Kembali Ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan s2-nya. Anindya harus dihadapkan masalah yang selama ini disembunyikan Abinya yang ternyata memiliki hutang yang sangat besar dan belum lagi jumlah bunga yang sangat tidak masuk akal.
Kavindra, Pria tampan berusia 34 tahun yang telah memberikan hutang dan disebut sebagai rentenir yang sangat dingin dan tegas yang tidak memberikan toleransi kepada orang yang membuatnya sulit. Kavindra begitu sangat penasaran dengan Anindya yang datang kepadanya meminta toleransi atas hutang Abinya.
Dengan penampilan Anindya yang tertutup dan bahkan wajahnya juga memakai cadar yang membuat jiwa rasa penasaran seorang pemain itu menggebu-gebu.
Situasi yang sulit yang dihadapi gadis lemah itu membuat Kavindra memanfaatkan situasi yang menginginkan Anindya.
Tetapi Anindya meminta syarat untuk dinikahi. Karena walau berkorban demi Abinya dia juga tidak ingin melakukan zina tanpa pernikahan.
Bagaimana hubungan pernikahan Anindya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18 Amarah.
Anindya yang sekarang sedang menikmati makan malam yang dimasakkan oleh Bibi. Anindya Bukan malas yang tidak ingin memasak sendiri. Tetapi karena hanya sendiri yang pasti Anindya juga merasa kalau memasak untuk diri sendiri pasti sia-sia. Jadi lebih baik di masakan oleh bibi dan dia juga ingin menghargai para pelayan yang bekerja di rumah itu.
Anindya yang makan begitu tenang dan anggun yang pasti tidak menggunakan cadarnya, tetapi mau dia sendiri atau ada Kavindra di sana, beberapa pelayan tetap berdiri di sana yang menunggu Anindya makan.
"Apa seperti ini pekerjaan kalian setiap hari?" tanya Anindya yang mungkin merasa sangat risih di sekitarnya banyak orang yang menunggunya walau tidak memperhatikan dirinya.
"Sudah menjadi kewajiban kami Nona. Para pelayan di rumah ini memiliki tugas masing-masing," jawab satu salah satu pelayan yang paling dekat dengan Anindya.
"Tiga! jadi menjadi mandor makan orang yang berada di rumah ini merupakan salah satu tugas para pelayan di rumah ini?" tanya Anindya.
"Benar Nona," jawab pelayan itu.
"Apa kalian tidak capek berdiri?" tanya Anindya.
"Kami bekerja di rumah ini dengan gaji yang besar dan pekerjaan yang kami lakukan masih masuk akal, jadi tidak ada masalah sama sekali. Sebelum tanda tangan kontrak untuk bekerja di rumah ini dan kami sudah mendapatkan peraturan dan juga tugas masing-masing. Jadi jika sudah bekerja di rumah ini akan menaati peraturan dan tugas yang diberikan dan juga akan mendapatkan resiko jika melanggar semua itu," jawab pelayan itu dengan mengatakan apa yang sebenarnya.
"Jadi, kalian bekerja dengan kontrak?" tanya Anindya.
Dia juga memiliki asisten rumah tangga, tetapi tidak terlalu berlebihan seperti di rumah suaminya dan bahkan bekerja berdasarkan kontrak.
"Benar, Nona," jawab pelayan itu.
"Kenapa dia membutuhkan begitu banyak sekali pelayan di rumah ini dan bahkan memperkerjakan dengan kontrak," batin Anindya.
"Maaf, Nona jika apa yang kami lakukan membuat Nona tidak nyaman. Tetapi kembali lagi semua ini adalah bagian dari pekerjaan kami," ucap pelayan itu.
"Kamu benar, jujur saya memang sangat tidak nyaman dan tidak terbiasa diperlakukan seperti ini. Tetapi kembali lagi saya akan berusaha untuk beradaptasi," sahut Anindya.
"Oh iya. Lalu kapan kalian makannya? Jika masih terus mengawasi saya? apa sudah makan terlebih dahulu" tanya Anindya.
"Pelayan di rumah ini sangat banyak dan makan bisa dengan berganti-gantian," jawabnya.
"Begitukah. Jad kalian tidak keberatan sama sekali dengan pekerjaan ini?" tanya Anindya yang membuat pelayan itu menggelengkan kepala dan begitu juga dengan pelayan yang lain
"Baiklah! Kalian bekerja di rumah ini dan mungkin sudah memiliki peraturan tersendiri yang harus ditaati. Saya tidak akan ikut campur walau semua sedikit mengganggu," sahut Anindya yang kembali melanjutkan makannya.
"Tuan Kusuma!" Anindya yang tiba-tiba saja dikejutkan dengan teriakan Talitha dan dia semakin terkejut ketika melihat seorang pria memasuki rumahnya yang membuat Anindya memalingkan wajahnya karena sedang tidak menggunakan cadar.
Hal seperti itu yang sangat dia jagakan jika berada di rumah Nathan dan selama ini tidak ada pria yang masuk dan jelas ini sangat mengagetkan Anindya.
Pria sekitar berusia 60 tahunan itu menghentikan langkahnya dan mengerutkan dahi yang melihat ke arah meja makan. Tampak sangat heran yang dari ekspresi wajahnya bertanya-tanya siapa Anindya.
