibunya itu penuh kasih sayang
"Gak apa nak ibu takut menganggu kamu kerja saja Cuman ibu lemes sekali ren,udah dari siang Ibu disini gak dikasih apa-apa sama istrimu itu!"
"Jagankan makan,minum pun ibu tidak di tawarikan olehnya"ucap Ibu mendramatis mencibir padaku
"ya tuhan kenapa ibu tega sekali bicara seperti itu dengan mas Rendi Bu,tidak Mas tadi aku sudah minta Ibu keluar untuk makan tapi ibu malah mengurung diri di kamar," timpalku cepat mengelak ucapan ibu yang pada kenyataan nya memang begitu kalau ibu pandai berbohong dan bersilat lidah untuk menjatuhkan harga diriku sebagai istri tidak baik di depan putranya
Mas Rendi tidak menjawab ucapanku langsung membawa Ibu mertuaku itu ke meja makan.
"Sudah tidak usah debat sekarang Rendi ada disini Jadi kita makan sama-sama ya" ajaknya sambil menyunggingkan senyum hangat padaku
Aku sedikit lega sepertinya Mas Rendi takkan berpihak pada Ibunya kali ini. Ibu pun langsung duduk di samping Mas Rendi Ia mulai mengambil piring kosong dan menyendok nasi beserta lauknya. Begitupun dengan Mas Rendi
"Rendi, Ibu datang kesini mau berbicara masalah Wulan,Kamu masih ingat dia 'kan? Dia masih berharap sama kamu lo"
"Lagi pula pernikahanmu sudah tidak bisa dipertahankan lagi ren,kamu mau menunggu sampai kapan atau mau menunggu ibu meninggal dan tidak bisa menimang cucu darimu dulu baru kamu mau menuruti keinginan ibu"ucap Ibu sambil melirik sinis padaku
Aku mengepal sendok yang tengah kupegang erat. Gemetar rasanya tulangku menahan rasa sakit karena ucapan pedas mertua barusan.suguh tega sekali ibu berkata begitu langsung di depanku
Mendengar ucapan ibunya, Mas Rendi menoleh padaku sembari mengelus punggung tanganku lembut untuk menenangkan rasa sesak di dada ini
"maaf Bu bukan Rendi tidak sayang dengan ibu malah sangat menyayangimu Bu,Aku dan Najwa masih perlu berusaha Aku yakin suatu saat nanti Najwa akan mengandung," tolaknya sambil menyunggingkan senyum hangat.
Mertuaku terlihat bingung sambil membulatkan mata mendengar ucapan anaknya. Ditambah Mas Rendi justru memperlakukan aku dengan mesra di depannya.
"Tapi, Rendi ini sudah sangat lama sepuluh tahun itu bukan waktu yang sebentar mau sampai kapan! Najwa itu tidak akan pernah bisa mengandung!"
" ibu tidak mau tau kamu harus menikah lagi dan memberikan cucu untuk ibu"bentaknya.
"ibu Rendi mohon tolong mengerti aku dan aku juga tidak bisa menduakan Najwa Ibu! Jadi tolong Hargailah perasaan istri Rendi!" balas Mas Rendi tak kalah membentak.
"Jadi kamu akan hidup bersama wanita mandul ini selamanya?" lirih Ibu nanar seraya menunjuk wajahku dan menatap tajam padaku. Mas Rendi menggaruk sedikit dahinya
"Ya begitulah Bu maafkan Rendi,mungkin Rendi lebih baik mati dari pada harus menyakiti hati Najwa,aku sangat mencintainya Bu" jawab mas Rendi lagi,hatiku menghangat mendengar jawaban mas Rendi
Mas Rendi mau membelaku di depan ibu kandungnya sendiri dan melindungiku dari ucapan pedas ibu mertua.terimakasih mas aku mencintaimu batinku berkata menatapnya penuh cinta