Jelita Parasnya, wanita cantik yang berpura-pura tampil jelek agar suaminya tidak mencintainya.
Sakura Lerose, pria tampan yang tak pernah tahu bahwa istri jeleknya sedang menjebaknya untuk berkencan dengan wanita cantik.
Siapakah yang akan terjebak dalam jebakan cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
009 - Tamu
Tring...
Jelita membuka gawai cerdasnya yang menampilkan pemberitahuan terbaru dari grup tur Eropa yang akan diikutinya.
Teman-teman, mari berdoa yang banyak agar visa kita segera diterbitkan. Siap liburan seru!!!
Jantung Jelita bergemuruh tak karuan membaca kabar terbaru itu. Rasanya ia sudah tidak sabar menunggu selama dua minggu lagi untuk bisa segera pergi tur keliling Eropa selama empat belas hari.
Sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuatnya bersama Saka, pria itu akan membantu mencari orang yang akan berperan sebagai pria yang bersedia untuk menikahi Jelita.
Jelita sangat yakin rencananya ini pasti akan berhasil mengingat bahwa orang tuanya pasti tidak akan merestui pria yang bukan merupakan pilihan mereka.
Terlebih jika tiba-tiba pria asing itu muncul dan mengatakan ingin menikahi Jelita.
Jelita terkekeh membayangkan hal itu. Rasanya ia tidak sabar untuk segera bertemu dengan pria yang dikirim oleh Saka untuk menemui orang tuanya.
...***...
"Jelita! Apa yang terjadi padamu, Sayang?Kenapa kulitmu jadi gelap seperti ini?!"
Geulis, ibu Jelita, tersentak kaget melihat penampilan anaknya dengan riasan yang membuat kulit menjadi sangat gelap.
"Ibu, ini riasan yang sedang tren di kalangan anak muda luar negeri," Jelita beralasan.
"Riasan seperti kuntilanak begini menjadi tren? Apa mereka semua orang gila?"
Pak Gagah, ayah Jelita, turut kaget melihat penampilan Jelita.
"Aduh, Ayah, sepertinya Kak Jelita memang sudah gila," Rupawan, adik laki-laki Jelita ikut berkomentar.
"Jangan-jangan Jelita pacaran sama dedemit ya? Makanya dandan ala dedemit begitu," Ayune, kakak perempuan Jelita menimpali.
"Huuh! Kalian ini sama sekali tidak paham fashion!" cibir Jelita.
"Hantu!! Kyaaa!" Canda, keponakan Jelita menjerit histeris saat melihat Jelita.
Gadis kecil itu itu langsung menangis histeris melihat Jelita.
"Jelita, hapus riasanmu itu! Jangankan Canda, laki-laki pun jelas ketakutan melihatmu. Tidak akan ada laki-laki yang mau sama kamu kalau kamu berdandan seperti hantu begitu," komentar Pak Gagah.
"Ayah, laki-laki sejati itu adalah laki-laki bernyali besar dan tak takut hantu," seloroh Jelita.
Jelita segera duduk di meja makan, bergabung bersama kedua orang tua, kakak, adik, dan keponakannya.
Setiap akhir pekan, keluarga Jelita biasa berkumpul untuk sekadar makan malam bersama sebagai sebuah tradisi keluarga inti mereka di tengah kesibukan.
Pak Gagah adalah seorang juragan tanah. Istrinya, Bu Geulis, merupakan seorang pengusaha rumah perawatan tubuh dan dibantu oleh kakak Jelita, Ayune. Sementara adik Jelita yang bernama Rupawan bekerja sebagai pegawai di kantor pajak.
Lantas bagaimana dengan Jelita?
Jelita sudah lama tidak bekerja kantoran, saat ini ia fokus mengembangkan bisnis kuliner miliknya.
"Jelita, Jelita, Ayah jadi bingung mau menjodohkanmu sama siapa kalau kamu seperti ini.”
