WARNING ***
HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN!!!
Menjadi istri kedua bukanlah cita-cita seorang gadis berusia dua puluh tiga tahun bernama Anastasia.
Ia rela menggadaikan harga diri dan rahimnya pada seorang wanita mandul demi membiayai pengobatan ayahnya.
Paras tampan menawan penuh pesona seorang Benedict Albert membuat Ana sering kali tergoda. Akankah Anastasia bertahan dalam tekanan dan sikap egois istri pertama suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membuatmu Menunggu
Setelah Ana dan Ben mengobrol cukup lama, terdengar suara ketukan dari arah luar pintu kamar. Ana beranjak dari tempat duduknya hendak membuka pintu namun Ben menahan lengannya.
"Aku saja," ucap Ben. Ana hanya bisa mengangguk dan tersenyum.
Saat membuka pintu, rupanya seorang pelayan datang bersama Rosalie. Pelayan tersebut membantu Rosalie mendorong kursi rodanya dan pamit pergi saat Ben menemui mereka.
"Kau bilang ke ruang kerja? Ternyata kau di sini," ujar Rosalie. Wajah wanita itu nampak sangat kecewa mengetahui keberadaan suaminya di kamar Ana.
"Ada sesuatu yang sedang kami bicarakan," jawab Ben.
"Begitu? Baiklah. Aku akan makan malam sendiri." Rosalie memutar roda kursinya dan hendak pergi.
"Akan ku temani," ujar Ben sambil menutup pintu kamar Ana. Laki-laki itu mendorong kursi Rosalie untuk kembali ke kamarnya.
Di dalam kamar, Ana hanya bisa menarik napas dalam-dalam dan berusaha sebaik mungkin untuk tidak mengambil hati setiap kejadian tidak nyaman di rumah ini. Meskipun ia adalah istri kedua Ben, namun Ana harus sadar bahwa semua ini hanya sebuah kontrak demi keuntungan satu sama lain. Sudah sewajarnya mereka tidak perlu mengkhawatirkan perasaan Ana, karena gadis itu tidak berarti apa-apa.
Ana kembali melamun, menatap jendela yang kini tertutup rapat. Gorden yang terbuka memperlihatkan pemandangan langit malam yang mendung. Tidak satupun bintang nampak menghiasi langit, membuat Ana semakin merasa sendiri dan kesepian.
Berkali-kali gadis itu menghela napas, seolah dadanya terasa penuh dan sesak. Ia hanya sedang berusaha membuang perasaan gelisah dalam hatinya.
Setelah lima belas menit hanya berdiam diri dan melamun, Ana memutuskan untuk keluar dari kamar. Gadis itu berjalan menuruni anak tangga menuju ruang makan. Terlalu banyak pikiran dan beban hati membuat perutnya terasa lapar, gadis itu harus makan agar semakin kuat menahan setiap cobaan.
Di ruang makan, Ana duduk seorang diri menikmati makanan dalam piringnya. Meski merasa kesepian, namun ini lebih melegakan daripada harus makan bertiga sambil merasakan tatapan Ben dan kecemburuan Rosalie.
***
Di kamar, Rosalie dan Ben makan bersama. Karena kondisi Rosalie yang kurang baik, wanita itu harus makan di kamar agar tidak perlu naik turun ke ruang makan.
Ben nampak gelisah, ia menemani Rosalie namun pikirannya mengembara memikirkan istri keduanya. Laki-laki itu bahkan meninggalkan Ana tanpa berpamitan atau mengatakan apapun, membuat Ben merasa resah.
"Kau akan bermalam bersama Ana?" tanya Rosalie.
"Hmm, jika kau mengizinkan. Aku tahu hari ini jadwal masa suburnya," jawab Ben.
"Baiklah, tidak apa." Rosalie hanya mengangguk dengan ekspresi wajah datar.
"Jika kau tidak mau aku pergi, maka aku tidak akan pergi, Rose. Aku akan menemanimu di sini, kesehatanmu yang terpenting."
"Aku baik-baik saja."
