Amira harus menelan pil pahit, ketika seorang kekasih yang selama ini dia sayangi harus bersanding dengan sahabatnya sendiri, dengan alasan cintanya sudah habis dengannya, bahkan selama satu tahun ini sang kekasih bertahan karena berpura-pura dan tanpa terpikir panjang lelaki yang bernama Arya itu mengakhiri begitu saja hubungannya dengan Amira di saat yang bersamaan Amira ingin memberi kejutan kalau dia tengah mengandung benih kekasihnya itu. Akankah Amira sanggup membawa pergi benih dari mantannya itu? nantikan kisah selanjutnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 02
Arya begitu terkejut bahkan hatinya terasa sakit melihat sebuah alat tes kehamilan yang terlihat jelas dua garis merah di dalamnya, membuat kehidupan Arya seakan runtuh begitu saja.
"Amira....!" teriak Arya, menggema di ruangan kamarnya.
"Apa yang kau maksud dengan alat ini Mir, kenapa kamu tidak berusaha untuk jujur, kalaupun kamu jujur sebisa mungkin aku akan tanggung jawab terhadap anak kita!" teriak Arya penuh dengan frustrasi.
Sejenak Arya mulai menelisik sebuah lipatan kertas kecil yang letaknya di samping Tespek itu membuat Arya penasaran dengan isi surat tersebut.
"Hay kesayangan aku, hari ini pas hari jadi kita yang ke lima tahun, jika aku boleh meminta boleh kah aku meminta sesuatu yang begitu aku inginkan sejak dulu, yaitu sebuah pernikahan, aku sangat berharap kamu bisa mengabulkan permintaanku ini, karena apa? Tadi malam aku tiba-tiba tes karena sudah dua Minggu aku telat, dan akhirnya hasilnya begitu membahagiakan dan selamat kamu akan menjadi calon papa dari anak kita nanti, selamat ya papa Arya, ganteng ku kesayangan aku, love-love se kebun." Isi surat dari Amira yang membuat Arya semakin menangis dan menyesali perbuatannya.
"Kau begitu tulus Amira bodohnya aku yang selalu memandang sepele ketulusanmu itu, bahkan satu hal tak bisa aku lupa di saat aku diam-diam bermain api dengan sahabatmu sendiri kau begitu diam dan tak pernah memancing kegaduhan yang membuatku malu, kau sekarang dimana Amira tolong kembalilah lagi, aku tidak akan membiarkan anak kita terlantar," tangis Arya pecah begitu saja.
Tanpa tunggu lama Arya langsung mengerahkan semua anak buahnya untuk mencari keberadaan Amira di seluruh penjuru kota ini, mungkin Arya pikir Amira tidak akan pergi untuk sejauh itu, karena memang gadis itu merupakan sebatang kara dari lahir, bahkan hidup Amira hanya dihabiskan di panti asuhan dan setelah dewasa dia baru mandiri dan ngekost sendiri.
"Amira ayo tunjukkan di mana keberadaan mu, semua akun media sosialmu tidak aktif Sayang, nomor handphone mu juga, kau sengaja ya ingin menghilangkan jejakmu dari aku," ucap Arya sambil menggebrak meja di depannya.
******
Di sebuah desa terpencil seorang gadis cantik yang sekarang ini tengah menata hidup barunya bersama dengan calon buah hatinya yang sekarang masih terlihat rata dan belum menyembul di perut ibunya.
Mungkin anak ini akan menjadi teman dan sahabat untuk Amira karena sejatinya gadis ini dari dulu tidak pernah tahu wajah dan keberadaan orang tuanya, yang iya tahu hanyalah wajah-wajah malaikat yang menyamar sebagai pengurus panti yang setiap hari selalu menjaganya dengan penuh ketulusan di waktu kecil.
"Ibu suci dan adik-adik panti lainnya, maaf ya, Kak Mira harus pergi jauh dari kehidupan kalian, lagian kak Mira tidak mau terus terusan membebani hidup kalian dengan hidup kak Mira yang sudah rumit ini," ucap Amira terhadap dirinya sendiri.
Sejenak gadis itu mulai terpikirkan akan sebuah kotak yang ia berikan satu Minggu yang lalu pada mantan kekasihnya itu.
"Heeemb, apa sekarang dia sudah membuka kotak dari ku, bagaimana ya reaksinya senang bahagia atau malah sebaliknya, ah! Bodohnya aku yang sudah menulis di dalam surat itu, tentang keinginanku untuk menikah," gumam Amira.
"Siapa yang mau menikahimu Amira belum apa-apa kekasihmu sudah mundur duluan, bodohnya aku yang mau begitu saja menyerahkan kehormatanku," pungkas Amira sambil mengelus perutnya yang masih rata.
Karena sudah lelah Amira mulai membawa tubuhnya di ranjang berukuran kecil itu yang cukup nyaman untuk menopang tubuhnya yang sudah lelah.