"Lho, Ayah bagaimana sih? Katanya jodohku di tangan Ayah," sahut Jelita.
"Jelita, masalahnya Ayah ini harus mencari sosok pria yang benar-benar cocok untukmu! Ayah tidak mau asal-asalan, sudah cukup Ayune jadi janda, kamu jangan ikut-ikutan," tukas Pak Gagah.
"Ayah! Kenapa aku jadi dibawa-bawa sih?" sungut Ayune.
"Ayah, daripada Ayah bingung-bingung, lebih baik serahkan saja jodohku di tanganku," kata Jelita.
"Tidak bisa! Selama kamu masih ikut Ayah, kau adalah tanggung jawab Ayah sepenuhnya," tegas Pak Gagah.
Jelita mengerucutkan bibir, lagi-lagi keluar kalimat sakti dari sang ayah yang tak bisa dibantah.
"Sudah, sudah, lebih baik kita semua makan dulu," ajak Bu Geulis.
Ting.. Tong..
Terdengar bel rumah berbunyi. Bibi Sum, pelayan di rumah itu segera membuka pintu untuk menyambut tamu yang datang.
"Pak, ada tamu yang mencari Bapak," kata Bi Sum muncul di ruang makan.
"Aduh, siapa sih yang datang malam-malam begini?" keluh Pak Gagah.
"Ayah bukannya ada janji dengan Pak RT ya?" tanya Bu Geulis.
"Oh iya, Ayah lupa. Bi Sum, tolong bilang tunggu lima menit ya," kata Pak Gagah.
"Baik, Pak," jawab Bi Sum.
"Lima menitnya ayah, bisa lima puluh menit ditambah satu jam," cibir Jelita.
"Jelita, sudah tidak usah komen," tukas Bu Geulis.
Mendengar cibiran Jelita, Pak Gagah akhirnya bergegas pergi ke ruang tamu untuk menemui tamunya.
"Ibu, apa Ayah sungguh masih mencarikan jodoh untukku?" tanya Jelita.
"Iya, masih," jawab Bu Geulis.
"Memangnya Jelita mau dijodohkan sama siapa lagi sih, Bu?" tanya Ayune.
"Entahlah, yang pasti ayahmu tidak mau sampai salah pilih," jawab Bu Geulis.
Bu Geulis tahu, Pak Gagah menjadi lebih selektif saat menerima perjodohan anak-anaknya pasca kasus Ayune yang harus bercerai saat Canda masih berada dalam kandungan lantaran suami Ayune ketahuan selingkuh dengan sang mantan kekasih.
Terlebih Jelita merupakan anak perempuan Pak Gagah yang paling cantik, sehingga Pak Gagah tidak mau Jelita diambil pria sembarangan.
"Non Jelita, dipanggil Bapak ke ruang tamu," kata Bi Sum.
"Hah? Kenapa, Bi?" tanya Jelita.
"Kurang tahu, Non," jawab Bi Sum.
Jelita beranjak dari kursi disertai tatapan penuh keheranan anggota keluarganya.
Jelita berjalan menuju ke ruang tamu. Begitu memasuki ruang tamu, Jelita terkejut melihat sosok pria yang sudah duduk di sofa, berseberangan dengan Pak Gagah.
Lho, kenapa pria itu ada di sini? batin Jelita.
Jelita menatap keheranan sosok Saka yang terlihat duduk tenang di hadapan Pak Gagah.
"Jelita, kemari," panggil Pak Gagah.
Jelita akhirnya duduk di samping ayahnya.
"Jelita, coba jelaskan, apa maksud semua ini? Kenapa tiba-tiba laki-laki ini datang dan mau melamarmu?" tanya Pak Gagah.
"Hah!?!" Jelita terperangah.
Ia tak percaya apa yang didengarnya, dengan mata masih terbuka lebar, ia mengarahkan pandangannya ke arah Saka.
