Spin off DELMAR
Gadis baik-baik, bertemu dengan badboy sekolah. Sepuluh kali putus, sepuluh kali juga balikan. Seperti itulah hubungan cinta antara Naomi dan Aiden. Perbedaan diantara mereka sangar besar, akankah cinta mampu mempersatukan mereka?
"Naomi hanya milik Aiden. Tidak ada yang boleh miliki Naomi selain Aiden. Janji," Aiden mengangkat kelingkingnya.
"Janji." Tanpa fikir panjang, Naomi menautkan kelingkingnya pada kelingking Aiden.
Janji gila itu, membuat Naomi selalu gagal move on.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KAMU HARUS TANGGUNG JAWAB
Naomi melambaikan tangan ke arah Killa dan Delmar saat melihat kedua orang itu sudah menunggu di dekat pintu masuk food festival. Delmar yang sedang bersedekap, tampak sekali sedang kesal. Orang dengan kesabaran setipis tisu, mana bisa disuruh nunggu bentaran aja.
"Lama banget sih!" sentak Delmar. Tuh kan, cowok itu memang seperti itu wataknya, kaku. "Kalian tahu gak, 5 menit lagi, gue udah kayak kerupuk yang siap digoreng."
"Sorry, ban motor gue bocor tadi," sahut Aiden.
"Emang jam berapa Kil, kalian nyampek?" tanya Naomi.
"Sekitar 10 menit yang lalu."
"Busyet dah!" seru Naomi sambil berkacak pinggang. "Nunggu 10 menit, lagu lo udah kayak disuruh nunggu 1 tahun aja, Del. Oh iya, Kil, kenalin ini cowok gue, Aiden." dia merangkul lengan Aiden.
Killa mengulurkan tangan sambil menyebutkan nama, yang langsung disambut oleh Aiden.
"Apa kabar debay?" Naomi mengusap perut Killa yang belum terlalu kelihatan buncit.
"Kabar baik Onty," sahut Killa sambil menirukan suara anak-anak.
Aiden menarik Delmar sedikit menjauh dari kedua cewek itu. "Ternyata lo lebih parah dari gue. Gila, anak orang lo bikin hamil. Nyuri start nya terlalu awal, Bro."
Delmar hanya garuk-garuk tengkuk, tak bisa membela diri. Dia sering jelek-jelekin Aiden di depan Naomi, tapi ternyata, dia tak lebih baik dari Aiden.
"Ngomongin apaan sih kalian berdua?" Naomi mendekat, masuk ke celah antara Aiden dan Delmar.
Beda dengan Aiden yang malah merangkul pinggang Naomi, Delmar malah berdecak kesal, pasalnya dia hampir jatuh gara-gara Naomi nyerondol aja. "Dasar hijaber KW," ledeknya sambil sedikit menarik hijab Naomi.
"Heis, gak boleh pegang-pegang!" Aiden menepis kasar tangan Delmar yang masih memegang hijab Naomi. "Bukan mahram."
"Emang lo mahram?" Delmar ganti menyingkirkan lengan Aiden yang ada di pinggang Naomi. Dia kemudian memeluk pinggang Killa. "Kalau gue, udah ada sertifikasi halal."
Aiden dan Naomi kompak mencebikkan bibir. "Nikah karena kecelakaan kok bangga," cibir Naomi.
"Di sentuh-sentuh cowok yang bukan mahram, kok bangga," Delmar ganti meledek.
"Ish, apaan sih, kok malah berantem," Killa menengahi. "Kita mau ngedate loh."
"Nih," Delmar merangkul bahu Killa. "Beneran cewek baik-baik, bukan pencitraan kayak lo, Nom. Hijaber KW."
Naomi memelototi Del. Dia tak bisa membela diri jika dibandingkan dengan Killa. Meski Killa belum berhijab, tapi cewek itu memang cewek baik-baik, hanya saja nasibnya sial gara-gara Delmar.
"Udah-udah," Killa menatap Delmar. "Aku pengen itu," dia menunjuk ke booth penjual rujak manis.
Mata Delmar langsung membola, dan mulutnya menganga lebar. Antrian di penjual rujak manis tersebut sangat panjang. Udah gitu, panas pula. Ya kali dia di suruh antri. "Panjang, Kil."
"Ngidam, Del," Naomi mencubit lengan Delmar. "Mau, anak lo ileran?"
Delmar berdecak sambil garuk-garuk kepala. Hadeh, kalau sudah urusan ngidam, dia tak bisa berkutik. Mau antrian panjang, panas menyengat, atau apapun, tetap kudu dipenuhi ngidamnya bumil.
"Sementara Del beli rujak, kamu beli minum ya Ai, haus," Naomi mengusap tenggorokannya.
"Siap, Ayang," Aiden mengusap puncak kepala Naomi. "Mau jajanan sekalian gak?"
"Em.... " Naomi mengedarkan pandangan. "Itu aja," dia menunjuk ke arah penjual corndog. "Sementara itu aja dulu, nanti kita keliling sama-sama nyari yang enak."
Naomi dan Killa mencari tempat yang nyaman untuk menunggu kedua pejantan tangguh itu membeli makanan dan minuman. Beruntung masih ada meja kosong sehingga bisa dia tempati bersama Killa. Disana, selain deretan booth makanan, di bagian tengah juga di sediakan meja dan kursi meski jumlahnya terbatas.
Kalau cewek udah ketemu, pasti akan langsung ngobrol panjang lebar, begitupun dengan Naomi dan Killa. Padahal mereka baru sebentar kenal, baru jalan bareng 2 kali ini, tapi entah kenapa, keduanya bisa langsung klop. Mungkin karena sama-sama bodoh. Itu kata Delmar loh, bukan kata Author.
