Ini kisah yang terinspirasi dari kisah nyata seseorang, namun di kemas dalam versi yang berbeda sesuai pandangan author dan ada tambahan dari cerita yang lain.
Tentang Seorang Mutia ibu empat anak yang begitu totalitas dalam menjadi istri sekaligus orangtua.
Namun ternyata sikap itu saja tidak cukup untuk mempertahankan kesetiaan suaminya setelah puluhan tahun merangkai rumah tangga.
Kering sudah air mata Mutia, untuk yang kesekian kalinya, pengorbanan, keikhlasan, ketulusan yang luar biasa besarnya tak terbalas justru berakhir penghianatan.
Akan kah cinta suci itu Ada untuk Mutia??? Akankah bahagia bisa kembali dia genggam???
Bisakah rumah tangga berikutnya menuai kebahagiaan???
yuk simak cerita lebih lengkapnya.
Tentang akhir ceritanya adalah harapan Author pribadi ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang
Hari ini Mutia sudah boleh dinyatakan pulang, Arsya membantu Mutia mengurus kepulangan Mutia, karena Intan baru menjemput adik-adiknya.
Mutia dan Arsya sampai di rumah Mutia, namun di rumah tidak ada siapa-siapa karena Mutia tidak menggunakan pembantu, untuk membersihkan rumah selama dirinya sakit hanya menyewa pekerja dari kebunnya saja.
Mutia duduk bersama Arsya di teras depan, karena kunci rumah di bawa Tya, Tya sendiri sangat sibuk karena menggantikan semua pekerjaan Mutia selama dirinya sakit.
"Maaf ya Bang... saya tidak berani mempersiapkan kamu masuk... Tidak ada orang di dalam dan kunci rumah dibawa asistenku... " Kata Mutia merasa tidak enak.
"Santai saja Mut... tidak papa aku paham kok kita bukan mahram..."Jawab Bang Arsya sambil tersenyum.
Hening.
Terasa canggung rasanya yang di rasakan keduanya saat tidak ada lagi tema yang akan di bicarakan, dan Mutia sebenarnya bukan orang yang mudah berbaur dengan orang lain.
"Bang.. Ngomong-ngomong kamu sibuk ngurusin aku apa istri kamu tidak cemburu..." Tanya Mutia takut terjadi apa-apa pada rumah tangga keduanya.
Arsya justru tersenyum dan sedikit terkekeh " Tidak akan ada yang cemburu Mut... Aku tidak punya istri..." Jawab Arsya.
Mutia berkerut bingung dengan jawaban Arsya barusan. "Bang Arsya... Maaf duda??" Tanya Mutia ragu-ragu.
"Em.... lebih tepatnya... Apa yah... Saya belum pernah menikah..." Jawab Arsya.
Mutia semakin bingung kenapa Bang Arsya tidak menikah, apakah tidak tertarik pada perempuan, Batin Mutia lalu hanya menganggukkan kepala dengan kening yang berkerut penuh pertanyaan.
Arsya tersenyum melihat kerut di kening Mutia, wajar jika Mutia terkejut karena paling hanya beda 2 tahun usianya dengan Mutia sementara Mutia sudah punya anak empat dan dirinya anak satupun tak ada karena menikah saja belum pernah.
"Aku terlalu sibuk kerja jadi jarang memikirkan menikah... " Alasan Arsya sambil tersenyum.
"Aku pikir Bang Arsya tidak suka wanita..." Sahut Mutia ragu-ragu, namun justru membuat Arsya tertawa terbahak-bahak, bagaimana bisa Mutia menilai dirinya bengkok.
"Astaga... Aku masih normal Mut... Dulu sekali aku pernah jatuh cinta pada gadis saat di kampus, namun dulu aku tidak percaya diri, kamu tau sendiri tubuhku begitu gendut dan penampilanku yang seperti dulu, sementara gadis itu begitu cantik dan menawan di mata semua kaum Adam, hingga aku terlambat saat aku mulai harus berjuang ternyata dia sudah menikah duluan..." Cerita Arsya setelah tawanya usai.
Mutia mendengarkan cerita Arsya dengan manggut-manggut tanda mengerti. " Lalu... Apa kabar gadis itu sekarang ?? " Tanya Mutia semakin penasaran.
Arsya hanya menggeleng lalu tersenyum sembari memandang Mutia dan mengalihkan pandangannya karena detak jantungnya semakin berdetak keras. Rupanya rasa itu belum usai di dalam hatinya, perasaan yang dulu pernah ada seperti hadir kembali.
"Bang Arsya apa tidak ingin menikah?? Kalau nanti tua tidak ada yang menemani gimana??? " Tanya Mutia memecah lamunan Arsya.
"Mau jika ada yang mau..." Jawab Arsya asal sambil tersenyum.
