“Memangnya aku sudah gak laku?, aku bahkan belum pernah mencoba mendekati seorang gadis.” Gerutu Kevin. -Kevin Alexander Geraldy-
Beberapa hari setelah ia tiba di jakarta usai menyelesaikan pendidikan dokternya, ia mendapatkan kejutan dari papi dan mommy nya, bahwa papi Alexander menginginkan Kevin menikahi seorang gadis, dan yang paling membuat Kevin begitu emosi adalah, pernikahan ini adalah buntut dari sebuah surat wasiat yang di terima Alexander 15 tahun yang lalu.
“Aku juga tidak ingin menikah denganmu, aku menikah dengan mu karena aku tak ingin image baik yang sudah menempel padaku rusak begitu saja,” balas Gadisya dengan emosi yang tak kalah dahsyat nya. “Aku hanya yatim piatu yang kebetulan beruntung bisa mewujudkan impianku menjadi dokter, aku tak memiliki apa apa, bahkan silsilah keluarga yang bisa ku banggakan, jadi setidaknya aku harus mempertahankan nama baikku, karena itu adalah harga diriku, dan aku bangga. -Gadisya Kinanti-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
Andre tersenyum riang ketika melangkahkan kakinya meninggalkan Twenty Five Hotel, ia hendak menemui Mely sang kekasih, yang baru saja menyelesaikan sesi pemotretan untuk salah satu majalah mode wanita.
Ketika hendak menyalakan mobil, ponselnya berdering, "Belinda" wajahnya kembali tersenyum manakala melihat siapa penelpon yang menghubunginya.
Setelah memasang airphone di telinganya, ia mulai bicara, "iya bel?"
"Aku akan ke Indonesia,"
"Wow mendadak sekali? Apa ada sesuatu yang penting?"
"Yeah … aku baru saja bertukar kabar dengan mommy Stella, beliau bilang Kevin sudah menikah, aku harus mengucapkan selamat."
"Baiklah, kapan kamu berencana kemari, aku akan menjemputmu di airport."
"Nanti aku kabari lagi jika sudah pasti tanggal cuti dan tanggal penerbanganku."
"Hmmm … "
Sunyi … senyap …. tak ada lagi yang berbicara.
"Bel? Kamu masih di sana?"
"Oh iya, ada apa?"
"Kalau tidak ada yang ingin kamu bicarakan, aku akan menutup teleponmu, aku harus bergegas menemui Mely, dia pasti sudah menungguku."
"Kamu masih berhubungan dengannya? Bukannya bulan lalu kamu bilang sudah putus dengan wanita itu?" Belinda tiba tiba marah.
Andre menggaruk kepalanya yang tak gatal, yah sudah hal biasa baginya jika Belinda memarahinya, apalagi jika terkait dengan para wanita yang sering menempelinya seperti ulat bulu. "Yah kami berbaikan, dia sudah meminta maaf."
"Dan semudah itu kamu menerimanya kembali?" Belinda semakin marah, dia benar benar frustasi jika mendengar kisah cinta sahabatnya.
"Lalu aku harus apa? Bukankah kamu tahu Mely itu cinta pertamaku, rasanya aku tak tega mendengarnya menangis dan memohon untuk kembali padaku." Andre mencoba menjelaskan alasannya.
"Terserah … " Belinda yang marah pun mengakhiri panggilannya begitu saja.
(Spoiler dikit yah, penasaran dengan kisah Si kembar yang satunya? Andre dan Belinda, nanti othor bikinin lapak sendiri 🤓🤭, sekarang pokus dulu sama bang kepin)
Andre menghembuskan nafasnya perlahan, "maafkan aku Bel, bukannya aku tak mendengar nasehatmu, tapi aku begitu mencintai Mely, aku harap kamu mengerti."
Sesudahnya ponsel Andre kembali berdering, kali ini Mely sang kekasih yang menghubunginya.
"Sayang … maafkan aku, sepertinya pertemuan kita harus di tunda." Mely berucap dari seberang.
"Kenapa? Ini aku sudah di perjalanan untuk menjemputmu, lalu kita makan malam sesuai rencana."
"Maaf, tapi para kru mengadakan makan bersama, dan mereka memintaku untuk ikut, jadi aku merasa tak enak hati jika harus menolak mereka," jawab Mely memberi alasan, sementara di sisinya ada seorang pria yang kini tengah mencium punggung tangannya.
"Baiklah kalau begitu, kita bisa makan malam lain hari." Jawab Andre lesu.
"Maaf kan aku sayang, aku janji nanti kita makan malam romantis di restoran manapun yang kamu inginkan," kini pria di sebelah Mely tak segan mengecup bibirnya, dan Mely nampak menikmati perlakuan pria itu terhadapnya.
Panggilan pun berakhir setelah keduanya saling melempar kiss bye.
"Hah gagal sudah rencanaku, aku harus menemui siapa lagi, sekarang sudah terlanjur keluar kantor, menyesal tadi aku tak mengajak Bima." Gerutu Andre.
