Cover by me
Ini tentang kehidupan pernikahan antara Aidan putra Bimantara seorang perwira polisi berpangkat ipda dengan Yura khalisa seorang mahasiswi akhir yang sedang sibuk menyusun proposal penelitian yang asyik-asyik revisi melulu.
Mereka ini sebenarnya tetangga, tetangga yang sudah seperti keluarga sendiri dan Aidan sudah menganggap Yura seperti adik sendiri begitu juga sebaliknya.
Tapi karena insiden tolol mereka harus hidup berdampingan satu atap. Bahkan Aidan harus melangkahi kedua kakak laki-lakinya yang masih lajang. Banyangkan padahal bukan urutan seperti itu yang Adian inginkan.
Bagaimana kelanjutan ceritanya yuk lanjut baca disini👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika cha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"Otak indomilk kudu di bersihin pakai wipol"
Jam 3 sore Yura pulang dari kampus, begitu sampai rumah ia langsung saja mandi dan menganti pakaiannya dengan daster rumahan. Ia menatap seluruh area dalam rumah yang terlihat sedikit berdebu wajar saja, rumah Aidan baru saja mereka tempati dan sebelumnya juga di bersihkan seminggu sekali oleh orang yang di suruh oleh mama Nada.
Tau sendirilah Yura ini suka kebersihan dan kerapian, jadilah ia memilih inisiatif untuk membersihkan rumah Aidan yang juga menjadi tempat tinggalnya sekarang. Jadi selama tinggal di rumah Aidan, Yura tidak akan membiarkan debu seperempat sentipun hinggap dirumah Aidan ini. Yura mulai mencempol rambutnya, mengambil sapu, kain pel, kemoceng dan mulai membersihkan rumah. Ia mulai membersihkan area lantai atas. Setelah selesai ia berpindah ke lantai bawah.
Sekitar jam 4 sore Yura mendengar suara motor Aidan. Tapi tidak terdengar berbelok memasuki pekarangan rumah mereka, Jadi Yura mengintip dari jendela rumah. Ternyata polisi jelmaan indomilk itu masuk ke area pekarangan rumah Mama Nada. Yura mengintip setiap pergerakan Aidan.
"Tu indomilk satu pasti lupa kalau dia udah gak tinggal di sana, yakin gue! Indomilk dodol!" gumamnya lalu memilih melanjutkan kegiatannya, masa bodo dengan Aidan.
Sementara itu Aidan turun dari atas motornya memasukkan motor ke garasi rumah orangtuanya, lalu lanjut membuka sepatu dan masuk kedalam rumah.
"Samlekom." salamnya.
Mata Nada membulat sempurna, menatap si bungsu.
Semantara yang di pelototi malah nyengir. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu." ucapnya lembut tidak lupa ia menangkupkan kedua tangannya di depan dada dan menundukkan kepalanya pertanda minta ampun atas kesalahannya pada sang ibu ratu di rumah itu. "pangeran permisi dulu Kanjeng mama, untuk pamit ke kamar." ucapnya setelahnya melenggang mulai menaiki anak tangga.
"Berhenti!!" pekik Nada berhasil Menghentikan langkah Aidan yang sudah di pertengahan tangga.
Aidan memicingkan kedua matanya dengan paksa, namun setelahnya tersenyum manis yang amat di paksakan "ada yang perlu di bantu Kanjeng mama?" dengan senyum lembut yang teramat sangat di paksakan, wajar ia sudah cukup lelah mau istirahat tapi mamanya malah menghentikan.
Nada mengacungkan spatula yang ia pegang "ini anak pura-pura lupa apa amnesia mendadak sih?" gemas Nada pada si bungsu. "Kamu udah gak tinggal disini lagi Idan!" ucap Nada sambil mengayun-ayunkan spatulanya mengisyaratkan keluar.
Aidan menatap sang Mama dengan raut kaget dan begitu lekat, semantara otaknya berusaha mengingat sesuatu. Dan ia langsung tepok jidat setelah mengingat maksud sang Mama. Kenapa Aidan bisa lupa kalau dirinya sudah menikah "maaf ma, Idan lupa" ia tersenyum menampilkan gigi kelinci serta eye smile miliknya. Lalu menuruni anak tangga. "Kalau gitu Idan pulang dulu Kanjeng Mama, assalamualaikum." ia mencium tangan sang Mama lebih dulu, lalu beralih mencium pipi kanan kiri dan selanjutnya keluar rumah orangtuanya dan berjalan ke rumah miliknya sendiri.
