Cokelat Susu
"YURA!!"
Teriakan yang begitu mengganggu Indra pendengaran siapa saja yang mendengar dari mulut seorang wanita paruh baya, seraya memekik ia menggedor pintu kayu berwarna putih itu beberapa kali. Berharap bisa membangunkan sang penghuni kamar yang masih setia memejamkan matanya padahal cahaya matahari sudah masuk kedalam kamar, melalui cela gorden.
Tok! Tok! Tok!
"Bangun Yura! Udah jam berapa ini?!" teriak wanita itu lagi bertambah naik satu Oktaf karena tidak mendapati kehidupan didalam sana bersuara. Mungkin kalau mereka memiliki tetangga baru, mereka tidak akan betah tinggal bersebelahan dengan keluarga Yura yang tanpa absen selalu cosplay jadi penyanyi rocker.
Suara yang begitu melengking itu mampu membuat Yura terperanjat bangun dari tidurnya. Ia duduk di atas ranjang sembari sebelah tangannya menggaruk-garuk kepalanya sudah Seperti monyet baru bangun tidur.
"Iya, ini udah bangun bunda" teriak Yura dari dalam kamar, ia menguap selebar-lebarnya seraya meregangkan otot-otot tubuhnya.
"Cepetan mandi, udah jam berapa itu?! katanya mau bimbingan"
Seketika Yura sejenak menghentikan pergerakannya, pikirannya masih ngeleg. Begitu otaknya sudah kembali ke setelan pabrik ia langsung melirik jam digital yang ada di atas nakas, mata Yura langsung membulat sempurna begitu mengetahui jam sudah menunjukkan pukul 07:20.
"Mampus gue kesiangan!" ia langsung berlari masuk kedalam kamar mandi.
"Bisa di gorok gue sama pak Burhan kalau telat" Yura mulai panik didalam kamar mandi.
Hari ini ia ada jadwal dengan dosen pembimbing untuk menyerahkan proposal Karena baru-baru ini judul penelitian Yura baru keluar. Maklumlah Yura ini mahasiswa akhir yang nulis proposal dan bolak-balik revisi melulu.
Tapi sayangnya hari ini Yura malah kesiangan, dan semua ini gara-gara ia begadang menulis proposal yang akan ia serahkan hari ini.
Dengan kecepatan di atas rata-rata Yura bersiap-siap. Dari mulai mandi, pakai baju dan dandan. Yura hanya membutuhkan waktu selama 10 menit, banyangkan 10 menit Yura sudah selesai padahal biasanya 20 menit juga tidak cukup untuk itu. Yura akhirnya keluar kamar, ia langsung berjalan dengan terburu-buru menuruni anak tangga.
"Bunda, bunda!" teriaknya sambil menuruni anak tangga memanggil Rita—ibunda Yura.
"Gak usah teriak teriak Yura! Ini bukan kebun binatang" gemas Rita ia sedang mengepel lantai di bagian dapur.
"Ish, gak ada waktu bun, Yura udah telat nih" Yura memakai sepatunya dengan terburu-buru.
"Salah siapa bangun kesiangan!" dengus Rita.
Yura sudah tidak perduli dengan Omelan sang bunda, ia dengan cepat meraih tangan sang bunda untuk di cium. "Yura...!! Dapur baru selesai di pel kamu malah injek pakai sepatu!" teriak Rita sudah tidak terkira.
Ngerti kan ya rasanya kalau kita baru selesai ngepel lantai tapi orang rumah lainnya dengan santai malah nginjek lantai yang masih basah. Rasanya pingin di tendang sampai ke Afrika supaya di mangsa sama singa disana.
Yura hanya nyengir tanpa dosa, ia langsung berlari keluar rumah dengan segera, malas dengerin teriakan sang bunda yang pasti tidak akan ada habisnya.
"Sarapan dulu!" teriak Rita yang tidak di gubris.
Belum lagi Yura harus menunggu angkot di Simpang jalan sana. Haduh, mau jam berapa lagi Yura sampai, bisa-bisa dosen pembimbingnya murka nanti.
Sampai di depan gerbang Yura melihat anak tetangganya duduk di atas motor sudah rapih dengan baju kemeja hitam ciri khas satreskrim karena tetangganya ini anggota polisi dan jangan lupa ia sedang menyeruput susu kotak cokelat bergambar sapi favoritnya.
Seragamnya sangar, minumnya susu bocah.
"Woy indomilk!" teriak Yura pada sang tetangga.
Yang merasa di panggil terperanjat kaget, sampai kesedak susu yang ia minum sebelum menoleh "Boncel bangsat! Ngagetin aja loh ye!" kesalnya. Sementara Yura yang di panggil 'boncel' itu hanya tertawa tanpa dosa "lagian ni bed nama gue udah Segede gaban ya cel. Apa perlu gue print pakai spanduk biar Lo bisa liat. Aidan cel, Aidan. Bukan indomilk" ucap pria bernama Aidan menggebu-gebu membusungkan dadanya yang terdapat name tag 'AIDAN' dibagian dada sebelah kanannya. Ia merasa tidak terima jika ia di panggil dengan sebutan 'indomilk'.
Yura menghampiri Aidan yang masih duduk di motor seraya menyedot susu kotak yang ia pegang "Kek lu bener aja dah bang manggil gue" gerutu Yura. Karena memang Aidan ini selalu memanggilnya dengan panggilan 'boncel' padahal dia tidak sekecil atau sependek itu. Itu hanya karena dia di samping Aidan yang notabennya adalah tiang listrik berjalan. "Lo mau kemana bang?" ia mengalihkan topik.