"Tuan!" Thalitha tampak tidak bisa menghentikan hal itu.
"Kenapa bisa masuk?" tanya Anindya yang privasinya telah terganggu dan wajahnya masih saja berpaling.
"Maaf Nona. Tuan Kusuma adalah Ayah dari tuan Kavindra," ucap Thalita yang membuat Anindya kaget.
Apah!
Karena itu adalah mertuanya yang mau tidak mau Anindya memalingkan wajahnya kembali. Anindya tidak ingin dicap sebagai menantu yang kurang sopan.
Anindya menelan saliva yang melihat pria berwajah dingin itu dan sama saja seperti putranya. Anindya berdiri dari tempat duduknya yang ingin mencium punggung tangan pria tersebut tetapi tidak disambut oleh pria itu yang terus saja menatapnya dengan tatapan aneh.
"Siapa dia?" tanya pria itu dengan suara berat dan Anindya sejak tadi menunduk di hadapannya.
Thalita terlihat begitu gugup dan bahkan tidak menjawab.
"Kau tidak mendengar apa yang aku tanyakan? Siapa dia?" tanya Kusuma sekali lagi.
"Nona Anindya ini...."
"Saya adalah istri dari tuan Kavindra," Anindya yang melanjutkan kalimat tersebut.
Pria Itu tampak terkejut mendengarnya sampai matanya terbuka lebar dan sementara Thalita yang sepertinya tidak ingin Kusuma tahu hal itu sampai membuat dia memejamkan mata yang merasa gagal mencegah Anindya yang berkata jujur.
Dan yang benar saja Thalita langsung mendapatkan tatapan dari Kusuma.
"Apa yang barusan dikatakan wanita ini?" tanyanya dengan suara berat yang memastikan.
"Benar tuan! Nona Anindya adalah istri dari tuan Kavindra," jawab Thalita merendahkan suaranya dan langsung menunduk.
Mata Kusuma langsung melihat ke arah Anindya dengan menatap gadis tersebut dari bawah sampai atas yang merasa sangat tidak mungkin jika putranya menikah dengan wanita seperti itu. Wanita yang jauh dari latar belakang keluarganya.
"Di mana Kavindra?" tanya Kusuma dengan suara berat dan amarah tampak sudah mulai terlihat di wajahnya.
"Saya sudah mengatakan jika beliau sedang berada Milan," jawab Thalitha.
"Apa yang ada di pikirannya melakukan tindakan sebodoh ini!" umpat Kusuma.
Anindya mendengar hal itu tampak bingung, dia berpikiran bahwa sepertinya dirinya tidak diterima dengan baik. Tatapan Ayah mertuanya itu sangat jelas kurang menyukainya.
Memang Anindya tidak melihat keluarga Kavindra satupun saat di hari pernikahannya. Anindya juga tidak pernah mempertanyakan hal privasi dari suaminya itu yang mungkin saja memiliki alasan lain.
"Nona Anindya sebaiknya kembali ke kamar. Saya akan menyuruh pelayan Untuk mengantarkan makanan Nona," ucap Thalita yang bertindak cepat-cepat.
"Saya sudah selesai makan dan tidak perlu diantarkan," jawabnya.
"Kalau begitu saya permisi dulu!' ucap Anindya menundukkan kepala dan langsung pergi.
Dia juga tidak ingin terlalu mencampuri urusan yang lain dan lagi pula Kusuma tidak mengatakan apapun kepadanya.
****
Pagi-pagi seperti ini Anindya yang berada di teras kamar sembari membaca buku. Anindya yang mendengarkan suara mesin mobil yang membuat dia menutup bukunya dan langsung berdiri. Ternyata itu mobil suaminya yang akhirnya sudah kembali. Anindya tersenyum yang sepertinya senang melihat kehadiran pria itu.
Di mobil berikutnya ternyata pria yang dia temui dua hari yang lalu yang tak lain adalah Kusuma yang dikatakan Thalitha adalah Ayah dari Kavindra dan Anindya juga tidak mempertanyakan hal tersebut kepada Thalitha bagaimana jelasnya. Mungkin dia ingin menunggu suaminya saja.
Anindya tampak mengurutkan dahi yang memperhatikan dua orang tersebut saling berhadapan dan terlihat ada percekcokan dan Kavindra yang masuk terlebih dahulu dan Kusuma tampak memanggilnya yang tidak didengarkan Kavindra yang membuat Kesuma menyusul.
"Ada apa sebenarnya? Apa terjadi sesuatu?" tanyanya dengan penasaran dan perasaannya juga mendadak tidak enak.
"Kavindra jangan kau buat keras kepalamu dengan semua ini!" tegas Kusuma yang menghentikan langkah Kavindra dan kembali membalikkan tubuhnya.
"Aku hanya berharap jika Papa tidak mencampuri urusanmu dan apalagi urusan pribadiku!" tegasnya.
"Jika aku tidak ikut campur maka kau tidak akan bisa mengendalikan diri sendiri dan lihat apa yang kau lakukan tanpa sepengetahuanku kau telah berani-beraninya menikah dan lebih parahnya lagi kau menikahi wanita yang seperti itu!" tegasnya yang sudah jelas tidak menyetujui Anindya sebagai menantunya.
Bersambung......