Karina mengusap airmatanya yang sejak tadi dia tahan tangisan Karina pecah saat mendengar Dipta suami yang dia cintai tidak menginginkan keturunannya lahir dari rahim Karina.
Selama ini Karina dibohongi dengan kata manis Dipta yang menyuruh Karina menunda kehamilannya karena dia masih ingin menikmati kebersamaan dengan Karina.
Kenyataan yang Karina lihat hari ini Dipta suaminya sangat bahagia dengan kehamilan istri keduanya..Hati karina benar benar hancur melihat semua ini.
Dan yang lebih menyakitkan dengan lantangnya Gina istri muda Dipta mengatakan kalau Dipta tidak menginginkan anak yang lahir dari Karina didepan tamu undangan yang hadir.
Akankah Karina sanggup melanjutkan pernikahan yang sudah ternoda ini?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mande Qita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9 Karina Hamil
Disatu sisi Karina bahagia kalau usahanya membuahkan hasil, tanpa setahu Dipta saat ini karina hamil. disisi yang lain karina merasa sedih karena anak yang dikandungnya lahir tidak akan mempunyai seorang ayah.
Karina termenung beberapa saat di dalam kamar mandi, dadanya sesak mengingat semua pengkhianatan yang dilakukan Dipta pada dirinya.
Karina mengusap airmatanya yang jatuh kepipinya dengan kasar, sambil melihat cermin yang ada didepannya karina menguatkan hatinya semua akan baik baik saja tanpa kehadiran Dipta.
“aku harus kuat menjalani semua ini, aku akan membalas semua penghinaan in,i kalian akan membayar semua kesedihan yang kurasakan saat ini” Karina menarik nafas panjang lalu berjalan keluar membawa 4 testpack tadi, memperlihatkan pada si' mbok yang masih menunggu dengan setia didepan pintu kamar mandi.
Setelah pintu terbuka Karina tersenyum sambil memberikan alat tadi pada si'mbok, mbok ti yang melihat hasilnya tersenyum bahagia. “Alhamdullilah non karin hamil, semoga sehat sehat dedek bayi didalam sini ya”. Mbok ti menatap pada Karin yang hanya tersenyum tipis.
“Berbahagialah non sambut kehamilan ini dengan hati senang, perlihatkan pada mereka kalau kalian bisa hidup tanpa mereka suatu saat nanti Dipta akan menyesali apa yang telah diperbuatnya”. hibur mbok ti yang melihat kesedihan disorot mata karina.
Karina menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan apa yang diucapkan si'mbok. “karina sangat bahagia dengan kehamilan ini mbok, karina akan menjaga dan membesarkan nya dengan baik”. Karina mengusap perutnya yang masih rata.
“Allah itu baik ya mbok, Karina dikasih hadiah yang sangat indah disaat mereka mengambil yang Karin punya”. Karina menangis membayangkan semua yang telah terjadi.
“ya Allah sangat baik non, DIA tau apa yang dibutuhkan umatNYA maka bersukur lah dengan menjaga kehamilan ini dengan baik”.
“sekarang non Karin istirahat, besok kita ke dokter untuk periksa kandungan”. Ucap mbok ti karena hari sudah malam jadi mereka memutuskan besok pagi untuk kedokter.
Setelah mbok ti keluar dari kamarnya karina mencoba untuk tidur karena dia juga merasa sangat lelah hari ini, masalah yang sangat menguras energi, untung anak yang sedang dikandung karina baik baik saja.***
Sementara itu Dipta yang ada dikediaman Darmawan sangat gelisah sekali, dia tidak tenang sebelum bertemu dengan Kirana akhirnya Dipta pergi menyelinap keluar dari kediamannya untuk menyusul Kirana kerumah yang mereka tempati selama ini.
Menempuh perjalanan yang lumayan lama akhirnya Dipta sampai di depan kediamannya, Dipta melihat mobil Karina masih ada di garasi itu menandakan kalau karina masih ada didalam rumah. Dia menarik nafas lega dan bergegas turun dari mobilnya.
Dalam perjalanan tadi Dipta sangat cemas dan takut kalau Karina akan pergi meninggalkannya, Dipta sangat menyesal setelah mengucapkan kata talak yang diminta Karina tadi, dia tersulut emosi sampai dia mengeluarkan kata talak pada istrinya itu.
Dipta tidak mengerti dengan perasaannya saat ini setelah mengucapkan kata talak tadi Dipta merasakan perasaannya hampa ada sesuatu yang hilang dari hatinya, dia kepikiran kirana yang selama ini sangat baik dan patuh padanya. Kirana jugalah yang membangkitkan kembali semangat hidupnya setelah ditinggal pergi Gina istri keduanya.
“maaf kan mas Karin, mas telah menyakitimu”. Dipta menyalahkan dirinya dengan semua yang telah terjadi. dia juga merutuki dirinya sendiri yang terlalu emosi. dipta akan bicara dengan Karina mengenai pernikahannya dengan Gina,dia akan merujuk kembali karina yang tadi sudah diceraikannya.