Aidan nampak merotasi bola matanya "Lo liat gue udah ganteng pakek kemeja gini menurut Lo mau kemana?" Aidan melempar kotak susu yang sudah kosong ke tempat sampah yang berada di samping Yura.
"Mau ke depan Sono noh, mangkal" jawab Yura sekenanya sambil menunjuk gang depan lalu ia terkekeh setelahnya.
"Lu kira gue kang ojek" ucap Aidan dengan tidak santainya. Aidan pun mendengus "udah deh cel, gue mau kerja. Udah siang noh" tunjuk Aidan pada langit yang memang sudah cerah. Secerah masa depan si Yura.
Aidan menghidupkan mesin motornya.
Astaga, Yura hampir saja melupakan jadwalnya hari ini. Dengan buru-buru ia naik ke jok motor belakang Aidan tanpa permisi pada sang empunya.
"Weh, ngapain Lo cel? turun gak! Gue mau ke kantor sekarang udah siang" ucap Aidan menarik lengan Yura untuk turun dari atas motornya.
"Gue yang udah kesiangan bang. Anterin gue dulu yuk ke kampus, ada bimbingan sama dosen hari ini." Yura memegang pundak Aidan megambil posisi.
Aidan sedikit memutar tubuhnya menghadap Yura "Bukan urusan gue. Turun gak!"
"Pelit banget Lo bang, tolong gue napa. Entar gue segala nunggu angkot dulu, nambah kelamaan" ucap Yura memelas.
"Makannya belajar naik motor!"
"Ogah, entar nyebur ke got lagi" mengingat Yura pernah belajar naik motor dan di ajari oleh Wira—kakaknya. Tapi karena tubuh Yura yang terlampau kaku membuatnya malah nyebur di got depan rumah Aidan dan di saksikan oleh keluarga Bimantara—notabennya keluarga besar Aidan yang sudah jelas semuanya cogan berseragam. Sakitnya gak seberapa, malunya sampai tua.
"Ya udah naik mobil noh, kan Lo bisa naik mobil."
"Nah itu bang masalahnya, gue bisa naik mobil tapi kagak bisa parkir."
"Dasar boncel dodol" Aidan mendorong kepala Yura dengan jari telunjuknya sangking gemasnya dengan gadis satu ini.
Yura malah nyengir di katai sedemikian oleh Aidan. "Mau ya bang anterin gue ke kampus" ucapnya memelas kembali.
Aidan nampak berfikir. "Tapi isi bensin gue."
"Dih perhitungan banget dah Lo bang, pantes gak ada yang mau nikah sama Lo."
"Kalau sama Lo harus perhitungan, kalau gak nanti jatuhnya kebiasaan. Tapi bakal beda kalau sama cewek lain, gue harus stay cool."
"Jatuhnya lo bermuka dua dong."
"Bodo amat. Pokoknya isi bensin gue."
"Iya-iya aman" pasrah Yura akhirnya menurut. Susah soalnya kalau harus nego dengan Aidan.
"Awas kalau lu bohong ya cel, gue gentayangan lu." ancam Aidan.
"Iya Abang Aidan putra Bimantara yang paling ganteng." tidak lupa ia tersenyum semanis mungkin tapi dipaksakan.
Aidan tersenyum mendengar pujian dari Yura menampilkan eye smile miliknya.
"Minta sama Mama gue helm sono, kan gak lucu aparat gak tertib peraturan" titah Aidan, Yura kembali turun menuruti perintah Aidan untuk meminta helm pada Mama Aidan.
Tidak membutuhkan waktu lama, Yura pun keluar dari dalam rumah Aidan, ia bahkan sudah mengenakan helm di atas kepalanya.
"Buruan naik" titah Aidan lagi setelah melihat Yura keluar. Yura menurut, ia kembali duduk di jok belakang motor Aidan. Dan Aidan mulai menjalankan motornya mengantar Yura ke kampus.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di kampus Yura karena memang tadi Aidan memotong jalan demi dia dan Yura tidak terlambat sampai ke kampus dan kantornya.
Begitu turun dari atas motor Aidan, Yura langsung melepaskan helmnya, dan memberikannya pada Aidan. Yura langsung buru-buru berlari masuk kedalam pelataran kampus.
"Eh, boncel bensin gue gimana?!" teriak Aidan begitu melihat Yura langsung ngacir masuk kedalam kampus melupakan janjinya.
Mendengar teriakan Aidan, Yura membalik tubuhnya tapi masih tetap berlari "entar gue isi gue udah terlambat!" balas Yura juga berteriak.
Aidan memasang wajah sebelnya "masalahnya bensin gue udah sekarat ini boncel" gerutunya sendiri karena Yura sudah jauh mana mungkin ia teriaki. "Dasar boncel. awas aja lu kalau manfaatin gue ye. Entar malam gue tagih tu bensin."
...Jangan lupa tinggakan jejak👇...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Ekha Na Didot'z
skrg baca kisah cinta anaknya
kyanya seru kak
2024-10-27
1
Kutipan Halu
hai mampir nih thor jgn lupa mampir juga ya ke novel terbaruku"Air Mata Pernikahan" . Yuk saling dukung thorr/Smile//Smile/
2024-11-22
1
DozkyCrazy
baru baca part awal udah ngakakk
2024-11-07
1