siapkan tisu sebelum membacanya ya geees.. cerita mengandung bawang 😅
" kamu harus menikah dengan Rayhan. Shena" ucap ibu lirih
"Kenapa harus Shena Bu? bagaimana dengan mas Arhan yang sedang berjuang untuk Shena?" aku menyentuh lembut jemari ibuku yang mulai keriput karena usia yang tidak muda lagi.
"menikahlah Shena. setidaknya demi kita semua, karena mereka banyak jasa untuk kita. kamu bisa menjadi suster juga karena jasa mereka, tidakkah ada sedikit rasa terima kasih untuk mereka Shena?"
ibuku terlihat memohon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SAHUR PERRAMA
********** Arshena Humaira ********
Dua hari berlalu, aku dan Mas Rayhan berada di rumah dengan kesunyian yang ada. Dia hanya sibuk dengan ponselnya begitupun denganku. Kami layaknya dua orang asing yang tak saling mengenal. Aku mencoba menenangkan diriku sendiri dengan menonton film dengan ponselku.
Bersyukur di rumah ini ada wifi jika tidak aku akan merasa kesepian, karena untuk membeli kuota aku tidak memiliki uang. Aku tertawa sendiri di kamarku kala aku menonton film komedi.
Aku merasa bosan juga akhirnya aku memutuskan keluar dari kamar. Mungkin aku butuh berkenalan dengan beberapa tetangga di dekat rumah. Perumahan yang dimiliki mas Rayhan sendiri. Ada puluhan rumah disini dan semua berdekatan. Aku membuka pintu memperhatikan lokasi perumahan yang mulai aku pahami.
“Mbak Shena? Kapan datangnya?” tanya seorang tetanggaku yang rumahnya bersebelahan denganku
“Sudah dua hari, Mbak” jawabku sambil tersenyum
“Oalah kirain baru datang. Main mbak ke rumah saya”
“Iya mbak” aku berusaha ramah dengannya, mungkin lain waktu aku bakal sering main dengannya. Dari pada sendirian di rumah dan di abaikan oleh suamiku sendiri.
Kami bercerita walaupun jarak kami agak jauh. Aku di teras rumahku dan dia pun di teras rumahnya. Aku duduk di kursi memperhatikan dia yang bercerita sambil menanam bunga di halaman rumahnya itu.
Aku memandang tetangga lain yang datang mendekatinya. “Siapa Ren?” tanyanya dengan suara sedikit pelan. Tapi aku masih bisa mendengarnya samar – samar
“Istrinya Mas Rayhan. Kamu nggak tahu toh? Tapi memang baru dua kali datang kesini” jelas Mbak Reny
“Loh iya toh?” ucap wanita itu langsung tersenyum denganku.”Sendirian di rumah mbak?” tanyanya padaku
“Ada mas Rayhan mbak sedang istirahat di dalam” jawabku dengan ramah
“Enak kalau punya suami kaya, lelah bekerja bisa istirahat sesuka hati. Kalau suami kita, libur bekerja ya tidak ada uang belanja” ucapnya sambil terkekeh
Aku tersenyum mendengar ucapannya, tanpa mereka ketahui apa yang aku alami membuat aku frustasi. Bersyukur masih ada iman di hati, kalau tidak entah apa jadinya aku di buat mas Rayhan
“Mbak Shena kelihatan berbeda ya, sedang hamil kah Mbak Shena?” tanya mbak Reny yang sudah selesai menanam bunga.
“Alhamdulillah mbak” jawabku
“Alhamdulillah, sehat – sehat ya mbak Shena” ucap mereka hampir bersamaan
Aku masih setia duduk di kursi rumah, dan mereka menghampiriku, kami bercerita dan kadang tertawa. Sampai aku nggak sadar ada mas Rayhan yang sudah memperhatikan kami di depan pintu.
“Mas Rayhan, lama nggak ketemu, aman kan mas?” tanya mbak Dwi.
“Apanya yang aman mbak” Jawab Mas Rayhan sambil senyum yang membuatnya kelihatan sangat tampan.
“Mau ramadhan mas, THR aman kan?” sahut mereka sambil terkekeh
“Diskon 10% untuk cicilan sebulan ya Mbak” ucap mas mas Rayhan masih dengan senyumnya
“Alhamdulillah” kompak sekali mereka.
Aku hanya tersenyum melihat candaan mereka. Seandainya mas Rayhan bisa bercanda seperti itu ketika denganku. Astaghfirullahaladzim!
“Shena”
Aku menoleh kembali ke arah Mas Rayhan yang masih berdiri di depan pintu.
“Ya Mas?” jawabku
“Mau makan apa?” tanyanya
“Apa saja Mas” jawabku
“Delivery saja Mas lebih mudah, dan bisa milih juga mbaknya” ucap mbak Reny
“Masih hamil muda begitu biasanya kesulitan untuk urusan dapur” Mbak Dwi bercerita tentang kehidupan ibu hamil di awal kehamilan. Cukup sulit dan menyusahkan bagi beberapa orang.