"Kirain kamu udah gak bakal balikan lagi sama Aiden, Nom?" tanya Killa.
Naomi melihat ke arah Aiden yang sedang mengantri es boba. "Seperti yang pernah gue bilang sama lo, pacaran sama Aiden itu berat, tapi putus dari dia, itu jauh lebih berat lagi. Dia cinta pertama gue," matanya masih belum bisa lepas dari Aiden.
"Aku lihat, Kak Aiden juga cinta banget sama kamu, tapi herannya, bisa-bisanya dia selingkuh."
Naomi tersenyum simpul. "Karena dia gak bisa menahan nafsu, itu kelemahannya."
Tak lama kemudian, Aiden datang dengan 4 cup es boba coklat, juga 2 cup corndog. Sementara Delmar, jangan ditanya, cowok itu masih harus mengantri panjang.
"Yang, kamu gak pengen kayak Killa?" tanya Aiden.
"Apaan, rujak? Enggak, gak pengen."
"Bukan itu."
"Lalu?"
Aiden menggerakkan tangannya setengah lingkaran di depan perut. "Hamil."
Naomi langsung mendelik kesal mendengar ucapan Aiden. Ya kali dia disuruh ikutan hamil.
"Biar kita bisa dinikahin paksa kayak mereka," Aiden tertawa cekikikan.
Killa seketika menunduk malu. Ucapan Aiden seperti sindiran baginya, meski sesungguhnya, tak ada niat sama sekali Aiden menyindir, dia hanya sedang menggoda Naomi.
Delmar datang tak lama setelah itu. Dengan wajah memerah dan berkeringat, dia memberikan sebungkus rujak manis buat Killa. "Awas saja kalau nanti pas sudah lahir masih ngiler. Perjuangan bapak lo berat." Dia mengusap perut Killa sebelum duduk di sebelah cewek itu.
"Yaelah, Del, lebay lo. Cuma disuruh ngantri rujak aja, udah kayak disuruh menyeberang lautan," Naomi mencebikkan bibir.
Delmar yang kehausan, langsung mencomot minuman Killa lalu menyedotnya. Mereka berempat lanjut makan sambil ngobrol.
"Ai, ponsel kamu bunyi terus tuh," ujar Naomi sambil melihat tas Aiden.
"Biarin, paling papa. Males," Aiden sama sekali tak mengindahkan.
"Kayak anak TK aja lo, dicariin bokap," ledek Delmar.
Ponsel yang terus berbunyi, mau tak mau membuat Aiden akhirnya mengambil benda yang ada di dalam tasnya itu. Matanya membulat melihat ada panggilan dari Sasa. Semalam, dia sudah bilang pada cewek itu untuk tidak telepon lagi. Sepertinya, harus segera dia blokir nomor cewek itu.
"Aku angkat telepon dari papa bentar ya," Aiden beranjak dari duduknya, berjalan menjauh dari tempat Naomi dan lainnya.
"Ngapain lo nelfonin gue terus?" Ucap Aiden dengan nada tinggi. Matanya melirik ke arah Naomi, takut gadis itu menyusulnya. "Bukannya semalam gue udah bilang, jangan hubungin gue lagi."
"Aku harus gimana, Den?" terdengar suara Sasa yang sedang menangis.
"Berapa kali gue bilang, gugurin anak itu. Jangan mimpi gue bakal tanggung jawab. Sejak awal, gak ada komitmen apa apa diantara kita. Lo juga yang awalnya nyaranin gue biar gak pakai pengaman, yang kata lo, bisa lebih nikmat itu. Lagian, belum tentu juga itu anak gue." Tadi malam Sasa menelepon Aiden, memberi tahu kalau dia hamil. Dia juga mengirimkan foto test pack dua garis.
"Tega kamu bilang seperti itu, Den, ini anak kamu, darah daging kamu."
Aiden meraup wajahnya kasar. Kesal sekali pada Sasa yang tak bisa diberi tahu. Padahal kalau Sasa setuju untuk menggugurkan, dia mau kok, ngasih duit. "Yakin lo? Gimana kalau itu anak Miko?"
Tangis Sasa terdengar makin kerasa. "Ini anak kamu, aku sangat yakin. Aku udah lama gak main sama Miko, sejak sama kamu. Kamu harus tanggung jawab, Den, harus. Kalau enggak gue bakal bilang ini ke bokap lo atau Naomi."
"Bacot lo," bentak Aiden. Dengan nafas yang memburu, dia melihat ke arah Naomi. Sepertinya gadis itu tak curiga, dia tampak sedang tertawa bersama Killa dan Delmar. "Gak usah macem-macem sama gue apalagi ngancem segala. Lo tahukan siapa gue?"
"Aku gak peduli siapa kamu. Saat ini, aku cuma butuh, ayah dari janin yang aku kandung bertanggung jawab."
Aiden berdecak kesal mendengar Sasa yang sepertinya tidak takut sama sekali. "Lo belum lupa kan sama apa yang gue lakuin sama para preman yang pernah gangguin Naomi. Lo mau gue habisin kayak mereka?"
"Dasar cowok psyco kamu!"
"Terserah lo mau bilang gue psyco atau apapun, gue gak peduli. Inget Sa, bagaimanapun, lo yang pertama nawarin tubuh lo. Ya kali saat lo hamil, gue harus tanggung jawab. Apa gak kayak dijebak gue?"
"Aku gak peduli apa kamu kamu, Den. Kalau kamu gak mau tanggung jawab, aku bakal bilang ke Naomi kalau lagi hamil anak kamu."
"Sekali lagi gue ingetin, berani lo ngasih tahu Naomi, nyawa lo taruhanya."
Tut tut tut
Aiden segera memutus sambungan teleponnya.
jadi nom nom
bagus aku suka, ditunggu karya barunya tor👍