IDENTITAS PALSU

IDENTITAS PALSU

PROLOG & VISUAL

Awan gelap mengiringi pemakaman Eduardo Costa di desa Bacalar.

Seorang wanita cantik yang baru saja tiba di pemakaman menangis histeris memeluk gundukan tanah merah yang baru saja di timbun.

"Tidak papaa...

"Ya Tuhan...kenapa harus papa yang kau ambil dari ku", ucapnya dengan suara bergetar pilu.

Kini suara petir bersahutan. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya membasahi bumi. Orang-orang langsung berlari menjauh mencari tempat berteduh. Namun gadis itu tidak perduli.

Hujan seketika membuat tubuhnya basah kuyup. Ia tidak perduli masih menangis di atas pusara Eduardo yang sebagian tanahnya hanyut terbawah air hujan.

"Sayang, tenangkan diri mu. Kakak ku Eduardo sudah tenang sekarang. Sebaiknya kita pulang Gwen. Hujan deras, kau bisa sakit", ujar wanita paruh baya mengusap lembut punggung gadis cantik yang kini sudah basah kuyup terkena guyuran hujan di sertai petir yang bersahutan.

"Bibi Lupita, kenapa papa meninggalkan aku juga. Papa sudah berjanji akan terus ada hingga aku memberinya cucu, bibi", ujar Gwen menangis. Tidak bisa menutupi rasa kehilangan atas kepergian satu-satunya orang tua yang tersisa.

"Apa yang terjadi sebenarnya, bibi Lupita?"

"Sayang kita pulang. Bibi akan menceritakan semuanya pada mu", jawab Lupita menarik tangan Gwen agar berdiri.

Gwen patuh. Ia menuruti wanita yang sudah di anggapnya sebagai pengganti Zara mamanya, yang sudah pergi untuk selamanya di saat usia Gwen lima belas tahun.

*

Lupita dan keluarga mendiang Eduardo Costa masih berkumpul di kediaman Gwen.

Hari sudah menjelang senja. Gwen mengenakan pakaian serba hitam. Ia di temani para sepuluh nya.

Di antara mereka yang memiliki wajah latin, sosok Gwen berbeda sendiri. Gadis itu memiliki wajah bule dengan rambut berwarna coklat terang.

Gwen mewarisi wajah Zara mamanya yang asli Amerika Serikat. Zara memiliki keluarga terpandang di kota New York. Menikah dengan seorang polisi berpangkat rendah yang sering mendapat tugas lapangan untuk melakukan penyamaran di tempat-tempat berbahaya.

Semenjak Zara meninggal, keluarganya meminta Gwen melanjutkan sekolah di New York. Eduardo setuju, laki-laki itu mengizinkan putrinya mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang lebih baik.

Namun walau terpisah tempat tinggal dengan sang putri, Eduardo tidak melupakan Gwen. Ia kerap menghubungi Gwen yang memilih profesi sebagai pengacara di kota New York. Boleh di kata, hampir setiap hari ayah dan anak itu berkomunikasi.

Hubungan kedua terjalin sangat baik. Keluarga Zara pun menerima Eduardo Costa bagian dari keluarga mereka.

Tadi pagi Gwen menerima kabar mengejutkan dari Lupita yang mengatakan, Eduardo meninggal dunia. Namun bibinya itu belum menceritakan kejadian yang sebenarnya.

Kini Gwen meminta penjelasan Lupita yang telah ia janjikan saat berada di pemakaman sore tadi untuk mengatakan seluruhnya.

"Kami mendapatkan kabar dari pihak kepolisian, yang mengatakan Eduardo ditemukan di perbatasan dalam keadaan tak bernyawa dengan luka sabetan senjata tajam dan enam peluru bersarang di kepala dan badannya", ujar Lupita dengan suara bergetar menceritakan informasi yang ia dapatkan dari pihak kepolisian setempat.

Mendengar itu, jelas saja membuat air mata Gwen kembali membasahi pipinya. Isak tangis haru memenuhi kamar gadis itu.

"Siapa yang melakukan tindakan sekeji itu pada papa?".

"Saat ini papa mu sedang bertugas menyamar di salah satu organisasi terlarang Gwen", ucap Lupita berbisik. Takut-takut ada yang mendengar pembicaraan mereka.

"Aku tahu, itu memang pekerjaan papa sejak dulu. Tapi kenapa papa sampai di bunuh sesadis itu?"

"Penyamaran papa mu ketahuan Gwen. Eduardo sedang menghubungi petugas ketika akan melakukan penyergapan di pelabuhan Manzanillo, Mexico yang mendadak ada perubahan rencana".

"Salah satu orang kartel mengetahuinya dan mendengar percakapan ayah mu", jawab Lupita memberi tahu keponakannya itu.

*

Gwen berdiri balik kaca jendela kamarnya di desa Bacalar. Desa asal ayahnya itu adalah tempat yang sangat menakjubkan karena keindahan alamnya. Namun saat ini Gwen tidak menikmati suasana indah itu.

Sejak mendengar cerita bibinya tetang kronologi kematian Eduardo, pikiran Gwen di penuhi oleh sebuah rencana.

Katakanlah kini pengacara muda itu sudah gila.

"Aku akan mencari pembunuh mu, papa. Aku akan menggantikan penyamaran mu, papa".

"Darah di bayar darah. Nyawa di bayar nyawa!"

Kedua tangan Gwen terkepal kuat-kuat. Sorot matanya menajam menatap jauh ke depan.

"Aku akan mempersiapkan diri dan membalas kematian papa ku!"

"Tidak akan lama lagi...

...***...

To be continue

Terpopuler

Comments

Tuty Tuty

Tuty Tuty

baru nyimak sangat menarik

2024-08-02

0

gia nasgia

gia nasgia

hampir semua kartu yg aku kepoin nggak ada yg tercela😍😍👍👍apalagi aku lebih suka klau Alur tentang budaya LN, nggak ketinggalan bule tampan nya🤭

2024-08-01

0

nurry

nurry

aq mampir kak, wah udah 41 episode ya 🤭👍💪❤️

2024-08-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!