Mas Rayhan mendengarkan cerita mereka, dan dia juga meminta pendapat soal asisten rumah tangga. Walaupun sambil becanda, mereka mau membantu mencarikan siapa yang mau bekerja di rumah ini. Aku berpikir lagi, apa Mas Rayhan berniat untuk tinggal di sini terus bersamaku?
Bukannya aku ingin menolak, tapi aku masih takut bila tinggal berdua bersamanya dalam waktu yang lama. aku takut semakin menyukainya, dan aku takut nantinya hanya akan membuatku sakit hati.
...****************...
Aku mengaduk cangkir berisi teh, aku faham apa yang dia sukai sejak dulu. Bagaimanapun aku belum berhenti untuk melakukan tugasku sebagai istrinya. Bisa saja ini di katakan bakti pada suami, walaupun tak berbalas olehnya.
“Mbak Shena mau puasa juga kan?” tanya Mbak lilis ART baru kami karena besok hari bulan Ramadhan sudah tiba
“Mau nyoba Lis, tapi nggak dipaksa juga kalau memang kondisiku nggak mampu” jawabku. Lilis usianya di bawahku jadi aku hanya memanggilnya dengan menyebut nama saja.
“Saya buatin susu ya mbak” ucapnya sambil meraih panci kecil untuk merebus air.
“Terima kasih Lis, kamu mau sahur di sini juga kan?”
“Saya pulang Mbak. Sudah selesai kerjaan saya. Besok pagi jam tujuh saya datang lagi mbak” jawab lilis
Setelah selesai membuatkan susu untuk ku Lilis berpamitan untuk pulang ke rumahnya
“Mbak, saya pulang ya”
“Iya, makasih ya Lis”
“Nggak apa – apa Mbak, saya senang bisa bekerja di sini” ucapnya terkekeh
Lilis kembali kerumahnya yang hanya berjarak beberapa rumah saja dari rumah ini. Setelah Lilis pulang aku langsung masuk ke kamar untuk istirahat agar nanti untuk sahur aku tidak kesiangan.
Nggak lama aku masuk kamar aku langsung merebahkan tubuhku di kasur empukku yang membuat tubuhku nyaman. Beberapa lama aku langsung tertidur dengan lelap dan aku terbangun di saat waktu menujukkan pukul 2 dini hari.
Aku bangun dan menuju ke dapur, aku menghangatkan makanan yang tadi sudah di siapkan oleh Lilis. Setelah selesai semua aku melangkah menuju kamar Mas Rayhan untuk mengajaknya makan sahur.
Biasanya mas Rayhan akan ikut puasa walaupun dia tidak sholat. Ya, walaupun puasanya juga bolong – bolong melebihi puasa seorang wanita.
Tok!
Tok!
Tok!
“Mas, sahur” aku kembali mengetuk pintu kamarnya karena tidak ada jawaban darinya
Tok!
Tok!
Tok!
“Mas puasa apa nggak?”
Aku menghela napas, menggelengkan kepalaku sambil memandang pintu kamar yang masih tertutup rapat itu. Sepertinya dia tidak akan ikut puasa, nggak apa – apa aku akan sahur sendirian.
Baru selangkah aku bergerak, aku menghentikan langkahku dan menoleh ke belakang. Pintu kamar mas Rayhan terbuka dan terlihat mas Rayhan yang masih mengantuk.
“Mas, kamu?”
“Apa?” ucapnya dengan tatapan datar
“Sudah waktunya sahur mas,” ucapku
“Kamu duluan saja, nanti aku menyusul” dia kembali menutup pintu kamarnya setelah mengatakan itu.
Aku meneruskan langkahku menuju meja makan, aku memilih menunggu Mas Rayhan setidaknya untuk beberapa menit saja. Itupun kalau dia tidak kembali tidur.
Akhirnya Mas Rayhan muncul juga
“Lilis yang masak?” tanyanya
“Iya mas.”
Dia meraih piringnya, tatapannya kosong seperti orang yang belum terkumpul nyawanya. Aku tersenyum dan membatunya mengambilkan nasi untuknya.
Kali ini dia tidak keberatan, biasanya dia langsung menolak ketika aku mengambilkannya makanan. “Mau ayam gorang Mas?” tawarku
Dia hanya mengangguk. Mungkin dia masih sangat mengantuk. Aku kembali menawarkan beberapa lauk lainnya. Dan dia hanya mengangguk
Aku melambaikan tanganku tepat di depan wajahnya
“Mas”
“Apa?” dia menatapku dengan sedikit meotot
Seketika nyaliku kembali menciut “Sudah mas, makanlah” ucapku sambil kembali duduk di kursiku.
paling yaah jealous 2 dikit laaah
manusiawi kok...
biar si Rayhan 'lupa' pd naila..
kini dia hrs menjaga shena, masa depan nya
apa aj itu isinya????
wkwkwk
stlh shena sembuh,
gugat cerai ajalah si Rayhan...
Kdrt pun...
hahhh.
walaupun cerai itu boleh tp ttp dibenci.Alloh....
dan shena masa depanmu..
Ray...
bisakah kamu membedakannya?
bukan berarti kamu hrs melupakan Naila...
pria bermuka dua