TAMAT 02 NOVEMBER 2023
Ning Aisha menangis setelah King tak sengaja menciumnya. "Jangan dekati aku lagi!"
"Terus, gimana cara Gue jagain Lo, Cengeng?"
"Nggak perlu, aku bisa jaga diri baik-baik! Kita bukan mahram, jangan deket-deket! Setan pasti suka godain Kita, terutama kamu yang nggak kuat iman! Nggak mau shalat. Pasti jadi temen setan!"
"Lo mau dihalalin sama temen setan ini? Bilang! Besok Daddy sama Mom biar ngelamar Lo buat Gue!"
"Sinting..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB TUJUH
Aisha tak menyangka jika pemuda yang di sekolah begitu dingin dan ditakuti seluruh siswa bahkan guru karena King pewaris dari pemilik sekolah elit itu sendiri akan bersikap seperti anak kecil di hadapannya.
King suka sekali menggoda Aisha. Apa lagi tentang cium mencium. King selalu punya perdebatan soal itu. Dan sekarang, Aisha dibuat pusing oleh permintaan King yang aneh bin tidak masuk nalar.
"Mandi bareng, cepetan!" King menarik Aisha sampai ke kamar mandi luasnya. Yah, seluas kamar tidur di pesantren kakek Aisha yang dihuni belasan orang.
"Nggak!" Aisha berusaha lari. Ini belum saatnya, belum waktunya mereka begitu.
"Mandi bareng itu termasuk sunah nabi loh Ning Aisha..." Aisha stuck di tempat.
Seketika Aisha ingin menatap suaminya yang tidak tahu malu. "Kamu giliran gituan ajah dipelajari sampe buka google segala buat tahu hukumnya! Giliran shalat nggak mau!"
King menyengir. "Seperti matematika. Belajar harus bertahap. Dari yang ringan baru yang berat. Sama, belajar agama juga harus yang enak-enak dulu. Jangan yang susah-susah dulu."
Manik Aisha berputar malas. Ternyata cerdas seorang King digunakan untuk berdebat dan mendebat. Pantas keluarganya kaya, mereka handal dalam hal per-manipulasi-an.
"Shalat apa susahnya?"
"Lo ngegas sama suami?" King memainkan jarinya di depan mata Aisha. "Itu durhaka namanya, Ning."
Aisha menghela napas panjang. Lagi dan lagi yang dipelajari oleh King hukum yang akan menguntungkan dirinya sendiri.
"Ngapain manggil Ning sih?"
"Lebih romantis." King menyengir.
Aisha tergelak kesal, ia benar-benar ingin menangis, bahkan dia menghentak hentakkan kakinya seperti batita tantrum.
"Sekarang bilang apa tujuan mu menikahi ku? Kenapa tiba-tiba kamu nyium aku kemarin?" cecarnya.
"Aku suka sama kamu. Salah?" enteng King.
Ingat, dalam sejarah King Miller, semua yang King mau harus menjadi miliknya secara utuh.
King tahu seorang Aisha tak mungkin mau diajak berpacaran. Kalau alasannya hanya karena bukan mahram, King akan halalkan Aisha apa pun caranya.
Rupanya, tanpa heboh-heboh. Hanya dengan cara yang sedikit licik, King bisa menjadikan Aisha istrinya. Alih-alih ingin berkencan justru mendapat lebel halal.
"Kita baru kenal berapa bulan. Kamu juga dulu nggak suka pas disuruh jagain aku! Kenapa kamu bisa semudah itu suka sama aku?"
"Ada deh alasannya." King lagi-lagi membuat Aisha jengkel dengan cengiran giginya.
"Apa alasannya, aku mau tahu!"
Aisha terkaget saat King menarik tangannya untuk dipautkan ke dada. "Alasannya. Percayalah Aisha. Di jantung ku seketika terdengar campur sari saat bersama mu."
"Apaan sih!" Aisha menarik kembali tangannya.
Benar-benar konyol, barusan dia berharap kata-kata romantis yang keluar dari mulut suaminya, namun ternyata hanya seutas banyolan garing.
"Sekarang mandi."