Ia masuk begitu saja, tanpa mengetuk pintu. Merasa rumah itu tidak memiliki penghuni "assalamu-" salam Aidan belum selesai karena di potong oleh teriakan yang sebelas dua belas kerasnya dengan toa masjid yang berasal dari mulut si boncel jelmaan botol Yakult.
"INDOMILK!!" teriak Yura, menatap berang Aidan. Tentu saja teriakan itu membuat Aidan terlonjak kaget lalu menatap Yura yang sedang memegang kain pel, berbaju daster, wajah yang lembab terlihat berpeluh keringat dan rambut yang di cempol keatas. Oh, itu terlihat sangat sangat sexy, hot dan menggoda di mata Aidan, seketika Aidan menelan slivanya susah payah. Tunggu, sejak kapan si boncel jelmaan botol Yakult itu bisa semenggoda ini di matanya? Oho, Aidan matamu sudah tidak sehat lagi Aidan.
"Gue aja belum siap ngepel bang, lo enak aja main nyelonong masuk, tu kaki apa gak kerasa sih kalau lantainya masih basah?!" lanjut Yura meradang dengan wajah singa betina ciri khasnya.
Seketika otak Aidan kembali ke mode normal, lupakan soal Aidan yang mengatakan Yura terlihat menggoda nyatanya gadis itu tidak semenggoda itu, lihat saja mulut cerewet yang tidak ada habis-habisnya mengomel "Y-ya maaf cel, gue gak tau Lo udah di rumah. Kirain masih d-di kampus" kenapa malah jadi gagu begini jawabnya? Aura singa betinanya benar-benar si boncel ini.
"Udah jelas-jelas pintu gak di kunci, sok pura-pura gak tau lagi! Bener-bener minta gue tendang ya lo!"
"Dosa cel tendang suami. Mau jadi istri durhaka Lo hah?"
Yura masih menatap Aidan dengan tajam "bodo amat soal dosa. Kalau suaminya modelan kayak Lo bang, yang ada istri bukan cuma pingin nendang doang. Tapi juga pingin glindingin, pingin pites! Lo bener-bener deh bang seneng banget nguji kesabaran gue."
"Inget cel, buat Lo mencak-mencak adalah kegemaran dan keahlian gue." ucap Aidan tanpa beban dan malah di akhiri dengan cengiran tanpa dosa.
Semakin mendeliklah mata si boncel, seakan-akan ingin keluar dari tempatnya. Dengan perasaan emosi ia mendorong tubuh Aidan dengan sekuat tenaga untuk keluar. "Keluar lo bang, keluar!" berang Yura, mendorong tubuh Aidan sampai terhempas keluar.
Aidan malah cekikikan setelah di dorong keluar oleh Yura dan masih lanjut untuk menjahili gadis itu "Buset, tenaga Lo cel gak main-main kalau lagi marah ya. Tujuh belasan entar harus ikut tarik tambang lo. Gue daftarin." ia menepuk pundak Yura bangga seraya menganggukkan kepalanya sok yes.
Yura mengedikkan sebelah bahunya yang di pegang Aidan, seolah-olah enggang di sentuh oleh pria itu "Awas Lo ya bang kalau sampai masuk. Gue potong tu." tunjuk Yura dengan dagu kearah tubuh bagian bawah tubuh Aidan.
Aidan melihat kearah mana Yura menujuk lalu cepat-cepat ia menutup titik pusatnya dengan kedua tangan "Weh, sembarang Lo boncel. Bisa-bisa gak berkembang biak gue nanti!"
Yura mendelik kaget dengan ucapan dan apa yang di tutupi Aidan "otak Lo indomilk dodol! Bukan Otong Lo begok! Tapi kaki lo! Wah, otak Lo kudu ikut di bersihin pakek wipol kayaknya." Yura megeleng-gelengkan kepalanya.
Aidan menegakkan tubuhnya, wajahnya telihat malu karena salah menyimpulkan dan melepaskan tangannya dari pusat tubuhnya kini beralih berkacak pinggang "Ya-ya abisnya Lo nunjuknya gini." ia menirukan logat Yura tadi sambil melihat area pusat Yura "kan ambigu banget" lanjutnya.
"Mata Lo bang! Mau gue colok hah?!" amarah Yura sudah di ubun-ubun, ia sudah maju untuk bersiap mencolok mata Aidan dengan 2 jarinya.
Sementara Aidan langsung mundur beberapa langkah takut jika matanya benar-benar di colok oleh Yura si boncel jelmaan botol Yakult ini. Kan gak lucu nanti Aidan si cowok paling ganteng sepolres tiba-tiba jadi tunanetra gegara di colok sama istri. Haduh konsepnya sungguh tidak elit sekali.
