Astin yang sakit 3 hari telah meninggal duni, tetapi sebuah jiwa yang tersesat mengambil ahli tubuhnya.
Astin lalu berubah menjadi sangat berbeda, memberi kejutan pada orang-orang yang selama ini menghina Astin.
Kejutan apakah itu?
Yuk baca untuk mengetahuinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Perubahan cepat Arga
Tubuh Astin terus berguncang sepanjang malam, sampai-sampai perempuan itu tidak tahu lagi jam berapa dia tidur, mungkin karena pingsan.
Namun ketika dia bangun Di keesokan harinya, saat itu matahari sudah terlalu tinggi, dan seluruh tubuhnya terasa begitu lelah, seolah-olah dipaku ke tempat tidur sehingga begitu berat untuk diangkat.
Terutama pada bagian perutnya, Dia merasakan sesuatu yang terlalu berat diletakkan di sana dan kelopak matanya begitu sulit untuk terbuka hingga dia perlu waktu beberapa saat setelah sadar untuk akhirnya bisa membuka matanya dengan perlahan-lahan.
Tatapannya langsung tertuju ke arah jendela, jendela kamarnya bahkan tidak sempat ditutup semalam, mungkin karena sesuatu yang mengerikan yang terjadi hingga tidak ada yang ingat menutupnya.
Pikirannya begitu linglung dan seketika air mata mengalir di pipinya sebelum akhirnya dia mulai terisak dengan kedua tangan menutup wajahnya.
Hiks, hikss...
Suara isakan tersebut membangunkan pria yang tidur memeluk Astin dari belakang.
Dia langsung bangun dan dengan suara yang begitu berat, pria itu berkata, "Apakah kau terlalu sedih kegadisan mu diambil oleh suamimu sendiri sampai kau menangis?"
Astin yang mendengar ucapan itu pun langsung melototkan matanya, dia sama sekali tidak menyadari ada seseorang yang memeluknya dari belakang karena saking larutnya dia dalam kesedihannya.
Perempuan itu berusaha mengolah emosinya sesaat sebelum akhirnya dia menggerakan tubuhnya untuk lepas dari pelukan sang pria, namun secara mengejutkan pria di belakangnya Malah semakin erat memeluknya.
Tubuh Astin yang memang sangat berat karena begitu lelah pun tak mampu melawan kekuatan pria itu, bahkan untuk bergerak seinci pun dari posisinya saat ini sangatlah sulit.
"Lepas,,," Astin berbicara dengan suara yang parau, berusaha menggerakkan tangannya melepaskan tangan yang begitu berat di atas perutnya.
Namun Tentu saja dia tidak sekuat itu, hanya bisa membuang tenaga sia-sia.
"Jangan bergerak jika kau tidak ingin melanjutkan malam yang panas kemarin," kata pria dari belakang Astin dengan suara yang terdengar serak.
Austin pun langsung menjadi kaku, baru menyadari kalau tubuh polosnya masih menempel erat dengan tubuh polos pria di belakangnya.
Seketika wajahnya menjadi sangat merah, Ini pertama kalinya dalam dua kehidupannya dia benar-benar seperti ini dengan seorang pria.
Pada akhirnya, Astin hanya bisa terdiam kaku di dalam pelukan Arga sampai akhirnya ia mendengar deru nafas teratur dari pria di belakangnya membuat Astin akhirnya perlahan-lahan memaksakan diri keluar dari pelukan sang pria.
Setelah berhasil keluar dari pelukan pria itu dan memungut pakaiannya di lantai, Astin berlari ke kamar mandi dan langsung menatap dirinya di cermin.
Tanda kebiruan memenuhi seluruh tubuhnya, paling banyak di dada dan lehernya.
"Sial,,," Astin menggerutu sambil melemparkan pakaiannya ke tempat baju kotor lalu menggerakkan jarinya menyentuh setiap tanda-tanda yang tertinggal itu.
'Aku pasti sudah gila,' ucap Astin dalam hati sambil menggigit Bibir bawahnya, saat ini rasa perih di bagian bawahnya benar-benar menusuknya hingga Dia memutuskan untuk berdiri di bawah pancuran shower hangat.
Dia terus berdiri di sana tanpa bergerak untuk mengambil sabun, bahkan pikirannya terasa begitu kosong mengingat apa yang terjadi kemarin malam.
Pria itu sangat buas!
Tapi kenapa secara tiba-tiba pria itu naik menghangatkan ranjangnya?
Padahal dia ingat sekali, beberapa kali ketika Chika menjebaknya untuk memberikan obat perangsang pada Arga, obat itu sama sekali tidak berfungsi dengan baik, namun kemarin malam,,,,, Astin mengerutkan keningnya.
Jangan-jangan kemarin,, kedatangan Chika ialah membawa obat itu untuk kembali menjebaknya?
