Seorang Nara Pidana yang di pindahkan ke Penjara angker di Pulau terpencil.
Ternyata tak hanya angker, penjara ini di salah gunakan untuk tindakan ilegal yaitu menjual organ-organ Para Nara Pidana.
Setelah mengetahui kebenaran tersebut, Prapto pun bertekad untuk keluar dari penjara sadis ini.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 26
"Coba lubang di samping mu kau senter" perintah kawan nya yang dari tadi sibuk mengarahkan cahaya senter nya ke depan.
Tanpa sepengetahuan mereka, percakapan dua sipir itu di dengar oleh Prapto. Ia kemudian perlahan menenggelamkan badan nya lagi di genangan air keruh itu sambil mendekap anjing yang sudah ia bunuh. Genangan air itu setinggi lutut orang dewasa.
Sipir itu berulang kali mengarahkan lampu senter nya ke bawah cabang saluran air tersebut, dan sedikit mencondongkan badan nya masuk ke lubang lingkaran yang berdiri di sisi tembok kiri itu. Di lubang itu, terdapat tangga besi yang sudah karatan menempel di tembok, biasa nya di gunakan untuk turun ke bawah.
"Coba kau turun cek ke bawah" perintah teman nya lagi sambil menatap kawan nya itu.
"Oke" jawab nya singkat, yang kemudian badan nya masuk ke tembok berlubang lingkaran dan menginjakkan kaki nya di atas tangga berkarat menuju ke bawah.
Teng teng teng, krakkk !!!
Baru tiga pijakan arah bawah, anak tangga itu sudah patah karena sudah terlalu berkarat.
"Brengsek! tangga nya patah Tom!" Ucap nya kepada teman nya yang berdiri di tembok berlubang lingkaran itu, sambil sesekali mengawasi teman nya yang akan turun ke bawah.
"Pegang tangan ku !" perintah nya sambil menyodorkan tangan kanan nya ke bawah,
"Ayo naik !" Sambung nya, sambil tangan nya mengangkat kuat tangan teman nya yang mencengkram kuat telapak tangan nya.
Untung lah mereka membatalkan niat nya turun ke bawah, ternyata Tuhan sedang berpihak kepada Prapto.
Pyak pyak pyak pyak pyak
Terdengar mereka melanjutkan perjalanan nya memeriksa lorong saluran air yang gelap dan sunyi, sesekali mereka memanggil nama anjing nya.
"Hah hah hah hah hah hah" ia langsung bangkit dari dalam air dan mengambil oksigen sebanyak-banyak nya, karena terlalu lama menahan nafas di bawah air yang keruh.
Prapto terdiam sejenak sambil menstabilkan nafas nya, sepasang mata nya mengarahkan pandangan nya ke segala arah di dalam lubang sumur persegi itu.
"Sial! tak ada lubang lagi" gumam nya kesal,
Kemudian ia jongkok sambil kedua tangan nya meraba-raba sekeliling tembok yang tergenang air, berharap menemukan lubang saluran lagi.
"Syukurlah, terimakasih Tuhan" gumam nya senang ketika kedua tangan nya menyentuh kisi-kisi penutup lubang dari besi di dalam genangan air tersebut.
"Uggh !" Kedua tangan nya mencoba menarik kuat penutup besi itu yang seluruh nya tergenang air, tapi usaha pertama nya itu gagal.
"Aagh...Haghh !!" Ia mencoba lagi dengan sekuat tenaga, dan usaha nya yang kedua itu berhasil. Penutup itu sanggup ia tarik hingga lepas.
"Ha,hap" ia mengambil nafas terlebih dahulu, kemudian dia menyelam lagi ke dalam genangan air keruh itu dan masuk ke lubang yang ukuran nya 50x50 cm.
Begitu kepala nya muncul di genangan air itu, ia langsung mengambil oksigen sebanyak-banyak nya, tapi beberapa detik ia baru sadar bahwa oksigen yang di hirup nya berbau bangkai yang sangat menyengat.
"Heg,heg,hoeeeek" perut nya berkontraksi akibat hidung nya menghirup bau bangkai yang sangat menusuk hidung.
Kedua tangan nya kemudian mengusap-usap mata nya, yang dari tadi penglihatan nya setengah kabur, karena sisa air keruh yang masih menempel di bulu mata nya.