"Lo tunggu disini! Awas aja kalau masuk sebelum gue suruh. Bukan cuma kaki Lo aja yang ilang, tapi semua organ tubuh Lo juga gue mutilasi! Ginjal sama jantung Lo gue jual!" ancam Yura.
Bukan takut Aidan malah semakin tertawa terbahak melihat wajah Yura yang sudah merah padam akibat marah. "Siap princess boncel. Hamba akan mematuhinya" ucap Aidan seraya menundukkan kepalanya layaknya memberi hormat pada tuan putri.
Brak!
Yura membanting pintu depan dengan cukup keras akibat emosi dengan Aidan. Sungguh, bertetanggaan dengan Aidan saja sudah menguras emosinya, ini malah di buat menjadi hidup dalam satu atap seperti ini. Bisa di pastikan dia akan mati akibat darah tinggi.
Baru 2 hari Ra, baru 2 hari. Masih ada waktu seumur hidup, hidup berdampingan sama tu indomilk kadaluarsa. Yura harus stok banyak-banyak bersabar untuk menghadapi tingkah ajaib Aidan.
Semantara Aidan malah mengelus-elus pintu rumahnya prihatin "yang kuat ya pintu." dialognya seakan pintu itu bernyawa.
Memang anak papa Saga dan Mama Nada satu ini agak lain dari yang lain. Gidam apa sih Mama Nada waktu hamil ini anak?
Akhirnya ia menunggu sambil bermain ponsel di depan rumah sesekali tersenyum pada orang lewat yang membunyikan klakson motor untuk menyapanya.
"Bang, masuk!" ucap Yura tiba-tiba begitu membuka pintu.
"Udah selesai?"
"Hm"
"Udah kering?"
"Hm"
"Udah-" ucapan Aidan lagi-lagi di potong Yura.
"Lo mau masuk gak sih?! Kalau gak mau ya udah terserah! Gue mau lanjut!"
Aidan bangkit dari duduknya dan segera menarik pintu yang akan di tutup Yura. "Jangan marah-marah dong cel. Entar macan sama singa punya saingan. Kan repot entar tu 2 hewan nyari jantan buat baranak-pinak kalau kalah galak sama lo." kini ia berjalan membuntuti Yura masuk kedalam rumah.
"Astagfirullah! Gue punya dosa apa sih bang punya suami modelan kayak lo." Yura berbalik dengan wajah frustasi sambil mengelus dada.
"No, no, no. Lo dapat modelan laki kayak gue itu mukjizat cel. Karena apa? Karena gue pinter." Aidan menunjuk kepalanya "imut," Aidan memonyongkan bibirnya "lucu," aidan nyengir menyisakan 2 gigi kelicinya di luar. "dan ganteng pastinya." ia menyugar rambutnya yang sedikit panjang kebelakang.
Yura berbalik menatap Aidan dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Ganteng tapi suka bikin gue naik tensi, sama aja bo'ong."
Aidan malah tersenyum manis "Lo cewek yang ke 1027 kali yang bilang gue ganteng. Terimakasih" tidak lupa ia menjawil dagu Yura dan pergi menaiki tangga.
Sementara Yura malah melongo di tempat menatap kepergian Aidan "tu cowok narsisnya emang luar biasa. Sampek niat banget ngitung. Salut banget emang sama kenarsisannya." ucap Yura seraya geleng-geleng kepala tak percaya.
Aidan memperhatikan tiap jengkal sudut kamarnya. Jujur saja, kamar itu terlihat lebih tertata, bersih, rapih dan juga harum. Wajar saja sih, Yura ini sangat mencintai kebersihan dan kerapihan, dia tidak suka kotor. Jadilah rumah ini terlihat lebih layak untuk di tinggali dari sebelumnya. Setidaknya jika Yura tidak bisa memasak, ia masih punya keahlian dalam membersihkan rumah.
Aidan masuk ke dalam kamar mandi lebih dulu untuk membersihkan tubuhnya yang sudah lengket karena seharian beraktivitas di luar.
Semantara Yura di bawah telah menyelesaikan semua pekerjaannya, hanya tinggal mengangkat kasur saja dan ia perlu bantuan Aidan. Yura pun menaiki tangga berjalan ke kamar. "Bang?" Panggil Yura. Tidak ada sahutan, dan Aidan tidak ada di kamar. "INDOMILK?!"
"INI BUKAN HUTAN, JANGAN TERIAK-TERIAK!" jawab Aidan dari dalam kamar mandi yang juga teriak.
