Tak perlu menjelaskan pada siapapun tentang dirimu. Karena yang menyukaimu tak butuh itu, dan yang membencimu tak akan mempercayainya.
Dalam hidup aku sudah merasakan begitu banyak kepedihan dan kecewa, namun berharap pada manusia adalah kekecewaan terbesar dan menyakitkan di hidup ini.
Persekongkolan antara mantan suami dan sahabatku, telah menghancurkan hidupku sehancur hancurnya. Batin dan mentalku terbunuh secara berlahan.
Tuhan... salahkah jika aku mendendam?
Yuk, ikuti kisah cerita seorang wanita terdzalimi dengan judul Dendam Terpendam Seorang Istri. Jangan lupa tinggalkan jejak untuk author ya, kasih like, love, vote dan komentarnya.
Semoga kita semua senantiasa diberikan kemudahan dalam setiap ujian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DTSI 9
Pernikahan sederhana antara Rina dan Supri, pemuda sederhana yang berasal dari desa sebelah. Dia laki laki baik, pekerja keras meskipun kerjanya hanya serabutan sebagai kuli bangunan. Namun Supri mau menerima Rina dengan tulus dan begitu menyayangi Rina apa adanya.
"Alhamdulillah, sah." Suara segenap keluarga dan juga tetangga terdekat yang hadir di KUA terdengar riuh dengan panjatan kalimat syukur.
Setelah kembali dari KUA, di rumahnya Rina mengadakan acara syukuran kecil kecilan dan beberapa tetangga silih berganti datang untuk mengucapkan selamat dengan pernikahan gadis pendiam dan juga ringan langkah itu. Rina terkenal sangat rajin membantu setiap ada tetangga yang membutuhkan tenaganya. Jadi tidak sedikit yang bersimpati dengan Rina. Meskipun acara pernikahannya sangat sederhana bahkan terkesan tanpa pesta, tapi tamu yang datang cukup banyak bahkan terus berdatangan hingga malam menjelang.
"Alhamdulillah, tadi aku sempat deg degan kalau hidangan yang kita masak kurang, Rin. Habisnya gak nyangka kalau yang datang akan sebanyak itu." Ucap Ningsih saat mereka sudah bersantai dan duduk melingkar di atas karpet yang ada diruang tamu.
"Aku juga mbak, padahal kita gak ngundang banyak orang, cuma kasih tau lewat lisan saja. Tapi yang datang sangat banyak." Sahut Rina tersenyum sumringah dan begitu juga dengan Supri yang belum mau banyak ikut bicara, karena masih merasa sungkan.
"Mbak, tadi kan kita cuma masak sotonya sedikit, cuma beli ayam tiga kilo saja. Sedangkan tamunya yang datang banyak, apa mbak Ningsih masak lagi, terus beli ayamnya gimana?" Tanya Rina pada kakaknya dengan mengerutkan wajahnya.
"Iya, tadi aku masak soto lagi dan ayamnya beli di kampung sebelah, minta tolong sama Adi. Untung saja bumbunya masih banyak, jadi Alhamdulillah semua bisa di atasi dan kita gak malu karena kehabisan makanan. Yang penting sekarang semua sudah teratasi, lebih baik kalian istirahat, sudah malam." Sambung Ningsih yang sudah merasa lelah, karena seharian menghabiskan waktunya di dapur untuk kelancaran acaranya Rina.
Sedangkan Rina dan Supri langsung mengiyakan perkataan Ningsih dan pergi masuk ke dalam kamar, sedangkan Bu Yati sudah terlelap bersama Salwa sejak tadi.
"Dek, buka amplopnya dan kita hitung. Lalu nanti kita bagi ke ibu dan juga mbak Ningsih. Mereka sudah banyak membantu acara kita." Suara Supri begitu lembut dan perhatian, membuat Rina tersenyum dan mengangguk lalu mulai membuka satu persatu amplop yang di dapat dan menulis nama nama si pemberi di buku kosong, agar nanti mudah untuk mengembalikan saat yang bersangkutan sedang memiliki hajat.
"Yang aku hitung ada tiga juta, dek. Punya kamu berapa?" Tanya Supri sambil memegang uang ditangannya.