Kembali King menarik Aisha. Mereka berdiri di bawah shower milik masing-masing, dan di sinilah King baru tahu alasan kenapa Bapak arsitek mendesain dua shower di kamar mandinya, ternyata untuk mandi bersama.
Aisha tak bisa lari, bagaimana pun dia tahu King suaminya yang sah. Antara takut pada King dan takut dilaknat Tuhannya itulah posisi Aisha saat ini.
"Kiiiiing!" Aisha berteriak sambil menutup matanya dengan jari-jari yang tak rapat saat King dengan percaya dirinya menanggalkan celana.
"Ya, Tuhan ... Ini milik mu Aisha!"
"Aku nggak mau liat!" Aisha berpaling menghadap ke arah dinding marmer.
"Kenapa?" King menyengir. Aisha menolak tapi sesekali melirik seperti penasaran.
"Kenapa nyeremin gitu sih King!"
King tahu maksud dari perkataan istrinya. Tentu saja ukurannya yang mungkin tidak sewajarnya anak SMA. "Coba pegang dulu, mungkin nanti suka sama teksturnya."
"Ogah!" tolak Aisha.
King memutar keran. Lalu melakukan ritual mandi paginya. "Kamu mau durhaka nggak nurut suami? Beneran nggak mau ngikutin Sunnah nabi hmm?"
"Mau!" Bukan maksud begitu, bukan menolak atau bagaimana, Aisha hanya takut saja.
"Mandi cepetan!"
Aisha sudah mandi sebelum shalat subuh, tapi ini perintah ke dua King sebagai suami setelah dia menolak membuka jilbabnya, Aisha yang terlalu takut dosa bisa apa selain menuruti.
Tak apa dia mengalah, Aisha pada akhirnya mau memutar keran. Menikmati tetesan kecil dari atas sana.
"Ngapain ngadep ke situ?" heran King. Percuma juga mandi bersama kalau tidak saling menatap.
"Yang penting mandi bareng kan!"
"Elah ni anak!" King benar-benar dibuat kesal kali ini. Aisha memang membuka celananya, membuka bra-nya, atasannya tapi tidak membuka mukena batik berkelir hitamnya.
"Kamu mandi pakai mukena gitu?"
"Iya, biasanya juga gini!" Mereka cukup berteriak demi bisa saling terdengar.
King menghela napas, berusaha supaya bisa lebih sabar lagi. "Di pesantren diajarin apa sih kalian. Kenapa aneh gini kelakuannya? Masa mandi pake mukena."
Aisha melirik tajam. "Jangan ngejek tradisi kami ya, dosa!"
King tak menyahutinya. Matanya sedang terpaku pada lekukan tubuh Aisha yang tercetak di balik mukena basah.
Aisha mungkin tak menyadari bahwa tubuhnya berbentuk. Tak dipungkiri jika Aisha memiliki lekuk tubuh yang menggoda.
Selama ini, King hanya bisa melihat kecantikan istrinya. Tidak dengan raga yang ditutupi oleh jilbab serta pakaian longgar.
King lagi-lagi terpesona, dia selalu terhipnotis untuk mengikis jarak jika sudah begitu.
Sontak Aisha melotot saat punggungnya bertaut dengan dada suaminya. Bukan, bukan hanya dada melainkan di bawah sana juga.
"Kiiiiing!" Aisha berteriak keras lalu berlari, sayangnya dia harus terpeleset dan King yang lagi-lagi menangkap punggungnya.
"Aaaaa!" Gadis itu berteriak lebih histeris. Lantas berlari kembali hingga benar-benar keluar dari kamar mandinya. "Ya Allah, kenapa engkau jodohkan aku dengan cowok mesum sepertinya!" gumamnya berdebar-debar.
Aisha sudah mandi. Maka tak perlu takut tidak bersih. Segera gadis itu berganti pakaian sekolah sebelum King selesai.
Tepat, karena waktu Aisha sudah rapi dengan seragamnya. King baru mendatangi ruangan ganti mereka. "Suit suiiit...." siulnya.
Aisha menelan saliva telak. Sepertinya King mulai menatap dirinya di bagian lain, kemarin masih seputar bibir dan wajah saja, sekarang sudah pindah ke sekujur tubuhnya.
"Ning seksi..." Aisha mendelik.