"NANTI ABIS MANDI TURUN KEBAWAH YA, BANTU GUE ANGKAT KASUR!" instruksi Yura di depan pintu kamar mandi kembali berteriak.
Ceklek!
Seketika Yura mundur 2 langkah saat mendengar suara pintu itu terbuka, menampilkan Aidan yang keluar dari dalam sana dengan handuk yang melilit di pinggangnya dan sebelah tangan Aidan yang menggosok-gosok rambutnya yang masih basah dengan handuk kecil.
"IYAA!" jawab Aidan berteriak tepat di depan wajah Yura karena geram akan gadis satu itu yang hobi sekali berteriak-teriak di dalam rumah. Yang bikin heran lagi padahal tubuh Yura ini kecil dan minimalis tapi suaranya beh, udah nyaingi toa masjid. Pokoknya kalau to masjid rusak, bisalah pinjem ini mulut cewek boncel jelmaan botol Yakult. Aidan berjalan melewati Yura begitu saja dengan santainya.
Lagi dan lagi Yura membeku melihat roti sobek Aidan yang menggoda iman Yura yang sayangnya hanya pas-pasan itu, bisa-bisa ia khilaf kalau begini terus. Tarik nafas dalam-dalam Yura. Dan lagi aroma Aidan sehabis mandi membuatnya kian anjlok, seanjlok-anjloknya. Wanginya beh, udah kayak mandi kembang 7 rupa. Wangi banget. Kenapa Yura melupakan itu? Seharusnya selain menahan diri, ia juga harus menahan nafas jika Aidan abis mandi seperti ini.
jangan tergoda oleh marketing neraka Yura! Oke, tahan Yura tahan.
Tunggu, apa ini bisa di katakan marketing neraka padahal mereka sudah sah?
Oh tidak, walaupun sudah sah, tapikan mereka tidak saling cinta. Tetap saja ini namanya marketing neraka untuk menjebaknya jadi budak cinta. No, no, jangan sampai Yura jangan sampai. Tetap teguh pada pendirian, kamu pasti bisa!
"B-bang, bisa gak sih Lo m-mandi sekalian bawa baju ganti?" nah kan malah gagu, memang otak sama mulut susah banget buat sinkron, otak yang mati-matian menolak, hati mati-matian membangun tembok, eh mulut malah merusak segalanya. Dan itu berhasil membuat langkah Aidan menuju lemari terhenti, ia berbalik menghadap Yura.
"Emang kenapa?" tanya pria itu santai, tanpa dosa, tanpa beban, dan tanpa rasa bersalah. Ia malah berkacak pinggang dan membuat itu semakin menggoda di mata Yura karena apa? Karena semakin membentuk lekuk tubuh proporsional Aidan terlihat sempurna.
Oh, Tuhan hancur sudah dinding pertahanan Yura kalau seperti ini.
Yura menatap sekelebat roti sobek Aidan dan menelan salivanya susah payah. Wajahnya langsung memerah seperti tomat busuk. Sungguh iman Yura langsung saja anjlok ke dasar jurang "Lo-" ucapan Yura terhenti "Lo buat iman gue kalang kabut indomilk!" lanjutnya membatin. Tidak mungkin ia mengatakan itukan, bisa-bisa si indomilk kadaluarsa satu ini akan narsis tingkat mahadewa dan mentertawakan nasibnya yang goyah hanya karena melihat body aduhai indomilk kadaluarsa satu ini.
"Lo?" tanya Aidan yang tak kunjung mendapatkan jawaban. Ia menatap wajah Yura yang sudah memerah karena malu. Tapi emang dasarnya Aidan yang tidak peka ya jadi ia masa bodo.
"Udah cepetan pakai baju deh bang. Besok-besok kalau mandi harus bawa baju ganti! Gak boleh protes titik!" final Yura lanjut berbalik dan buru-buru berjalan untuk keluar kamar. Bahaya, indomilk satu itu benar-benar bahaya. "Jangan lupa selesai pakai baju, turun bantu angkat kasur." lalu ia menutup pintu kamar. Jantungnya sudah tidak aman, sudah anjlok jatuh ke dasar jurang hanya karena melihat perut sixpack Aidan. Sungguh roti sobeknya pingin Yura gigit sangking menggodanya.
Aidan menatap kepergian Yura dengan wajah bingung dan menelengkan kepalanya "dia kenapa sih? Semenit kayak barongsai, semenit malah kayak Kukang. Sehatkan?" gumamnya bertanya entah pada siapa lalu mengedikkan bahu dan melanjutkan kegiatannya yang sempat terhenti.
...Aidan kalau udah ngakak liat si boncel yang meledak-ledak 😂...