Tapi jika itu benar, tidak mungkin Arga membiarkan dirinya terpengaruh oleh obat itu kan?
Bahkan masih sadar sampai di pagi hari?
Tiba-tiba wajah Astin menjadi merah, jangan-jangan sekarang dia telah berhasil menaklukkan hati pria itu?
Astin menggelengkan kepalanya dan dengan cepat mematikan shower lalu mengambil sabun dan shampo, mulai membersihkan dirinya dengan jantung terus berdegup kencang.
Tentu saja Ini kabar yang bahagia, namun mengingat perlakuan kasar pria kemarin malam, Jika dia melakukan hal itu dengan sengaja, maka Bukankah seharusnya pria itu minta maaf padanya?
Bahkan jika dalam pengaruh obat, pria itu masih harus meminta maaf atas perlakuan kasarnya!
Astin dengan cepat selesai mandi, lalu menggunakan jubah handuk yang untungnya tergantung di dalam kamar mandi itu, sejak kejadian terakhir kali ketika Arga membanting pintu kamar dia sudah memutuskan untuk selalu menyiapkan jubah mandi di dalam kamar mandi.
Setelah selesai menggunakan jubah mandinya, Astin keluar dari kamar dan mengerutkan keningnya mendapati kamar yang telah kosong.
Astin pun menggelengkan kepalanya, berjalan ke lemari mengambil pakaian dan segera mengganti pakaiannya.
Dia yakin sekali bahwa Arga pasti sudah pergi.
Namun ketika dia sementara mengait kancing belakang gaunnya yang tampak sulit dikait, tiba-tiba ia mendengar suara pintu terbuka membuat Astin langsung menoleh ke arah pintu.
Tampak Arga muncul dengan pakaian yang telah rapi, pakaian kantor Itu tampak serasi dengan sang pria.
Keduanya berpandangan selama beberapa detik sebelum Arga memecah keheningan dengan berkata, "mau ku bantu?"
Astin mengerutkan kening mendengar ucapan pria di hadapannya, Kenapa suaranya menjadi lembut?
Apa yang terjadi?
Namun sebelum Astin lebih jauh memikirkan apa yang terjadi di sana, pria itu sudah mendekatinya dan seolah-olah di sihir, Astin membalikkan tubuhnya dan merasakan kancing bajunya telah ditarik ke atas.
Arga pun mengerutkan keningnya melihat punggung Astin yang tampak penuh dengan rona kemerahan di sana, semuanya bekas permainan mereka semalam.
Dia mengukir sebuah senyuman pipis di bibirnya melihat hal tersebut sebelum akhirnya dia melepaskan kancing resleting pakaian Astin dan berbalik meninggalkan perempuan itu.
Sebelum meraih handle pintu, Arga berkata, "maaf."
Astin melototkan matanya mendengar kata maaf yang pelan itu, namun sebelum dia dapat bereaksi, pintu telah tertutup dan sang pria telah menghilang dari pandangannya.
Astin terdiam mengerjapkan matanya.
Apa yang membuat pria itu berubah dalam semalam?
Baru semalam pria itu memperlakukannya dengan sangat buruk, lalu kemudian pagi ini.....
Ini seperti membalikkan telapak tangan!
Terjadi begitu cepat!
Astin sangat penasaran akan apa yang telah terjadi, sehingga dia dengan cepat merias wajahnya dengan tipis dan tak lupa pula menggunakan make up menutupi tanda-tanda kemerahan di sekujur tubuhnya Sebelum turun ke lantai bawah.
Dia berjalan ke ruang makan dan mendapati Arga duduk di ruang makan, sementara di depan Arga ada sandriana bersama suaminya dan juga Chika yang tampak menikmati sarapan hari itu.
Begitu Chika melihat Astin, dia tersenyum mengejek, benar-benar yakin bahwa rencananya semalam telah berjalan dengan lancar.
Namun dia terkejut saat Astin berjalan ke arah samping Arga dan Arga tampak menggunakan satu tangannya menarikan kursi untuk Astin.
Apa yang terjadi?
Kepala Chika dipenuhi dengan berbagai pertanyaan.
Bukankah saat ini Arga seharusnya bersikap begitu dingin pada Astin setelah mengetahui perempuan itu kembali berusaha naik ke atas ranjangnya?
Chika tampak terpaku.
Apalagi ketika Astin telah mengambil garpu dan sendoknya dan hendak mengambil makanan di atas meja, tiba-tiba saja tangan Arga terulur mengambil makanan dan meletakkannya di piring asin bahkan terus meletakkannya sampai terlihat piring asin telah memenuhi kategori makanan 4 sehat 5 sempurna.
Astin pun mengangkat kepalanya menatap Arga, tercengang dengan tingkah pria itu.
"Makanlah," kata Arga dengan tenang, mengabaikan tatapan aneh Astin.
dasar ular kadot