Namun Ketika melewati William Medical Center, ia pun tersenyum jahil, "sepertinya sedikit menggoda pengantin baru tak masalah." Ujarnya.
Ia pun memutar arah mobilnya menuju rumah sakit milik mendiang kakek nya Kenzo William, William Medical Center.
Setelah mobil terparkir, ia dengan riang melangkah menuju ke kotak besi yang akan membawanya ke lantai 3, ruangan saudara kembarnya.
Dari jauh ia melihat Kevin tengah bergandengan tangan dengan Gadisya menuju ruangannya. "Waaahhh pengantin baru itu mau melakukan apa? Kenapa mereka tidak sabaran sekali, bukannya menunggu sampai di apartemen." Ujarnya jahil.
Namun ketika sampai di depan pintu, tawa di bibirnya menghilang, sebisa mungkin ia membungkam mulutnya agar tak mengumpat pada saudara kembarnya.
"Kamu sadar dengan apa yang baru saja kamu lakukan." Tanya Kevin.
"Memang apa yang baru saja kulakukan?"
"Kamu benar benar seperti wanita penggoda." Hardik Kevin.
Gadisya tersenyum sinis, "Kalau aku bersikap begitu di depan dokter Robert, barulah jadi masalah."
Kevin terdiam, membenarkan ucapan Gadisya, tapi masalahnya dia sendiri tak suka Gadisya bersikap seperti itu dengannya, entahlah seperti kurang nyaman, karena itulah kini dia meluapkan kekesalannya.
Kevin menatap tajam ke arahnya, "jangan lakukan lagi." Ujar nya kembali dingin seperti biasa.
"Maksudnya?"
"Kamu tahu benar apa yang kumaksudkan,"
Gadisya tersenyum samar, "tadi itu aku hanya melakukan apa yang kita sepakati di awal perjanjian pernikahan kita, dan apa kamu tahu gosip tentang kita sedang beredar luas, jika tadi aku tak bersandiwara, sebentar lagi seluruh isi rumah sakit, akan tahu ada yang tidak beres dengan pernikahan kita."
"Biarkan saja mereka tahu, aku tak peduli, karena faktanya memang demikian, bagiku kamu hanya sebuah pajangan, indah untuk dilihat saja, tapi tidak untuk disentuh, jangan terlalu menghayati peranmu, aku muak melihatnya."
Kalimat menyakitkan lagi, setiap bertengkar, selalu berakhir dengan kalimat menyakitkan, Gadisya sungguh tak tahu harus bersikap seperti apa menghadapi suaminya, kadang dia lembut, kadang diam, tapi ketika tersulut amarah ucapannya selalu berakhir menyakitkan.
Kevin berjalan cepat keluar dari ruangannya, tujuannya adalah rooftop, tempat biasa ia mendamaikan pikirannya.
Ia menangis, hatinya terlalu lembut untuk mengucap kata kata kasar, tapi setiap mengingat Anindita sang ibu mertuanya kini, ia selalu marah dan terpancing emosi, hingga berakhir menyakiti Gadisya dengan kalimatnya.
Dan rooftop adalah tempat aman baginya untuk bersembunyi, menumpahkan tangisnya, sama seperti Alex, Kevin sangat tertutup dengan masalahnya, ia memang manja dan posesif, tapi bukan berarti dia bisa menceritakan isi hatinya pada orang lain termasuk saudara kembarnya sendiri.
Pikirannya kembali menerawang, ke masa lalu, kala itu ia menghadiri pesta ulang tahun Dio sahabatnya, di tempat itu semua teman temannya datang bersama ibu atau mama mereka, sementara ia hanya di temani pengasuhnya, tiba tiba ia menangis keras memeluk pengasuhnya, "kenapa menangis sayang?" Tanya Ima kala itu.
"Kakak, apa mommy ku tidak merindukanku? Kenapa dia tidak pernah datang menemuiku?"
Ima terdiam, dia hanya bisa memeluk erat anak majikannya tersebut, sungguh hatinya selalu berada dalam dilema bila menyangkut pertanyaan ini. 'Nyonya bukan tidak merindukan anda tuan kecil, tapi nyonya pergi karena ia merasa tak lagi memiliki tempat di hati tuan Alex.' bisiknya dalam hati.
Alex sudah memintanya untuk menutup rapat rapat mulutnya, Alex bahkan melarang seluruh orang orang yang ada di rumah menceritakan tentang Stella, yang hingga Kevin berusia 9 tahun belum juga di temukan.
Jadi bila melihat Gadisya menangis ketika ia melampiaskan kemarahannya pada Anindita, sebenarnya Kevin pun tengah menangis, ia menangisi luka hatinya, ketika tumbuh tanpa seseorang yang bernama ibu.
.
.
.
.
.
.
😭😭😭 Tuh kan kaya gini aja othor nulis sambil nangis 📝📝📝 sorry ya gaes cerita ini bakal menguras air mata, kalo versi othor sih, semoga kalian gak nangis yah 🤧🤧🤧
🤭🤭