Dipta turun dari mobil nya dan berjalan masuk kekediamannya, pintu depan yang terkunci membuat Dipta curiga dia lalu mengambil kunci cadangan yang biasa dia bawa. Dipta masuk kedalam rumah dia tidak melihat karina dan mbok ti. rumah dalam keadaan sunyi.
“karin, sayang kamu ada dimana?”. Dipta berteriak memanggil nama Karina tapi tidak ada jawaban.
Dipta berlari kekamar mereka yang tidak terkunci ,dia masuk kedalam dengan tergesa gesa mencari keberadaan Karina, sesampai dikamar Dipta tidak melihat Karina, diapun berjalan kearah kamar mandi dan membukanya, disana juga tidak ditemui keberadaan karina, Dipta menjadi panik dia berlari kearah lemari pakaian mereka. betapa terkejutnya Dipta melihat pakaian Karina sudah tidak ada sama sekali lemari itu yang ada disana hanya pakaian Dipta yang masih tersusun rapi.
Dipta terduduk lemas didepan lemari pakaian tersebut dia meremas rambutnya “kamu pergi kemana Karin kita harus bicara”. Dipta berdiri menuju ranjang dia membuka laci nakas yang ada dikamar tersebut. Dipta mengambil amplop coklat yang ada didalam tersebut.
Dipta terdiam melihat isi dari amplop coklat tersebut ada cincin pernikahannya serta semua kartu kepunyaan karina juga ditinggal. Dan ada satu pucuk surat yang ditinggalkan, Dipta membuka surat tersebut dan membacanya.
‘saya kembalikan semua yang pernah kamu berikan, dan saya tunggu surat cerai dari anda tuan Dipta, kalau surat cerainya sudah dapat tolong antarkan kemakan ayahku, karena dulu kau memintaku padanya dan sekarang kau kembalikan lagi pada ayahku, silahkan letakkan disamping makamnya nanti ada orang yang akan mengambilnya’
Dipta tercenung membaca surat pendek dari dari Karina, Dipta ingat semua saat dia melamar Karina dulu. Dipta menundukkan kepalanya dia menangis mengingat semua janji yang telah dia ucapkan pada ayahnya Kirana. ‘maafkan aku pak wahyu yang tidak bisa menepati janjiku’.
Dipta mengangkat wajahnya yang saat ini sudah basah dengan airmata, dipta mengusapnya dengan kasar air mata yang jatuh dipipinya. dia melirik keatas nakas disana dia melihat alat tes kehamilan dada Dipta terkesiap melihat alat tersebut. Dipta mengambil alat itu dan memandangnya “punya siapa ini? Kenapa ada disini, nggak mungkin punya kirana kan dia pakai KB selama ini”.
Bergegas Dipta masuk kamar mandi dan mencari sesuatu yang ada di tempat sampah dipta berharap dia menemukan jawaban dari apa yang dia pikirkan. Dipta makin pusing denga apa yang dia temukan dia berjalan kearah ranjangnya lagi membuka laci bagian bawah dari nakas tersebut. seketika badan Dipta menjadi lemes dan matanya melotot melihat botol yang ada ditangannya yang bertuliskan Vitamin untuk kesuburan.
Dipta mencari cari pil kb yang biasa karina minum tapi dia tidak temukan “apa karina sengaja tidak memakai kb lagi dan sekarang dia sedang hamil anakku?”. Gumam dipta
Dipta sangat menyesal beberapa bulan terakhir terlalu abai pada Karina sehingga dia tidak mengetahui apa yang dilakukan Karina karena dia terlalu sibuk dan senang dengan kehamilan Gina.
“Sial …kenapa aku sampai kecolongan?” desis Dipta sambil menatap alat tes kehamilan tersebut, tiba tiba hatinya terasa hangat melihat alat testpack tersebut, seketika dia berharap Karina hamil dan mengandung anaknya, dengan begitu Karina pasti tidak akan pergi dari dirinya harap Dipta.
Dipta berharap dengan kehamilan Karina mereka bisa rujuk kembali dan dia nanti akan berusaha adil pada kedua istrinya tersebut.
“tapi sekarang karina pergi kemana? aku harus memastikan kehamilan Karina dulu, apa benar dia hamil” Dipta sangat kacau sekali mengingat misteri kehamilan Karina.
“mbok , mbok ti “. Dipta memanggi manggil art nya berharap mendapat penjelasan mengenai kehamilan Karina dari art nya tersebut.tapi tidak ada jawaban juga Dipta masuk ke kamar mbok ti dan dia melihat kamar itu juga kosong tidak ada orang dan lemarinya juga sudah kosong.
Dipta berjalan ke ruangan tengah dengan wajah yang sangat kesal, dia sudah tau kalau saat ini Karina sudah pergi dari kediaman mereka, segera Dipta mengambil telpon nya dan menelpon Karina tapi tidak ada jawaban, nomornya sudah tidak aktif. Kirana sudah membuang kartunya begitupun dengan mbok ti.
Setelah cukup lama duduk merenung akhirnya Dipta pergi dari kediaman tersebut dia tidak mendapatkan apa apa malah menambah beban pikirannya.