"Ini ada empat juta tujuh ratus, mas. Alhamdulillah." Sahut Rina yang tersenyum, tak menyangka jika tamu yang datang begitu banyak dan mendapatkan uang amplop yang diluar prediksi nya. Karena Rina tadinya tidak berpikir kalau akan dapat uang amplop, sebab acara hanya mengundang kerabat dekat saja dan juga tetangga kanan kiri. Tapi ternyata semua tetangga bahkan dari desa sebelah juga datang untuk memberikan selamat.
"Kamu kasih satu juta sama mbak Ningsih dan buat ibu juga satu juta, biar buat pegangan. Dan sisanya kamu pegang, nanti buat kita pindahan kerumahku. Kita juga harus beli peralatan dapur dan kasur." Sahut Supri dengan wajah tenang dan senyumnya mengembang bahagia.
"Terimakasih banyak, mas. Kamu sudah begitu baik sama ibu dan kakakku. Semoga rejeki kamu lancar dan rumah tangga kita bahagia, Aamiin." Balas Rina yang sangat terharu dengan sikap Supri yang terlihat begitu tulus pada keluarganya.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Keesokan harinya, Rina dan Supri sudah siap siap untuk pindahan kerumahnya Supri yang ada di desa sebelah. Walaupun kecil, Supri sudah memiliki hunian sendiri. Mereka berpamitan dengan Ningsih dan Bu Yati yang tengah di dapur menyiapkan sarapan.
"Loh, kalian mau kemana, kok bawa tas begitu?" Tanya Bu Yati dengan wajah mengernyit heran.
"Kami mau pulang ke rumah mas Supri, Bu. Ini cuma bawa baju saja." Sahut Rina yang tersenyum manis dan mendekap tubuh ibunya dari belakang.
"Ibu gak melarang kalian untuk pindahan, tapi jangan hari ini, tunggu dulu satu Minggu. Kalian habis menikah, gak baik grusa grusu begini, semua ada aturannya nduk. Dengarkan omongan ibu, jangan meninggalkan adat sebagai orang Jawa." Tutur Bu Yati mengingatkan anak dan menantunya.
"Bagaimana, mas?" Rina melihat ke arah Supri untuk meminta pendapatnya.
"Kita turuti ucapan ibu, dek. Toh juga demi kebaikan kita semua. Hari ini kita kerumah bersih bersih saja. Dan nyicil beli apa apa yang harus dibeli. Agar pas kita pindah, semua sudah lengkap." Sahut Supri yang tidak mau membantah ucapan mertuanya yang memang ada benarnya.
"Kalian sarapan dulu, ibu sudah masak sayur Bali telur dan tahu. Itu juga ada sambel goreng kentang juga." Sambung Bu Yati dengan meletakkan sayur di atas meja, Ningsih memilih diam saja, menyimak obrolan ibu dan adiknya.
"Bu, ini ada sedikit pegangan buat ibu, disimpan ya." Rina memberikan amplop pada ibunya.
"Apa ini, nduk?
Tidak usah repot repot , kalian masih membutuhkan ini dari pada ibu." Bu Yati kembali menyodorkan amplop pemberian Rina pada Rina lagi, tapi Rina tetap menolaknya, karena itu sudah jadi kesepakatan dengan suaminya semalam.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
Novel baru :
#Sahabat Benalu
Novel Tamat
#Anak yang tak dianggap
#Tentang luka istri kedua
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)
#Coretan pena Hawa (Tamat)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)
#Sekar Arumi (Tamat)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )
#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)
#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)
#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)
#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]
#Bidadari Salju [ tamat ]
#Ganti istri [Tamat]
#Wanita sebatang kara [Tempat]
#Ternyata aku yang kedua [Tamat]
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
sekedar saran utk karya2 selanjutnya, kurangi typo, dan di setiap ahir bab jgn terlalu banyak yg terkesan menggantung.
semoga smakin banyak penggemar karyamu dan sukses. terus semangat.. 💪😊🙏
mksh ka/Kiss/sumpah ceritanya bagus buat candu
entah apa hukumnya wandi mentalak irma tanpa saksi juga ..syahkan cerainya. ktnya hrs dpn saksi jatuhin talak