"Kami bisa melakukannya lain kali. Lupakan sejenak keinginanmu agar kita bisa fokus pada kesembuhanmu," bujuk Ben.
Dalam keadaan seperti ini, Rosalie selalu membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan apapun. Meski operasinya berjalan lancar, namun butuh banyak waktu untuk proses pemulihan wanita itu.
"Aku senang karena aku lebih penting bagimu, Sayang. Tapi, kau tahu aku tidak tahan melihat kalian berlama-lama. Jadi lebih cepat Ana hamil, maka akan lebih baik," ungkap Rosalie.
"Baiklah, kau yang menginginkannya." Ben menyerah, lagi pula ia juga tidak akan bersikeras menolak, karena pada dasarnya ia sangat suka menghabiskan malam bersama Ana.
Hanya selang beberapa menit, mereka menyelesaikan makan malam dan Ben membantu Rosalie berbaring di atas tempat tidur.
Di ranjang besar itu, Rosalie terus memeluk Ben. Wanita itu seakan merasa berat melepaskan tangannya. Ia terus membayangkan bagaimana suaminya menghabiskan malam bersama Ana. Bayang-bayang tentang bagaimana mereka bercumbu dan saling menikmati membuat dada Rosalie begitu sesak dan nyeri.
Rosalie terus berpikir, andai saja ia adalah wanita sempurna, mungkin nasib rumah tangga mereka tidak akan sampai seperti ini. Andai saja ia wanita sehat, mungkin mereka akan menjadi pasangan yang paling bahagia di dunia ini. Kesuksesan, ketenaran, harta yang melimpah dan keluarga bahagia adalah segalanya.
"Istirahatlah, aku akan di sini sampai kau tidur," ucap Ben.
"Hmm, tunggu sampai aku tidur, Sayang," jawab Rosalie sambil mengangguk.
Mereka berbaring bersama di atas tempat tidur.ben merelakan sebelah bahunya sebagai bantal kepala Rosalie, lalu sebelah tangan yang lain terus mengusap lembut pucuk kepala wanita itu.
Sebenarnya, Ben adalah tipe laki-laki yang setia. Ia selalu menerima keadaan Rosalie tanpa mempermasalahkan kondisi wanita itu meski sudah bertahun-tahun kehilangan gairah bercinta.
Mengetahui Rosalie sakit, tidak sedikitpun ada niat di hati laki-laki itu untuk mendua. Ia mencintai Rosalie apa adanya untuk menemani wanita itu dalam suka dan duka.
Namun sayang, Rosalie terlalu berambisi. Memimpikan hidup sempurna tanpa mempedulikan resikonya.
Hingga saat ini, Ben seakan tidak bisa konsisten terhadap perasaannya. Ia yang selalu berusaha kuat menanamkan keyakinan bahwa hanya Rosalie lah pemilik hatinya kini mulai berubah. Ada wanita lain yang juga merebut cintanya, menebarkan benih-benih rasa di hatinya dan membuat ia mulai terikat dan tertarik.
Meski ada wanita yang sedang terlelap di pelukannya, Ben masih merasa ada yang kurang. Ia tidak bisa memikirkan hal lain selain istri keduanya. Ia mulai gelisah, khawatir jika Ana kini sedang kesepian dan menanti kedatangannya.
Sembari memeluk Rosalie, tangan Ben diam-diam meraih ponselnya di atas meja. Laki-laki itu berusaha mengirim pesan pada Ana.
"Anastasia, kau sudah tidur? Maaf membuatmu menunggu, aku akan ke kamarmu setelah Rosalie tertidur lebih nyenyak." Tulis Ben dalam pesan singkatnya.
Akankah laki-laki itu bisa bertahan dalam kisah rumah tangga seperti ini?
🖤🖤🖤
harusnya bisa lebih panjang lg biar dapet rasanya ,,ini terlalu cap cus 🤭
eh ternyta rosali udh ko id 🤣
mudah²an ana bisa pergi jauh dn membawa anaknya 😩