"Pasti banyak yang mau lah... Bang Arsya masih kelihatan muda, tampan, gagah, sudah jadi pengacara sukses pula, malah sudah kantor sendiri, usaha sendiri... Kurangnya apa coba..." Kata Mutia menyemangati Arsya namun justru membuat hati Arsya semakin tidak karuan akibat pujian yang di lontarkan Mutia.
***
Dari kejauhan nampak dua deretan mobil kemudian dua mobil itu masuk kedalam halaman rumah Mutia, mobil pertama mobil Haris dan yang kedua mobil Tya asisten Mutia. Haris setengah berlari lalu menghampiri keduanya dengan sedikit emosi di dadanya karena cemburu.
"Bun... Tidak baik berdua laki-laki dan perempuan... !!"Kata Haris dengan tajam.
"Kamu masih istriku jika kamu tidak lupa..."Cecar Haris lagi.
" Kami tidak melakukan apapun jadi silahkan tenang Tuan Haris..." Kata Arsya dengan tenang sembari menyalami Haris yang merah padam menahan rasa cemburunya.
Mutia hanya diam lalu meminta Tya untuk mendekat dan membukakan pintu rumahnya. "Kamu lama sekali Tya... Aku sudah kelelehan menunggumu..." Kata Mutia.
"Maaf Bu... Mari masuk sudah saya siapkan Kamarnya..." Tya membawa kunci rumah dan membukakan pintunya.
Mutia mengikuti masuk di susul Haris dan Arsya yang juga ingin masuk kedalam rumah Mutia. Mutia masuk kedalam kamar lalu meminta Tya menyiapkan minum untuk para tamunya, sedangkan Mutia sendiri pamit ke kamarnya.
Tya membuatkan minuman Haris dan Arsya lalu menyajikan ke ruang tamu, lalu setelah itu Tya menyusul Mutia ke dalam kamarnya.Tinggalah Haris dan Arsya berdua duduk di ruang tamu.
"Maaf Pak Arsya saya tegaskan ke Anda untuk jaga jarak dengan istri saya Mutia..." Kata Haris tegas pada Arsya.
"Jarak seperti apa yang Anda Maksud??" Tanya Arsya santai menanggapi Haris sembari meminum minumannya.
"Jangan di kira saya tidak tau anda mendekati istri saya, ananda sering bertemu dengan istri saya di rumah sakit..." Kata Haris dingin.
"Hehehe saya itu pengacara Mutia, kasus dia saya yang menangani dan maaf kasus perceraian antara anda saya juga yang menangani jadi wajar jika saya sering menemui karena panggilannya..." Kata Arsya terkekeh dengan sikap cemburu Haris yang Abah menurutnya.
Bagaimana dia dengan bebas cemburu padahal hubungan antara dirinya dan Mutia masih dalam ranah yang wajar, dengan batas-batas yang jelas di buat oleh Mutia. Semetara Haris sendiri bebas menyukai wanita bahkan sampai menikahinya tanpa ijin istri pertama, Arsya tersenyum remeh memandang Haris di depannya membuat dada Haris semakin penuh terbakar.
"Saya tidak akan menyetujui perceraian itu... Jadi jangan coba-coba membantunya untuk menggugat cerai saya..." Ancam Haris geram.
"Hati-hati Tuan Haris yang terhormat, anda sedang berbicara dengan seorang pengacara, itu bisa saya catat sebagai ancaman loh..." Ancam Arsya balik membuat Haris sedikit memundurkan duduknya.
"Lagi pula... Anda itu bagaimana, istri sesempurna itu bisa tidak bersyukur malah mencari yang lain, jadi jangan salahkan orang lain bila melihat peluang berharga... Mutia terlalu berharga untuk di sia-siakan... " Kata Arsya lalu berdiri meninggalkan Haris yang kebakaran hati, Arsya menemui Tya yang sedang menuruni tangga untuk pamit pulang, lalu menitipkan salam juga kepada Mutia agar lekas sehat seperti sediakala.
Haris juga ingin naik ke atas, namun di cegah oleh Tya di tengah jalan "Maaf... Bu Mutia sedang istirahat dan tidak ingin di ganggu... beliau berpesan kepada saya begitu..."Kata Tya lembut tapi tegas.
"Saya suaminya Tya jika kamu tidak lupa...!" Balas Haris lebih tegas.
"Saya tidak lupa... Tapi saya juga tidak lupa bagaimana hubungan anda dengan Bu Mutia saat ini... Saya hanya menjalankan tugas... " Jawab Tya tetap berdiri di tempat tanpa gentar,
membuat Haris mengurungkan diri dan kembali ke ruang tamu karena tidak mau membuat keributan.
Alhamdulillah senang bngttt
Semoga ada ke ajaiban dan Arsya bisa selamat