******
Pukul sudah memasuki jam 02.00 dini hari gadis tangguh itu mulai menyiapkan jualannya ke pasar terdekat, ya memang setelah satu Minggu menetap di kota yang diberi julukan Sunrise of Java ini Amira mulai bergelut dengan dunia perdagangan baru tiga hari ini.
Berawal dari keinginannya yang ingin bekerja sendiri tanpa harus bergantung dengan orang lain, hal ini yang menjadi peluang besar Amira, apalagi posisi rumah yang dia sewa begitu dekat dengan pasar, maka dari itu gadis cantik ini tidak mau menyia-nyiakan peluang di depan mata.
Suara riuh para pembeli di pasar sudah menjadi ciri khas, dan daya tarik tersendiri, tawar menawar itu sudah biasa, dan Alhamdulillah, di subuh hari ini beberapa jenis sayur mayur yang dijual Amira ludes dibeli para pedagang, yang menjajakan dagangannya ke kampung-kampung.
Pukul lima subuh, Amira sudah mulai bisa beristirahat sejenak karena jualannya sudah habis, segera gadis itu menggulung tikarnya lalu memasukkannya kedalam rombong sepedanya.
Sesampainya di rumah Amira langsung menjalankan ibadah wajibnya yang dua rakaat itu, selesai shalat gadis itu tidak hanya berdiam diri, dia langsung berkeliling ke sawah-sawah petani, yang mau menjual hasil panennya pada dirinya.
Di pukul enam pagi para petani sudah berada di ladang, terlihat berbagai tanaman segar seperti bayam, kangkung, dan juga genjer, ada di ladang milik Mbah Sutrisno, seorang paruh baya yang mengabdikan dirinya sebagai petani sayuran seperti ini.
"Mbah Sutrisno," panggil Amira dengan begitu ramah.
"Eh, ada Mbak Amira," sahut Sutrisno sambil menyesap kopi hitam buatan istrinya dari rumah.
Suasana hijau mampu menyejukkan mata, hingga tak terasa sinar matahari sudah terasa terik di kulitnya.
"Mbah, hari ini panen apa?" tanya Amira.
"Hari ini, ada wortel, kol, dan juga para sayuran hijau," jelas Sutrisno.
"Ya sudah Mbah kalau begitu nanti aku ambil semuanya ya, diantar ya di rumah," ucap Amira sambil mengecek sayuran segar yang hendak di panen nanti.
Amira memang selalu memastikan sendiri dagangan yang ia bawa ke pasar harus benar-benar segar dan dari petaninya langsung hal ini bertujuan agar supaya dia bisa menjaga kualitasnya dalam berdagang.
Selesai mendatangi satu persatu pedagang sayur maupun polowijo, Amira langsung pulang ke rumahnya.
"Nduk, kamu baru pulang," sapa Mbah Iyam sambil membawa rantang yang isinya makanan untuk Amira.
"Iya Mbah, Mira baru saja datang," sahut Amira.
"Nduk ini ada sayur bening bayam dan juga ikan pepes ada juga dadar jagungnya, makanlah yang banyak ya, karena kamu butuh nutrisi yang banyak untuk dirimu dan juga anak yang ada di kandunganmu," tutur Iyam ketika sudah masuk ke dalam rumah Amira.
"Mbah Makasih ya, sudah repot-repot bawakan makanan tiap harinya," ucap Amira yang begitu senang selalu mendapatkan perhatian dari wanita paruh baya itu.
"Nduk, kamu itu ngomong apa? Wong semua bahan-bahan dari kamu kok, si Mbah ini terima masak saja," sahut Iyam.
"Ya meskipun begitu Mira banyak terima kasih Mbah, gak pernah ikutan masak tapi selalu makan enak dari tangannya si Mbah, sumpah deh masakan Mbah begitu enak cocok di lidahku," terang Amira.
"Syukurlah kalau kamu suka Mbah juga merasa senang, Mbah gak bisa ngasih kamu apa-apa hanya bisa ngasi doa dan tenaga semoga saja kalau anakmu lahir kelak Mbah masih sehat dan bisa bantu-bantu kamu mengurus anakmu nanti," ucap Iyam.
Amira begitu tersentuh mendengar tutur kata dari seorang paruh baya di depannya itu, jujur dari dulu Amira memang haus akan belaian kasih sayang dari seorang ibu, namun ketika bertemu dengan Mbah Iyam gadis itu serasa memiliki seorang ibu karena setiap harinya ada yang memperhatikannya.
Bersambung!!!
Sore Amira datang lagi semoga Kakak-kakak suka ya dengan novel baru dari aku.
regan tambah keren aja bisa menghalau keluarga arya yg sok kaya itu... paling gak buat aluna dipenjara thor. biar jatuh nama baik n harga diri keluarga arya n nadine
kayaknya pa regan jodohnya Amira 🤲
nama baik kok dipertahanin dengan cara jahat....kakek sableng