Gwen Itzayana 27 tahun, gadis cantik yang berprofesi sebagai pengacara muda di kota New York. Harus berurusan dengan kartel narkoba di Meksiko setelah ayahnya seorang polisi yang sedang menyamar di dalam organisasi itu.
Penyamaran Eduardo berhasil di ketahui anggota kartel, menyebabkan pria itu di bunuh secara kejam.
Gwen menangisi kepergian Eduardo, hingga gadis itu nekat bertolak ke Meksiko dan menyusup ke dalam organisasi yang paling di takuti seantero negeri Sombrero tersebut.
Bagaimana nasib Gwen, mampukah ia bertahan hidup di antara penjahat-penjahat kejam itu. Apakah penyamaran nya akan di ketahui?
Terlebih Gwen di hadapkan pada pimpinan kartel di luar dugaannya. Apakah itu?
Ikuti kelanjutan kisah ini ya. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian setelah membaca 🙏🏻
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PANIK
Apa kita akan jatuh, Rafa?", ucap Gwen panik spontan memeluk lengan Rafael. Mencengkeramnya kuat-kuat.
"Iya sepertinya pesawat akan jatuh", jawab Rafael melirik Gwen yang sangat panik.
"Bisakah kamu menahan tuas ini dan mengikuti aba-aba dari ku, sementara aku menyambung kabel yang putus itu", ucap Rafa sambil menunjuk kabel yang terlepas di dekat kaki Gwen.
"Tentu saja", jawab Gwen cepat.
Gwen mencondongkan tubuhnya supaya bisa menahan tuas untuk menjaga keseimbangan pesawat. Sementara Rafael menundukkan kepalanya. Mau tidak mau laki-laki itu menyandarkan kepalanya pada paha Gwen. Karena tempatnya sempit.
"Maaf aku harus seperti ini", ujar Rafael dengan wajah menahan tawa sebenarnya.
"Iya lakukan saja, asal kita selamat. Aku tidak mau mati muda. Aku harus mencari pembunuh dan membalas kematian papa dulu", gumam Gwen dengan suara kecil. Namun Rafa bisa mendengarkan.
"Mencari pembunuh ayah mu?", tanya Rafael mendongakkan wajahnya yang berada di paha Gwen.
Gwen tidak menggubris pertanyaan Rafael. Tiba-tiba pesawat sepertinya mati mesin.
"Bagaimana ini? Mesin pesawat berhenti Rafa. Apa kita benar-benar akan mati sekarang...?".
"Sekarang dorong yang kuat tuas ke depan. Lakukan secara perlahan!", ujar Rafael memberi perintah pada Gwen.
Gadis itu menurutinya.
"Tidak bisa Rafael. Tuasnya sangat keras dan terasa berat. Sepertinya menyangkut", teriak Gwen panik.
Rafael kembali duduk di kursinya. Mencondongkan tubuhnya tepat di belakang tubuh Gwen. Posisinya seperti memeluk Gwen dari belakang. Gwen bisa merasakan dada bidang laki-laki itu menempel di punggungnya. Tapi kini suasana mencekam. Gwen tidak akan di terpengaruh hal macam itu.
Sekarang yang ia inginkan pesawat mereka baik-baik saja. Ia dan Rafael selamat.
Jemari kokoh Rafael kini berada di atas punggung tangan Gwen. Membantu Gwen mendorong dua tuas sekaligus.
"Dorong pelan-pelan seperti ini, Gwen", ucap Rafael terdengar begitu lembut dan dekat telinga Gwen.
Mereka berhasil melakukannya. Kini mesin pesawat kembali hidup dan pesawat terasa kembali terbang normal di atas ketinggian.
"Oh my god, kita berhasil. Pesawatnya sudah normal kembali sekarang,tuan Rafa", ujar Gwen takjub dan tampak begitu gembira.
Gadis itu tertawa lepas sambil menolehkan wajahnya melihat Rafael yang masih berada di belakangnya, begitu dekat dengannya. Bahkan tangan keduanya masih saling tindih di atas tuas. Bahkan Gwen bisa merasakan hembusan nafas hangat laki-laki itu.
"Ehem..
Rafael berdehem. Kemudian menjauh, duduk bersandar di kursi pilot memasang headset.
Pasang kembali sabuk pengaman mu. Kita akan mendarat di air", ujar Rafa mengingatkan Gwen.
"Baik", jawab Gwen cepat sambil mengacungkan jempolnya.
Tak lama kemudian, pesawat air amphibi yang di kendalikan Rafael menyentuh air. Sepertinya satu aliran dengan danau La Padre ketika tinggal landas tadi.
"Kita sudah sampai. Ayo turun", ujar Rafael yang sudah membuka pintu di sebelah Gwen. Laki-laki itu mengulurkan tangannya.
Tanpa ragu-ragu, Gwen menerimanya.
"Huhh... hampir saja nyawa kita melayang", ucap Gwen ketika kedua berjalan ke bawah pohon jacaranda.
Rafael tersenyum mendengar ucapan Gwen sambil mengusap tengkuknya.
"Lihat lah, Aleandro dan teman-temannya berusaha menangkap kuda itu", ucap Rafael yang melihat kerja anak buahnya dari kejauhan.
Kuda putih berbulu lebat.
"Kuda yang cantik", ujar Gwen.
"Kenapa kita tidak membantu mereka? Lihatlah yang satunya lepas. Sayang sekali", ujar Gwen menunjuk ke arah kuda hitam yang akhirnya lolos.
"Kau belum sembuh total. Dan aku melarang mu menangkap kuda liar. Aku akan memberi mu izin menjinakkan di kandang La Padre", tegas Rafael sambil pergi kembali ke pesawat.
Gwen mengangkat bahunya.
"Bukankah saat di meja makan dia berkata sangat jelas. Mempekerjakan aku untuk bekerja karena sudah membayar mahal. Nyatanya ia malah mengajak ku jauh-jauh datang kemari naik pesawat yang hampir membuat nyawaku melayang dan hanya berdiri di sini menonton orang menangkap kuda".
"Aku tidak mengerti apa maunya..?"
"Apa yang tidak kau mengerti?", tanya Rafael yang sudah kembali di dekat nya.
"Aku tidak mengerti bagaimana caranya menerbangkan pesawat seperti mu, tuan Rafael", jawab Gwen sekenanya.
Gwen melihat Rafael membentangkan karpet, Gwen segera membantunya.
"Maria membawakan makan siang kita", ujar Rafael yang lebih duluan Duduk di atas karpet.
Gwen segera mengeluarkan isi keranjang. Ternyata benar semuanya makanan, buah dan minuman.
Gwen baru mengerti. Ternyata Rafael memang mengajaknya piknik sambil menonton Aleandro dan yang lainnya menangkap kuda liar.
"Kenapa juga Rafael mengajak ku piknik. Seperti pasangan romantis saja", batin Gwen.
...***...
To be continue
Hm... sepertinya ada yg bakal di halalin ini mah /Grin/