Bukankah katanya pria itu akan menyuruh anggotanya? batin Jelita.
"A-ayah," Jelita tergagap melihat ekspresi ayahnya yang mengeras.
Pak Gagah jelas menuntut penjelasan dari Jelita, kenapa tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba ada pria yang langsung datang melamar Jelita?
"Pak, bukankah di awal tadi sudah saya sampaikan bahwa saya datang kemari untuk melamar Jelita? Saya ingin menjadikan Jelita sebagai istri saya," kata Saka.
Jelita secara naluriah segera tahu bahwa Saka sedang bersandiwara.
"Apa? Mau menjadikan Jelita sebagai istrimu? Memangnya kau siapa? Memangnya kau punya apa sampai berani menginginkan Jelita?"
Pak Gagah melemparkan cecaran pertanyaan kepada Saka.
"Jangan bilang kau sudah punya benih dalam perut Jelita makanya kau begitu percaya diri! Aku akan menguburmu hidup-hidup kalau sampai itu benar!" tandas Pak Gagah.
"Ayah! Itu tidak benar!" sanggah Jelita.
"Baguslah kalau memang itu tidak benar!" sahut Pak Gagah ke arah Jelita.
Pak Gagah kembali melemparkan tatapan menantang ke arah pria asing itu.
"Jadi, apa yang kau punya sampai kau begitu percaya diri untuk melamar Jelita?" tanya Pak Gagah masih dengan nada menantang.
"Saya punya sisa hidup yang akan saya berikan untuk Jelita," jawab Saka.
Jelita nyaris tertawa mendengar jawaban pria itu.
"Hei, Bung! Tidak usah mengada-ada! Lebih baik kau cari saja perempuan lain!" tandas Pak Gagah.
"Tidak mau. Saya maunya Jelita," Saka menyahut dengan tegas.
"Apa kau bilang?!" raung Pak Gagah penuh kemurkaan.
"Ayah!"
Jelita menahan Pak Gagah yang hampir meledak karena marah.
"Ayah, kenapa aku tidak boleh menikah dengan pria yang menginginkanku?" tanya Jelita.
"Jelita, Kalau Ayah bilang tidak boleh, ya tidak boleh!" jawab Pak Gagah.
"Tapi Ayah..."
"Tidak ada tapi-tapian!" tandas Pak Gagah.
Jelita segera memasang ekspresi penuh kesedihan agar lebih mendramatisir keadaan, ia pun memaksakan matanya untuk mengeluarkan air mata buaya.
"Hiks, Ayah!"
"Jelita! Jangan menangis!" sentak Pak Gagah.
"Hiks, tapi Ayah.."
"Jelita, sekarang juga kembali ke kamarmu!" perintah Pak Gagah.
Jelita melirik ke arah Saka, lalu diam-diam mengacungkan jempolnya ke arah pria itu sebelum meninggalkan ruang tamu.
"Bung, lebih baik kau pergi sekarang sebelum aku memanggil polisi!" ancam Pak Gagah.
"Pak, tolonglah," kata Saka.
"Pergi!" Pak Gagah menunjuk ke arah pintu.
"Jangan pernah bermimpi menginginkan Jelita!Tak sudi aku punya menantu yang bukan siapa-siapa sepertimu!" tandas Pak Gagah.
Saka menghela napas berat sebelum bangkit dari tempat duduknya.
"Apa lagi yang kau tunggu?!" Pak Gagah melotot geram.
Saka mengulas senyumnya kemudian menunduk sebelum pergi meninggalkan Pak Gagah.
Sementara itu, Jelita yang kini tiba di kamarnya langsung berdansa dengan dirinya sendiri lantaran merasa senang karena rencana yang telah disusunnya telah berhasil.
Jelita benar-benar akan memuji lakon pria itu karena berhasil memerankan perannya tanpa perlu gladi resik.
...----------------...