~MEMBALAS DENDAM PADA SUAMI, SELINGKUHAN, DAN MERTUA MANIPULATIF~
Mayang Jianasari—wanita bertubuh gendut kaya raya—menjadi istri penurut selama setahun belakangan ini, meski dia diperlakukan seperti pembantu, dicaci maki karena tubuh gendutnya, bahkan suaminya diam-diam berselingkuh dan hampir menguras habis semua harta kekayaannya.
Lebih buruk, Suami Mayang bersekongkol dengan orang kepercayaannya untuk memuluskan rencananya.
Beruntung, Mayang mengetahui kebusukan suami dan mertuanya yang memang hanya mengincar hartanya saja lebih awal, sehingga ia bisa menyelamatkan sebagian aset yang tersisa. Sejak saat itu Mayang bertekad akan balas dendam pada semua orang yang telah menginjaknya selama ini.
"Aku akan membalas apa yang telah kau lakukan padaku, Mas!" geram Mayang saat melihat Ferdi bertemu dengan beberapa orang yang akan membeli tanah dan restoran miliknya.
Mayang yang lemah dan mudah dimanfaatkan telah mati, yang ada hanya Mayang yang kuat dan siap membalas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon misshel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjuangan Lea
Seperti biasa, Lea menghitung uang ketika waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Hari ini, cukup ramai sehingga dia tidak sempat membuka ponsel. Ditambah Mayang tidak datang, membuat pekerjaan Lea semakin berat. Tugas utamanya adalah di depan meja kasir. Memastikan pelayanan tetap prima dan cepat.
"Kalau ndak bakal aku miliki semuanya, aku males lah bekerja keras seperti ini." Lea membuang napasnya kasar dan menekankan pulpen ditangannya keras-keras ketika selesai me-mark up jumlah transaksi yang terjadi hari ini. Memang ada komputer, tetapi ada sebagian yang tidak ia masukkan, langsung masuk ke kantong Lea.
Berawal dari sepuluh ribu, lama kelamaan menjadi satu juta, dan kini dia yang menguasai rumah makan Mayang. Kendati demikian, ia tetap berhati-hati agar ketika semua beralih atas namanya, Mayang tidak curiga.
Setelah memastikan semua rapi dan aman, Lea meninggalkan tempat yang sudah sepi ini, meski masih ada karyawan yang akan membersihkan tempat ini.
Lea mengendarai motornya dengan santai menuju Selera sembari menikmati udara sejuk kota yang telah menjadi saksi perjuangannya.
Selera tampak tenang ketika Lea sampai. Para karyawan menyapanya seperti biasa, dan dengan gaya sok ngebos-nya, Lea membalas sapaan itu. Matanya dengan lincah memeriksa ruangan resto yang penuh dengan pengunjung. Senyumnya melebar puas.
"Itu kenapa meja di sebelah sana masih berantakan. Ayo buruan bereskan! Nanti ada pengunjung lain, mau duduk dimana?" hardiknya sengit pada salah seorang karyawan yang berada tak jauh darinya
Karyawan itu tampak kaget dan langsung melakukan apa yang diperintahkan padanya.
Lea berlalu setelah memastikan karyawan itu bekerja dengan benar.
"Gimana jualan hari ini, Put?" tanya Lea pada Putri yang bekerja di balik mesin kasir.
"Lancar, Bu ... pengunjung ramai dan penjualan kita meningkat tajam. Belum tengah hari saja kita sudah melampaui hasil penjualan kemarin." Putri bersikap biasa meski kakinya masih gemetaran.
"Wow ...." Lea tersenyum dan meletakkan tas di samping layar komputer yang menyala. "Keren sekali." Mata Lea berbinar penuh lambang rupiah. Dari Selera saja dia sudah bisa membeli Gudang Rasa jika bangkrut nanti.
Ya, rencana Lea adalah membeli dua resto Mayang yang lain, setelah membuatnya jatuh rugi. Sudah beberapa bulan ia gencar menjalankan aksinya. Membuat seolah terlihat rapi di mata Mayang, padahal Lea sudah merekayasa semua laporan yang ada.
"Jumlahnya besar-besar, apa yang datang adalah rombongan orang kantoran, Put?" tanya Lea tanpa bisa menyembunyikan senyum lebarnya.
"Iya, Bu ... mereka sudah booking sejak dua hari lalu. Sebagian uang muka sudah masuk kemarin, itu hanya jumlah pelunasannya." Putri menautkan kedua tangan di depan tubuhnya, menahan agar tubuhnya tidak jatuh. Ia ketakutan sekali, tetapi kakinya harus dipaksa tegak jika tidak ingin dilemparkan ke jurang hingga berakhir di laut lepas oleh Mayang.
"Kamu kerja rapi banget, Put ...," kata Lea seraya menoleh, senyum kepuasannya masih terukir di sana. "Saya suka dan kamu akan saya kasih bonus akhir bulan nanti." Lea bangkit dan menepuk pundak Putri hingga berguncang.
Putri mengangguk pelan. "Makasih, Bu."
"Aku istirahat dulu, pegel punggungku seharian kerja dan masih harus nyertir ke sini." Lea menyandang tas beratnya, lalu beranjak ke bagian belakang dimana ruang kerja berada.
Putri baru saja mau bernapas lega, tetapi Lea menegurnya lagi.
"Put ...."
"Ya, Bu ...." Putri menoleh dengan gemetaran, ia takut kalau Lea curiga pada suasana tegang di sini.
Lea menyipitkan mata, seperti sedang berpikir keras. "Kalau aku beli mobil enaknya apa, ya? Dan aku beli cash atau kredit berjangka aja? Enak kali, ya, kemana-mana kalau ada sopirnya," kata Lea lebih pada dirinya sendiri.
"Sa-saya ti—"
"Haaish ... kamu!" potong Lea kesal karena Putri terlalu lama menjawabnya. "Susah memang kalau ngomong sama orang susah!"
Lea mencibir Putri, lantas dengan gerak memutar yang sok, Lea benar-benar meninggalkan tempat ini.
Lea bersenandung kecil ketika membuka pintu ruangan berukuran 4×4 yang berada di pojok belakang.
"Wow ... bagus! Bu Bos datang!"
Lea terkejut ketika telinganya mendengar tepuk tangan keras dan suara tajam yang sangat familiar di telinganya. Matanya membulat seketika saat menangkap objek yang tak asing baginya.
"Mbak Mayang?"
*
*
*
*
Gimana-gimana?🤭 Lanjut?🤭
Eh-eh, aku mau bilang makasih sama yang kasih tip buat akoh🤭 jujurly, aku agak tak enak lah🙈 masih acak adul, udah di tip❤
Tetap dukung karya ini ya, gengs ... karena dukungan dalam bentuk apapun menjadi semangat buatku tetap update❤🥰
Mari kita ketik adegan selanjutnya😄
Dearly
Misshel❤